NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:565.1k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Membatalkan keberangkatan

"Apa maksudmu dengan tidak bisa menemukannya?" Jeno marah pada Aldo yang mengatakan tak dapat melacak keberadaan Rayyan.

Aldo hanya menggeleng lemah sebagai respon dari kemarahan sahabatnya.

"Mencari satu orang saja tidak bisa!" hardik Jeno. "Baiklah, aku yang akan menemukannya dengan caraku sendiri," ujarnya disertai decihan keras.

Jeno yakin jika Rayyan akan kembali jika dia mengusik ibunya. Maka Jeno mempunyai rencana untuk memancing pria itu agar Rayyan sendiri yang datang padanya.

Jeno mulai menjalankan rencananya dengan mendatangi kediaman Aura kembali. Jeno mau bertemu Aura lagi, sekalian memberi peringatan kecil pada Bi Dima agar wanita baya itu mau memanggil sang putra untuk datang menemuinya.

Sayangnya, begitu sampai ke kediaman Aura hari ini, Jeno justru dikejutkan dengan kabar mengenai Aura yang sudah berangkat ke luar negeri.

"Aura gak ada, Jen." Mama Yara menatap Jeno dengan tatapan sendu. "Aura udah berangkat kemarin," sambungnya pelan dan terdengar hati-hati.

Jeno menelan rasa kecewanya dalam-dalam atas kabar ini. Bukan hanya kecewa karena Aura pergi, tapi juga karena dia tidak bisa mengantar kepergian Aura kemarin. Jangankan mengantar, kapan Aura berangkat saja dia tak tahu. Setidak penting itukah dia bagi Aura hingga gadis itu tidak mengucapkan sekedar kata pamit padanya?

Jeno menghela nafas berat. Satu yang dia yakini bahwa kepergian Aura tidak lepas dari semua kesalahan yang telah diperbuat oleh pria bernama Rayyan.

Heh, laki-laki itu! Batin Jeno masih merasa geram akan kelakuan Rayyan yang telah menodai calon istrinya.

Bicara soal calon istri, masih adakah harapan bagi Jeno untuk tetap mengharapkan hal itu? Jeno sudah tau mengenai keadaan Aura yang sudah tidak sama lagi seperti dulu, tapi itu tak masalah baginya sebab diapun sadar dengan kekurangan dirinya sendiri. Jeno tetap menginginkan gadis yang sama. Aura.

"Maaf ya, Jen. Tante gak tau kalau Aura gak sempat pamit sama kamu."

"Sebenarnya Aura kemana, Tant?"

Mama Yara menggeleng, beliau sudah berjanji untuk tidak memberitahukan siapapun dimana putrinya berada, terutama pada Jeno. Hanya saja, Mama Yara benar-benar tidak menyangka jika Aura sama sekali tidak mengucapkan kata pamit pada pemuda itu.

"Kasih tau aku, Tant. Please, aku udah tau semuanya, tapi aku tetap mau menikahi Aura. Apa aku gak berhak tau dimana keberadaan Aura, Tant?"

Kali ini Jeno memelas didepan ibu kandung Aura tersebut. Sayangnya, Mama Yara memang tidak bisa mengatakan dimana Aura berada meski beliau juga tidak tega pada tatapan mata Jeno yang tampak mengembun.

"Maaf, maafin Tante, Jeno. Tante gak bisa bilang dimana Aura berada. Untuk sekarang, biar dulu seperti ini ya, kamu tau keadaan Aura, kan? Biarkan dia tenang dulu untuk sementara waktu. Jika kalian memang berjodoh, nanti Aura pasti akan kembali sama kamu."

Jeno menunduk lesu. Dia tak mungkin memaksa Mama Yara lagi ketika wanita paruh baya itu sudah mengatakan tidak.

Jeno pun undur diri dari hadapan wanita itu, dia pamit untuk pulang meski sebenarnya Jeno tidak benar-benar pergi sebab dia memiliki tujuan lain di rumah tersebut.

Dengan langkah jenjangnya, Jeno berjalan menuju paviliun belakang. Satu keinginannya yaitu menemukan Bi Dima secepatnya. Wanita itu harus bisa menjadi umpan untuk memancing agar Rayyan datang. Juga sedikit pengancaman mungkin akan membuat Bi Dima membuka mulut tentang keberadaan putranya.

...****...

"Ma-mas Rayyan?"

"Bi? Ada apa, Bi?" Rayyan menyahuti panggilan Bi Dima dari seberang telepon.

"Mas Rayyan bisa ... bisa ... datang lagi?"

"Datang? Datang kemana?"

"Ke rumah Pak Sky, tempat kerja Bibi."

Rayyan tersenyum dalam posisinya. Dia mengira ini adalah kabar baik. Sebab tidak biasanya Bi Dima memintanya untuk datang ke tempat kerjanya itu. Mudah-mudahan saja Aura sudah berubah pikiran dan mau menerima pertanggungjawaban darinya.

"Aura udah berubah pikiran ya, Bi?" tebak Rayyan dengan nada senang.

Bi Dima tidak menyahut, membuat Rayyan mengernyit di posisinya.

"Bi?" panggilnya.

"I-iya Mas?"

"Semuanya baik-baik aja, kan?" Rayyan sedikit keheranan dengan nada bicara Bi Dima, tapi rasa senangnya membuat dia mengira jika tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Ehm, Iya semuanya baik-baik aja kok," Bi Dima terdengar menghela nafas pendek. "Kapan Mas Rayyan datang?" tanyanya kemudian.

"Besok saya kesana ya, Bi. Ini saya masih ada kerjaan sedikit."

"Baik, Mas. Tapi ..."

"Ada apa lagi, Bi?"

"Mas Rayyan langsung datang ke cafe yang dekat perumahan aja, jam 8 malam. Bisa?"

"Kenapa gak dirumah?" Kali ini Rayyan benar-benar bingung.

"Enggak tau, Bibi cuma diminta menyampaikan pesan saja. Maafin Bibi ya, Mas."

Rayyan merasa ada yang janggal, apalagi Bi Dima sampai meminta maaf padanya. Benar-benar aneh. Tapi, akhirnya Rayyan mengiyakan juga ujaran Bi Dima dari seberang teleponnya.

Insting Rayyan mengatakan ada sesuatu. Tapi dia menepis pemikiran itu, mungkin ini adalah ajakan keluarga Aura untuk bicara diluar kediaman mereka agar suasana menjadi lebih rileks. Entahlah, Rayyan tidak mau menduga-duga.

"Pak?"

Rayyan menoleh pada seorang pria tua yang kini berada didekatnya. Itu adalah Pak Deri--orang kepercayaan mendiang orangtuanya.

"Ada?" sahut Rayyan pada pria tersebut.

"Ini Pak, laporan yang Bapak minta, tentang perkembangan dan penjualan hasil peternakan di dua bulan terakhir."

Rayyan pun melihat pada tablet yang diberikan Pak Deri padanya. Dia menghela nafas berat. Seperti yang sudah dia duga--setelah kematian Ayahnya--hampir seluruh hasil peternakan itu dikuasai oleh Tantenya.

Melihat ada banyak kecurangan dalam laporan tersebut, Rayyan merasa tidak bisa terus menerus bersikap diam seperti ini. Selama ini dia pura-pura tak mengetahui kecurangan tantenya karena menghargai adik mendiang ayahnya itu. Tapi lama kelamaan Tante Inggrid semakin keterlaluan.

"Berhubung saya ada urusan mendadak besok, kita tunda dulu kepulangan kita hari ini."

"Baik, Pak."

"Tapi segera urus kepulangan saya di hari rabu. Saya akan segera menemui Tante Inggrid."

Pak Deri mengangguki permintaan Rayyan. Rayyan memang merasa semuanya sudah cukup. Dia harus menegur Tante Inggrid seperti dulu--meski nantinya dia akan di umpat dan dikatai breng-sek lagi-- seperti yang sudah-sudah.

Caci maki Tante Inggrid adalah makanan sehari-hari Rayyan jika dia berada di rumah besar Ayahnya, sebab Tante Inggrid dan keluarganya tinggal disana sejak beberapa bulan terakhir ini.

Tante Inggrid selalu menjual hasil ternak diluar harga pasaran. Daging, telur, susu, semuanya.

"Bahkan tambang emas yang terus-menerus dikeruk, lama kelamaan akan habis, apalagi peternakan peninggalan Papi," gumam Rayyan yang tak habis pikir kemana uang itu digunakan oleh Tante Inggrid.

Rayyan kembali melihat pada Pak Deri. "Kita kembali ke Hotel sekarang," katanya sembari bergerak dari kursi tunggu yang ada di Bandara.

Sekali ini, Rayyan tak akan berbaik hati lagi. Sudah cukup tenggang waktu yang dia berikan untuk melihat perubahan Tante Inggrid. Nyatanya, wanita itu tidak berubah dan justru semakin berulah dengan menyelundupkan hasil ternak dan merubah hasil laporannya seperti ini.

Rayyan menyerahkan lagi tablet pada Pak Deri saat dia sudah mulai berjalan. Laporan yang tadi sempat dilihatnya sekilas, memang sudah jelas sekali perbedaannya antara yang asli dengan laporan yang sudah di sabotase oleh Tante Inggrid.

Karena telepon dari Bi Dima, Rayyan terpaksa untuk menunda kepulangannya hari ini. Padahal dia sudah berada di area bandara.

Sudahlah, Rayyan akan mengurus soal Aura dulu, barulah dia akan mengurus mengenai problem keluarganya.

...Bersambung ......

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!