Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
••
Lasya merasa jenuh sekarang. Di rumah sebesar ini dia harus seorang diri. Ingin rasanya dia masuk kerja saja, tapi apa papa-nya akan mengijinkan? Tidak! Papa-nya tidak akan mengijinkan dia masuk.
" Hahhh..." Helaan napas bosan terdengar. Dengan bibir yang sedikit mengerucut Lasya menempelkan dagunya ke telapak tangan.
" Aku harus apa coba? Bosan sekali aku di sini."
Dia melirik jam yang ada di layar ponsel. Waktu masih menunjukkan angka 2 siang, masih cukup lama baginya menunggu Andrian pulang.
Sebuah ide seketika terbesit di dalam otak kecilnya. Dia dengan cepat langsung meraih ponselnya dan mencari referensi hiasan kamar pengantin.
" Aku harus berikan kejutan untuk mas Andrian. Dia pasti akan sangat senang, setidaknya semoga kekakuan di antara aku dan mas Andrian bisa lunak."
Dengan senyuman yang merekah Lasya melanjutkan pencariannya.
Bergegas berlari keluar kamar menuju halaman depan.
" Pak aku mau minta tolong, bisa belikan bunga mawar? Ini uangnya. Ini belikan semua ya." Lasya memberikan uang 300 ribu kepada satpam.
" Semua ini nona?"
Lasya menganggukinya. " Iya pak. Oh ya satu lagi, belikan juga lilin ya. Emmmm... belikan 10 deh. Ini tambahan uang nya." Lasya memberikan tambahan uang 200 ribu.
Walaupun satpam ini terlihat sedikit bingung tapi dia tetap mengiyakan.
" Jangan lama-lama ya pak." Ucap Lasya dengan ceria.
" Iya nona."
Lasya sudah kembali masuk ke kamar. Dia berdiri di depan ranjang. Mengamati dengan begitu seksama bagaimana model yang akan di buat olehnya nanti.
" Hah kenapa aku tiba-tiba grogi ya, astagaa!"
Lasya berjalan mondar-mandir. Menggerakkan kedua tangannya agat tidak keringat basah.
Sudah setengah jam lamanya dia menunggu. Hingga suara ketukan pintu terdengar dari arah luar pintu kamar, segera mungkin di buka olehnya.
" Nona, apa anda tadi meminta di belikan bunga ke pak Agus?" Tanya seorang pelayan yang berumur sekitar kepala 5 ke atas.
" Iya, apa ini bunganya?" Lasya menujuk ke arah barang yang di bawa pelayan.
" Iya nona. Kata pak Agus semua pesanan anda sudah di dalam. Dan ini uang kembaliannya." Bibi pelayan ini menyerahkan uang 100 ribu ke depan Lasya. Tentu saja langsung di tolak oleh Lasya.
" Bisa minta tolong berikan lagi saja ke pak Agus. Katakan padanya kembaliannya untuk dia saja. Dan aku minta tolong, katakan terimakasih ku juga ya." Lasya mengatakan kalimat ini dengan lembut.
Membuat pelayan yang mendengar ini langsung tersenyum tipis dan mengangguk. " Baik nona. Kalau begitu saya ijin permisi."
Bibi pelayan ini menunduk memberi hormat.
Akan sangat tidak sopan bagi Lasya jika tidak membalas tindakan baik orang lain. Dia pun juga ikut mengangguk.
Di dalam kamar.
Ke grogian Lasya kembali menerjang saat di tangannya sudah penuh dengan bunga dan lilin yang sudah dia pesan. Hal ini adalah pertama kali untuknya, dan ternyata rasanya luar biasaaaa....
" Astaga, kenapa jantung ku rasanya berperang sendiri ya! Apa seperti ini memang para pengantin baru."
Lasya mengatur napasnya. Menyeimbangkan lagi ritme jantungnya agar tidak jebol.
" Oke, aku harus segera mulai menghias. Jam sudah pukul 3, aku harus cepat."
Lasya meletakkan wadah bunga tadi ke kasur. Tak lupa memutar tutorial menghias kamar pengantin juga.
Lasya menonton tayangan video ini dengan begitu cermat. Menghentikan tayangannya beberpa saat hingga dia mempraktekkan model-model hiasan tersebut.
Satu persatu helaian bunga mawar di printili. Menatanya di kasur dan menghiasnya dengan bentuk Cinta.
Setelah itu, dia kembali memutar video nya. Menyaksikan lagi bagaimana caranya dia membentuk bunga bertangkai yang akan menjadi penghias di tengah.
Satu persatu mulai di tata. Dari lilin, tebaran bunga di lantai serta lilin aromatherapy.
" Akhirnya selesai juga." Lasya berkacak pinggang. Menatap penuh bangga hasil kreasinya.
" Jam berapa sekarang?" Lasya berlari ke sisi ranjang mengambil ponsel. Tidak terasa ternyata ini sudah jam 5. Waktu berjalan dengan begitu cepat.
" Aku harus mandi, sebentar lagi mas Andrian pulang." Dengan tergesa-gesa Lasya berlari kecil ke arah kamar mandi.
Dia membersihkan dirinya dengan sabun yang paling wangi. Mencuci rambutnya dengan shampo yang wangi juga.
Dia benar-benar mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin. Demi sang suami.
Dengan pakaian piyama transparan yang ditutupi handuk kimono, Lasya menunggu kepulangan Andrian dengan gusar.
Jantungnya berdegub lebih cepat dari biasanya. Bahkan rasanya ini lebih hebat dari deguban sebelumnya.
Lasya menatap jam yang sudah mengarah pada angka 6. Tinggal menunggu beberapa menit sampai Andrian tiba.
Pintu kamar terbuka.
Lasya yang kaget langsung menoleh ke arah suara.
Deg...
Deg...
Terlihat Andrian berdiri tegak di ambang pintu. Tatapannya sangat sulit di artikan membuat Lasya merasa takut sendiri.
Dengan susah payah Lasya menelan ludahnya.
Memberanikan diri berjalan mendekat.
" Mas.." ucapnya dengan lembut dan mendayu-dayu.
Perlahan-lahan tali kimono ini di buka olehnya. Membuat handuk itu teronggok ke lantai.
Tatapan Andrian sangatlah dingin, menatap Lasya seakan ingin menerkam.
" Mas.." panggil Lasya ulang.
Sejujurnya dia sedikit malu melakukan semua ini. Ini adalah pertama kali untuknya, namun demi suaminya dia rela melakukan ini semua.
" Aku sengaja menyiapkan ini semua untukmu. Bukankah kita masih pengantin baru." Kata Lasya dengan mengigit bibir bawah.
" Siapa yang menyiapkan ini semua." Tanya Andrian dengan nada dingin.
" Iya. Bagaimana, kamu suka kan? Aku sengaja menyiapkan ini semua sendirian." Jawab Lasya dengan tersenyum. Dia ikut bahagia saat melihat suaminya yang sepertinya terpesona dengan kejutan yang dia berikan.
" Aku mau mandi."
Andrian berlalu begitu saja. Dia meletakkan tas dan kemejanya ke nakas. Melangkah menuju kamar mandi.
Lasya tak masalah harus menunggu. Dia menatap hiasannya dengan penuh bahagia.
" Ini mungkin akan menjadi malam yang panjang." Gumam Lasya pelan.
Dia memutuskan untuk menunggu dengan duduk di pinggir ranjang. Sengaja menjauh dari hiasan agar tidak merusaknya sebelum waktunya tiba.
Lasya sudah berkeringat dingin sendiri menunggu Andrian. Entah kenapa dia sekarang menjadi sangat gugup. Netranya tak henti-hentinya menoleh melirik ke arah pintu kamar mandi.
Sangat tidak sabar menunggu kedatangan Andrian.
" Hufftt... jangan grogi Lasya jangan grogi. Aku harus tetap tenang."
Lasya menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan.
Melakukan seperti ini hingga berulang kali.
Ceklek...
Pintu kamar mandi.
Lasya langsung berdiri dan dengan gugup meletakkan ke dua tangannya di depan tubuh. Meremat-remat piyama tipisnya.
Andrian melangkah mendekat dengan hanya balutan handuk di pinggangnya. Sangat terlihat embun-embun air di tubuhnya. Rambutnya yang masih basah menambah kesan maskulin.
" Kamu, siapa yang mengajarimu seperti ini." Dengan nada dan tatapan dingin Andrian meraih dagu Lasya dan berbicara.
" ti-tidak ada, ini inisiatif ku sendiri." Balas Lasya.
BUGH.....