Chef "Kau Luar Biasa"

"Chef.. saya tidak bisa lama-lama disini, berhubung sekarang sudah ada di apartemen. Sebaiknya segera istirahat dan saya juga akan pamit kembali ke kostan" Vika meletakan tubuh Arya di sofa kamarnya, kemudian bergegas pergi dari sana. tapi, lagi-lagi tangannya tertarik kembali oleh pria mabuk itu agar duduk disampingnya.

"Jangan pergi!." Arya yang rapuh langsung menyandarkan kembali kepalanya di bahu Vika, "Aromanya menenangkan ku" lalu meneguk kembali minumannya

Aduuuh gimana ini. Kenapa juga aku harus anterin si mesum ini pulang tadi.. bodoh

"Cukup. Jangan minum lagi, dan saya juga harus pergi. Tidak baik Chef seperti ini, saya tau sangat menyakitkan.. tapi ini semua bisa dibicarakan lagi baik-baik nantinya"

"Kamu takut saya melakukan yang tidak-tidak padamu?" Arya mengangkat kepalanya tepat berhadapan dengan Vika

Nah kan dia sadar, iya lah aku takut, orang mesum kaya dia lagi mabuk pula, siapa yang mau lama-lama disini. Mana kepala aku juga udah pusing banget nih

"Bukan itu.." pembicaraannya terpotong

"Saya janji tidak akan melakukan apa-apa.. saya hanya ingin memelukmu seperti ini karena terasa sangat nyaman" Arya membawa tubuh Vika ke dalam pelukannya, sambil memejamkan mata dengan satu tarikan nafas dalam, pria itu nampak menikmati ketenangan hati yang hancur itu.

"Uch,,,Tapi aku risih. Lagi pula Chef mabuk, saya tidak bisa percaya walau sumpah sekali pun. Sudah, sebaiknya istirahat dan saya pun akan pulang" Vika mendorong dada kekar Arya dari tubuhnya, tapi karena pria itu tidak stabil ditambah pelukannya yang erat, alhasil malah terdorong kebelakang dan Vika juga ikut tertarik sampai sekarang berada di atas tubuh bidangnya

"Hahaha" Arya terbahak "sekarang malah kamu yang berinisiatif menggodaku"

"Dih, ini gara-gara Chef yang gak bisa diem" Vika meronta agar bisa bangkit dan terlepas dari pelukan hangat itu, tapi sayangnya nihil, posisinya masih menetap di sana bahkan kini dengan degupan jantung dan nafas yang tidak beraturan

Dada kenyalnya sangat erat nempel di dada Arya. Semakin dia bergerak orang yang dibawahnya juga semakin menikmatinya

"Hahaha.. Se takut itukah kamu padaku? Jangan terlalu banyak bergerak, kamu baru saja membangunkan yang lain" Arya terus terbahak menahan penolakan Vika yang masih meronta berusaha kabur darinya.

"Lepaskan saya, ini sudah terlalu malam."

Arya sama sekali tidak mempedulikan perkataan maupun tindakan Vika. Dia malah membalikan tubuhnya, dengan posisi yang terbalik yaitu giliran Vika yang ada di bawah. Arya meraih lagi botol minuman tadi meneguknya berkali-kali dan memberikan paksa melalui mulutnya pada gadis itu, tentu saja dengan sejuta drama penolakan yang pada akhirnya memang sulit untuk menghindar dari otot-otot kokohnya.

"Chef udah cukup, saya gak mau" sekuat tenaga dia menolak namun Arya mencengkram kedua pipinya agar bibir itu terbuka. tentu saja membuatnya tidak berdaya dalam genggamannya.

Bukan sekali, dua kali, Bahkan berkali-kali terus melakukan hal yang sama sampai Vika pun setengah hilang kesadarannya

"Sekarang aku mau bibir ini!" Arya mengecup lembut, agar Vika tidak merasa dipaksa. membelai setiap helai rambut yang menutupi wajah manisnya, sebelah tangannya juga ikut bekerja dengan meremas gumpalan kenyal yang ada didada gadis itu, sampai Vika menggeliat dengan reaksi tubuh yang jelas menerima kegiatannya

"Kau suka?" tanya Arya di sela-sela kegiatannya

"Eemm" Vika menjawab polos dengan Kedua telapak tangan yang berada di pipi pria yang sudah tidak terkendalikan nafsunya

Mata mereka saling bertemu pandang, sampai-sampai detak jantungnya pun tidak karu-karuan. Sedangkan tangan Arya masih saja aktif menyelinap masuk kedalam dress nya, menerobos ke bagian sensitif yang dengan seketika gadis itu pun memperlebar kedua kakinya agar Arya lebih leluasa menyentuh bagian sana

Aku tidak boleh melakukan ini, tapi bagaimana untuk pergi? Semua sentuhannya membuat tubuhku ingin melakukannya

Di tengah adegan panas keduanya, Vika masih terus berusaha untuk sadar agar dia tidak melebihi batas yang akan membuatnya kehilangan hal yang berharga nantinya

"Aku ingin merasakan ini?" Bisikan penuh gairah Arya tertuju pada bagian sensitif Vika yang masih terbungkus rapi oleh kain lembut itu

"Tidak boleh," diapun menggeleng manja "aku akan memberikannya pada pria yang aku cintai nanti" Vika setengah sadar, dan mendorong tubuh Arya kembali.

Vika masih berjuang untuk mempertahankan kesuciannya, kemudian dia bangun dan langsung menggeledah tasnya

"Apa yang kau cari?" tanya Arya memeluknya kembali dari belakang

"Ponsel!" jawabnya sambil terus mencari

"ini!" Arya menunjukkan ponsel miliknya "untuk apa?"

"Ada yang harus aku pastikan Chef tidak akan macam-macam". Vika mengambil ponsel itu kemudian merekamnya dengan video, dia tau pasti Arya akan melakukan hal yang lebih, karena mungkin saja dalam keadaan mabuk dia tidak akan mengingatnya besok

"Kenapa kau sangat repot, Aku bisa membuat Video panas kita sebanyak yang kau mau" Arya menggendong Vika membawanya ke tempat tidur melanjutkan lagi kegiatan yang tadi tertunda "dan aku kan membayar mu mahal untuk setiap adegannya" Arya berbisik menggoda di telinga Vika sambil mengigit kecil di ujung cupingnya

"Tidak mau" gelengan lugu kembali "Aku memang suka uang tapi aku tidak suka melakukan hal seperti ini demi uang. Aku mau pulang aja!" walaupun Gadis itu menolak. Tapi kenapa? Tubuhnya sama sekali tidak menolak bahkan dia membiarkan Arya terus menjamahnya

"Sekali lagi kau bilang mau pulang, aku akan membuatmu tidak bisa pergi dari sini"

"Hahaha.. Aku bukan anak kecil yang bisa diolok-olok seperti itu. Baiklah, sudah cukup sampai disini. Aku mau pulang sekarang" Gadis itu berusaha bangun dengan mendorong paksa tubuh Arya, Namun siapa sangka dengan sigap dia telah membuatnya benar-benar tidak bisa pulang

Sreeekkkk!!!!

Gaun pendek yang dia kenakannya sekarang sudah terbelah dua memanjang karena dirobeknya, kini terekspos sudah bagian dalam tubuh Vika yang polos tanpa dress itu lagi, tapi untung saja masih ada penutup bagian sensitifnya. Dan sontak Vika terkejut setengah sadar dia tidak menyangka kalau Arya bener-bener berani melakukan itu padanya

"Chef Arya!!!" Vika segera mengambil bantal-bantal dan menutupi seluruh tubuhnya

"Hahaha.. aku sama sekali tidak menyangka kalau tubuhmu seindah ini" walaupun tubuh Chika lebih terawat, bahkan bodynya juga menarik. entah kenapa melihat Vika yang apa adanya membuat dia tak terkendali, rasanya ingin sekali memiliki tubuh polos itu sekarang juga. tapi sayang, kini sudah tertutup dengan beberapa tumpukan bantal

"Chef!, ini sama sekali enggak lucu" Vika menunjukkan kemarahannya namun Arya masih terus tertawa bahagia dengan apa yang baru saja dia lakukan, dia pun membuka semua pakaiannya satu persatu untuk menunjukan betapa perkasanya dia

Mata gadis itu kini sudah ternodai dengan kesempurnaan tubuh pria yang ada di hadapannya, perlahan tumpukan bantal itu Arya singkirkan, sampai kini terlihat tubuh Vika yang membuat dia semakin gairah ingin segera memilikinya

"Kemari" perlahan

Diraih dengan lembutnya tubuh kecil Vika, dipeluk hangat, di cium sana-sini sampai gadis itu sendiri nyaman dan enggan untuk melepaskannya. tangan nya kini aktif melucuti sisa kain yang masih menempel di bagian titik tertentu, beberapa kecupan berwarna merah juga bertebaran dileher dan dadanya menghiasi kulit polos Vika, tentu saja dengan geliat lembut tanda tubuh itu menerima apa yang baru saja Arya berikan padanya

"Chef,, uuuhh.." lirih pelan dia lontarkan menikmati permainan yang baru saja dia merasakannya, sesekali ada suara tertahan yang rasnya ingin sekali mendesah.

Namun Vika sadar kalau ini semua memang salah, jika dilanjutkan sudah pasti hidupnya akan lebih menderita dari sekarang, dan bebannya pun akan bertambah dengan kehilangan hal yang paling berharga dalam hidupnya...