NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG

TURUN RANJANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:19.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kikan Selviani Putri

Annisa memimpikan pernikahan yang bahagia bersama lelaki yang dicintainya dan mencintainya. Tetapi siapa sangka dirinya harus menikah atas permintaan sang Kakak. Menggantikan peran sang Kakak menjadi istri Damian dan putri mereka. Clara yang berumur 7 tahun.

Bagaimana nasib Annisa setelah pernikahannya dengan Damian?

Mampukah Annisa bertahan menjadi istri sekaligus ibu yang baik untuk Clara?

Temukan kisahnya hanya di sini!^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LANGKAH AWAL

Damian menahan pintu lift untuk Annisa, membiarkannya masuk lebih dulu sebelum mereka berjalan berdampingan menuju apartemen Damian di lantai atas. Di sepanjang koridor, Damian melontarkan candaan-candaan ringan yang membuat Annisa terkekeh kecil. Saat pintu apartemen terbuka, keduanya masuk, dan mereka mendapati Imelda duduk di sofa sambil menonton TV.

Imelda menoleh begitu mendengar suara langkah mereka, dan sedikit tersenyum melihat kedekatan yang kini terlihat lebih alami antara Damian dan Annisa. Ada kebahagiaan tersirat di wajahnya melihat anaknya dan menantunya mencoba membangun hubungan yang lebih baik.

“Bu, Clara mana?” tanya Annisa, menghampiri Imelda dengan senyum hangat. Ia lalu mengecup punggung tangan ibu mertuanya dengan penuh hormat.

Imelda tersenyum lembut. “Clara sudah tidur, Nak. Tadi dia menunggumu untuk membacakannya buku cerita, tapi akhirnya dia ketiduran di kamarnya. Kasihan dia, pasti masih capek setelah karyawisata kemarin.”

“Oh, iya ya. Maafkan aku, Bu,” ucap Annisa dengan nada sedikit menyesal. Ia menyesal tak bisa menemani Clara malam ini.

Imelda menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, Annisa. Dia mengerti kok. Lagipula, melihat kalian bisa bersama seperti ini sudah membuat ibu senang. Ibu harap kalian bisa lebih sering seperti ini,” ujar Imelda, pandangannya beralih ke Damian, seolah ingin menyampaikan pesan tersirat untuknya.

Damian hanya tersenyum sambil menatap Annisa sejenak, seolah memahami harapan ibunya. “Kami akan berusaha, Bu,” jawabnya tenang, sembari menggenggam tangan Annisa dengan lembut.

Annisa merasa hangat dengan perhatian yang diberikan oleh Damian, dan ia mengangguk kecil sebagai tanda persetujuan. Mereka bertiga pun menghabiskan waktu sejenak dengan obrolan ringan di ruang tamu, sambil menikmati suasana nyaman yang perlahan terbentuk di antara mereka. Malam itu, Annisa merasakan perbedaan yang cukup berarti dalam hubungan mereka, dan untuk pertama kalinya, ia merasa ada harapan baru dalam pernikahan ini.

Saat Annisa hendak pamit ke kamarnya, Damian pun juga mengucapkan selamat malam dan melangkah menuju kamarnya. Namun, saat Annisa ingin membuka pintu kamarnya, Damian tiba-tiba mencegatnya. Pria itu tampak gugup, terlihat dari gerakannya yang beberapa kali menyentuh hidung dan tengkuknya.

“Nis, bagaimana jika mulai sekarang kita tidur di satu kamar yang sama?” usul Damian dengan nada pelan, tampak sedikit takut jika Annisa menolak.

Annisa terhenti sejenak, terkejut mendengar usul itu. Ia memandang Damian, merasakan campuran perasaan di dalam hatinya—ada rasa ragu, tetapi juga harapan. Mungkin ini adalah langkah yang diinginkan Damian untuk mendekatkan hubungan mereka.

“Mas… apa kamu yakin?” tanyanya hati-hati, berusaha memastikan maksud dari ungkapan Damian.

Damian mengangguk pelan, berusaha menenangkan diri. “Iya, aku… aku ingin kita mulai saling dekat, Nis. Aku tahu selama ini aku terlalu menutup diri, dan aku tidak ingin terus seperti itu. Mungkin dengan kita berada di satu kamar, aku bisa belajar memahami kamu lebih baik,” jelas Damian dengan nada jujur.

Mendengar kata-kata itu, Annisa merasakan kejujuran dalam suara Damian. Meski awalnya ada rasa ragu, ia tahu bahwa ini adalah langkah besar yang diambil Damian. Perlahan, ia mengangguk, tanda setuju.

“Baik, Mas. Aku akan mencoba,” jawab Annisa dengan lembut.

Damian tampak lega mendengar jawabannya. Senyumnya muncul, menunjukkan rasa syukur yang mendalam. “Terima kasih, Nis. Aku janji, aku akan berusaha lebih baik,” ucapnya, dan semangat baru tampak di wajahnya.

Mereka pun melangkah menuju kamar Damian bersama. Dalam perjalanan itu, Annisa merasakan sedikit canggung, tetapi di dalam hatinya, ada secercah harapan. Malam itu, mereka mengambil langkah pertama untuk benar-benar membuka diri satu sama lain, berusaha untuk saling memahami dan mendekatkan hati yang selama ini terpisah.

Sesampainya di kamar, Annisa dan Damian berdiri sejenak di ambang pintu. Annisa bisa merasakan suasana tegang. Kamar itu cukup sederhana, tetapi terasa hangat dan nyaman. Di sudut ruangan, ada beberapa buku yang tergeletak dan lemari yang tertata rapi.

Damian mengangguk pelan, seolah meminta izin untuk masuk lebih dulu. “Kalau kamu merasa tidak nyaman, kita bisa bicarakan lagi. Aku tidak ingin memaksakan,” ucapnya, menyadari betapa pentingnya perasaan Annisa.

“Tidak, Mas. Aku baik-baik saja,” jawab Annisa, berusaha menunjukkan keyakinan meski hatinya berdebar. Ia melangkah masuk dan melihat sekeliling, merasa aneh tetapi juga bersemangat. “Hanya saja… ini terasa baru bagiku.”

Damian menutup pintu dan mendekati Annisa, berdiri di sampingnya. “Aku juga merasakannya, Nis. Tapi aku ingin kita memberi kesempatan pada diri kita sendiri,” katanya dengan nada lembut.

Mereka berdua berdiri di tengah kamar, saling menatap. Annisa merasa ada kehangatan dalam tatapan Damian. “Kalau begitu, kita bisa mulai dengan… mengobrol?” usul Annisa, berusaha mencairkan suasana.

“Ya, itu bagus,” jawab Damian, ia tersenyum, terlihat lebih rileks. Mereka berdua duduk di tepi tempat tidur, dan Annisa mengambil napas dalam-dalam.

“Jadi, bagaimana harimu?” tanya Annisa, mencoba memulai pembicaraan.

Damian mengernyitkan dahi sedikit, tampak berpikir. “Hari ini cukup padat. Selain rapat dengan Andi dan Raka, aku juga harus menyiapkan beberapa hal untuk proyek baru. Tapi aku merasa lebih baik setelah berbicara denganmu di makan siang.”

“Aku juga merasa senang, Mas. Makan siang itu… terasa berbeda,” ucap Annisa, senyum kecil mengembang di bibirnya. “Jadi, apa rencana kita selanjutnya?”

Damian menatap Annisa dengan serius. “Aku ingin kita lebih sering melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama. Mungkin jalan-jalan atau sekadar nonton film di rumah. Apa kamu mau?”

“Boleh juga. Aku suka nonton film!” jawab Annisa, merasa antusias. Mereka berbicara lebih banyak, mengungkapkan hal-hal kecil yang mereka sukai, dan hal-hal yang selama ini tidak sempat mereka bicarakan.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan mereka mulai merasa lebih nyaman satu sama lain. Namun, di tengah percakapan yang hangat itu, Annisa teringat pada rumor yang beredar di kantor. Ia merasa perlu membahasnya dengan Damian.

“Mas, ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Annisa dengan nada serius.

Damian menatapnya dengan perhatian. “Apa itu?”

“Aku mendengar rumor yang tidak baik tentang diriku di kantor. Tentang hubungan kita dan… tentang statusku,” kata Annisa pelan, mengingat semua yang terjadi.

Damian mengernyitkan dahi, tidak menyukai apa yang baru saja didengar. “Rumor apa itu? Aku tidak suka mendengarnya,” ucapnya, nada suaranya penuh ketegangan.

“Gina dan Donita bertanya langsung padaku. Mereka bilang ada yang mengatakan aku hanya… memanfaatkan kamu,” jelas Annisa, suaranya sedikit bergetar.

Damian menghela napas dalam-dalam. “Nis, aku akan berbicara dengan mereka. Kita tidak bisa membiarkan rumor itu merusak hubungan kita,” katanya tegas.

Annisa merasa sedikit lega mendengar dukungan Damian. “Tapi aku tidak ingin ini menjadi masalah besar, Mas. Aku hanya ingin fokus pada kita,” ujarnya, berharap agar masalah ini tidak mengganggu kemajuan hubungan mereka.

“Tenang saja. Kita akan menyelesaikannya bersama. Yang terpenting adalah kita berusaha untuk saling mendukung,” jawab Damian, sambil menggenggam tangan Annisa dengan lembut. Malam itu, mereka saling berjanji untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain, tidak peduli apapun yang terjadi di luar sana.

1
Atik R@hma
buka liburan baru sm disya, lupakan Annisa😁😁
Atik R@hma
slalu bhgia klg kecil Damian, otw adik buat kaka Clara😃😃😃
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀: a-adiikk? 😳😳😳
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀: a-adiikk? 😳😳😳
total 3 replies
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀
iyaaaaaa, akhirnyaaaa setelah 2 tahun diangguriinn
Atik R@hma
kebahagiaan buat Annisa, menunggu bertanya thn😄😄
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
pasti dia seneng damian walaupun sederhana
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
bnr tuh pasti kan dlu kebenaran nya jngn asal ngmng
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
mimpi apaan sih km Damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
mngkn belum waktunya damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
saking kecapean nya Clara sampai tertidur 😴😴😴
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
heboh bangettt ya gara² rumor ituu
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
nah bagus dong sesekali ajakin makan+ngbrol berdua
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
JD intinya mau ada ruangan khusus yaa
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
seneng banget pasti nya dianterin sama Damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
knp kau Andi melamun aja,,Apa jngn² lagi mikirin Anisa
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
semoga aja Clara menyebut Anisa sebagai mama nya
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
Clara diajak belanja lagii pasti seneng tuhh
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
biasa aja dong gina negur nya
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
woww Anisa JD CEO baru disnaa
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
woww Andi punya rasa sama Anisa pdhl kan Anisa istri nya damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
ngapain sih si Zaskia menirukan gaya Anisa segala apa dia mau menggoda Damian 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!