Halo semua nya. Ini novel author yang ke 3. Di novel ini pemeran utama nya agak berbeda dengan dua pemeran utama di novel author yang lain.
Selamat membaca, dan semoga kalian suka.
Setelah di selingkuhi, dan di tinggal nikah oleh sang kekasih, Mawar di jodohkan dengan anak dari majikan Bapaknya. Bukan nya Mawar tidak mau, hanya saja laki-laki itu bertingkah layak nya wanita. Bapaknya yang seorang supir keluarga itu, terpaksa menerima perjodohan Mawar dan Angga. Banyak yang di harapkan dari pernikahan mereka berdua. Entah bagaimana nasib Mawar selanjutnya.. Selamat membaca. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Kak Mawar beruntung banget sih. Tunangan aja meriah nya kayak gitu. Belum lagi riasan dan pakaian yang ia kenakan." Ucap Maharani pada Ibu nya saat mereka telah tiba di rumah.
"Untuk apa kamu iri melihat Mawar. Biarkan ia mendapatkan harta itu. Setidak nya ia tidak akan bisa hamil. Lihat saja suami nya yang banci. Mana mungkin bisa ngasih dia anak."
"Benar juga ya ma. Pasti itu akal-akalan mereka aja kan. Untuk memanasi aku. Secara aku beruntung bisa mendapatkan suami yang normal. Tidak seperti Angga. Ih, kok jadi aku yang merinding sih."
"Maka nya, kamu nggak usah iri sama Mawar. Sekarang aja dia bahagia. Nanti kan kita nggak bakalan tahu bakal kayak apa rumah tangga nya itu. Mana tahan dia sama suami model begituan."
Ibu dan anak itu akhirnya sama-sama tertawa bahagia menertawakan nasib Mawar. Tanpa mereka tahu, bahwa Mawar tidak lah seperti yang mereka pikirkan.
"Ada apa sih, kok kayak nya asyik sekali tertawa nya." Ucap Pak Budi yang sudah tiba di sana.
"Nggak ada apa-apa kok. Loh, Bapak kok pulang nya dengan tangan kosong?" Tanya Rani saat melihat Pak Budi pulang tidak membawa apa-apa.
"Emang mau di bawain apa kamu Rani? Kamu ngidam? Emang suami mu ke mana?"
"Bukan ngidam Pak. Tapi heran aja. Bapak kan dari acara Kak Mawar. Masak sebagai orang tua kandung tidak di beri bingkisan apa-apa. Pelit sekali suami Kak Mawar itu."
"Emang apa yang kamu harapkan."
"Ya nggak ada sih. Mereka kan orang kaya. Nggak mungkin dong nggak sanggup ngasih bingkisan ke orang yang datang."
"Ada kok. Bahkan semua kebagian bingkisan itu. Tapi Bapak nggak mau ambil. Sepertinya itu tidak cocok untuk Bapak."
"Emang nya kok bisa bapak dapat dan kami enggak?"
"Karena waktu itu Bapak kan duduk di depan."
"Trus, bingkisan nya apa?"
"Bapak ngga tahu. Kayak botol kecil-kecil gitu warna nya putih. Ada beberapa sih. Ah, bapak nggak pernah liat."
"Apa yang kayak gini, Pak?"
"Iya, benar."
"Bappaaaaakkkk. Kok nggak di ambil sih. Itu kan skincare mahal."
Maharani berteriak kesal karena sikap Pak Budi. Ya wajar saja Pak Budi tidak tahu apapun tentang skincare. Ia saja setiap hari sibuk berjalan kemana-mana mengantarkan sang majikan. Mana sempat ia memikirkan skincare segala.
*****
Hari ini adalah waktu kunjungan Maharani ke rumah sang mertua. Dari pagi ia sudah berdandan rapi. Orang tua Reno yang berada di luar kota akhirnya pulang.
Setelah menikah, Maharani memang tidak pernah bertemu dengan orang tua Reno. Mereka kembali ke kota lain dan tinggal di sana.
Saat ini, Kedua orang tua Reno datang dan seperti nya akan menetap di kota yang sama dengan nya. Maharani sudah tidak sabar ingin mengenal lebih dekat mertua dan ipar-ipar nya itu.
"Kamu sudah siap sayang?" Tanya Reno.
"Sudah dong. Kan udah sejak lama aku pengen bertemu keluarga mu. Tapi nggak pernah kesampaian."
"Iya. Maafkan aku deh. Kan selama ini orang tua ku tinggal nya jauh. Maka dari itu, sekarang mereka ingin tinggal di dekat sini supaya bisa melihat kehadiran cucu mereka nanti." Ucap Reno.
Mereka pun meluncur ke rumah kedua orang tua nya Reno. Tidak lupa Maharani membeli beberapa kue sebagai buah tangan untuk mengambil hati mertua nya.
Setelah beberapa saat mereka berada di perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah minimalis yang lumayan mewah. Pasti orang tua Reno bukan orang sembarangan sampai bisa membeli rumah ini.
"Sudah sampai. Yuk kita turun." Ucap Reno.
"Ini beneran rumah nya?" Maharani pura-pura tidak tahu.
"Iya sayang. Ini rumah nya. Kenapa?"
"Nggak kenapa-kenapa kok. Yuk kita masuk."
Akhir nya mereka pun masuk ke dalam rumah itu. Sebelum mereka mengetuk pintu, pintu duluan terbuka dan memperlihatkan seluruh keluarga Reno yang ada di dalam sana.
"Bang Renoooo," salah satu adik Reno memanggil dan langsung memeluk nya.
Bukan hanya satu. Namun adik-adik nya yang lain juga demikian.
"Makasih ya Bang. Rumah nya cantik sekali. Mama dan Papa juga kami sangat senang sekali."
Degh..
Jantung Maharani hampir berhenti berdetak. Rumah? Apa rumah ini di beli oleh Reno untuk keluarga nya?
Maharani masih bertanya-tanya dalam hati. Untuk saat ini, ia akan diam terlebih dahulu. Akan ia lihat, seberapa pintar Reno menyimpan rahasia.
Adik-adik Reno semua nya perempuan. Mereka berjumlah tiga orang. Dan Reno adalah anak laki-laki pertama di keluarga itu.
"Reno, kamu datang nak." Ucap seorang wanita tua yang tidak lain adalah mama nya Reno.
"Iya, Ma. Ni Reno juga datang bersama Maharani."
"Iya. Mama apa kabar?" Tanya Maharani ingin mencium punggung tangan Mama nya Reno.
Akan tetapi, wajah yang tiba-tiba ramah itu berubah menjadi tidak jelas. Mama Reno mengabaikan Maharani dan pergi begitu saja.
Maharani kebingungan dengan sikap Mama mertua nya itu.
" Ma, Rani bawain kue ni untuk Mama dan adik-adik." Ucap Rani lagi dan mencoba untuk bicara dengan Mama mertua nya.
"Letakkan saja di situ. Mama sedang sibuk di dapur. Dan kamu Reno, bawa istri mu ke dapur juga buat bantuin Mama."
Maharani terkejut sekaligus melongo. Selama hidup nya, ia tidak pernah ke dapur. Dan sekarang, saat pertama kali datang ke rumah sang mertua, ia malah di suruh ke dapur.
Oh,,, cobaan apalagi yang akan di terima oleh Maharani nanti. Awal nya saja sudah begini menyakitkan.