"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps2. Mungkinkah selama ini telah salah menilai?
Hari berganti hari, kini seminggu sudah Viona hidup seatap dengan madunya. Viona menjalankan tugasnya seperti biasa, merawat dan menemani kakek setiap saat. Beberapa kali, Viona tidak sengaja melihat Alex sedang bercumbu mesra dengan Jessica istri barunya, bahkan Alex memperlakukan wanita itu bak seorang putri raja.
Sakit? Tentu saja sangat sakit, bahkan hancur berkeping-keping hatinya. Apa istimewa Jessica? Apa perbedaan dirinya dengan wanita itu? Bukankah mereka sama-sama perempuan? Lalu mengapa Alex tidak bisa bersikap baik padanya walau hanya dikit saja?
Pagi ini, seperti biasa, semua keluarga berkumpul dimeja makan.
"Eehh, penganti baru, makin mesra aja" ucap Nyonya Veronika ketika melihat Alex dan Jessica bergandengan tangan menuruni anak tangga.
"Makin lengket, kek prangko nggak bisa lepas." timpa Aluna, anak perempuan Veronika dari pernikahan keduanya.
Aluna terkekeh kecil menampakan seluruh giginya ketika mendapatkan tatapan dingin dari Alex kakaknya.
"Pagi, Mah, Pah, Lun" sapa Jessica. Wanita itu menarik kursi dan mempersilakan Alex duduk.
"Pagi sayang" sahut Nyonya Veronika ramah, sementara Aluna dan papanya hanya memberi senyuman kecil.
"Makan yang banyak sayang, ini semua makanan sehat. Mama sendiri loh yang pilihin sayurannya" Wanita paruh baya itu mengambil beberapa sayuran dan lauk untuk menantunya.
"Makasih, Mah" Jessica tersenyum manis menyambut kebaikan mertuanya.
"Lex, Mama harap kalian tidak menunda untuk punya anak"
Uhuukkk uhukkkk, Jessica tersendat air yang baru saja ia teguk.
"Pelan-pelan minumnya" ucap Alex, tangannya menyapu-nyapu punggung Jessica yang masih terbatuk-batuk. Entah malu atau apa? Jessica langsung tersedak saat mendengar ucapan mama mertuanya.
"Aku nggak apa-apa, Lex. Aku ke belakang sebentar, ya."
"Mau ditemani?"
"Nggak usah sayang, aku bisa sendiri" sahut Jessica sambil memegang pundak Alex agar suaminya itu tidak khawatir. "Mah, Jessica ke belakang bentar ya."
Nyonya Veronika mengangguk sambil tersenyum, melihat kemesraan Alex dan Jessica, ditambah menantunya begitu ramah dan lembut saat berbicara. Nyonya Veronika semakin yakin Alex akan hidup bahagia kedepannya.
"Papahku mana?" tanya Veronika, ketika melihat Viona berjalan seorang diri kemeja makan.
"Kakek lagi tidak enak badan, kakek minta sarapan di kamar" sahut Viona sopan.
"Apa yang sudah kau lakukan sampai papaku bisa sakit, ha?" Veronika tampak tak terima dengan jawaban Viona.
"Maaf, Mah. Tapi Vio tidak melakukan apa-apa."
"Hentikan dramamu, cepat bawakan makan untuk papaku" bentak Veronika dengan nada sedikit meninggi.
"Iya, Mah" Viona langsung mengambil nasi dan lauk untuk Kakek Volcan.
Sementara yang lainnya melanjutkan makan, seolah tidak terjadi apa-apa. termasuk Alex.
****************
*Kamar Kakek Volcan*
"Bagaimana keadaan, kakek?"
Viona terperanjat, dirinya yang baru saja selesai menyuapi kakek dan hendak keluar untuk menaruh pikir bekas makan kakek, terkejut saat melihat Alex telah berdiri di depan pintu.
Sesaat pandangan kedua makhluk yang telah sah tapi belum pernah bersentuhan itu terkunci. Jantung Viona berdetak kencang seakan ingin melompat keluar, ini pertama kalinya ia berdiri dalam jarak yang dekat dengan Alex dan ini juga pertama kalinya ia beradu panda dengan Alex.
"Maaf" Viona merasa malu saat menyadari perbuatannya, gadis itu segera menundukan kepala lalu cepat-cepat pergi tanpa berucap apapun.
Alex sedikit bingung melihat tingkah Viona, Ada apa dengannya? Alex menaikan sebelah Alisnya.
"Kakek," Alex melangkah masuk dan mendekat keranjang kakek. "Gimana keadaan Kakek?" tanya Alex. Tangannya terulur menggenggam jemari keriput sang kakek yang telah habis dimakan usia.
"Seperti yang kamu lihat, Nak. Kakek baik-baik saja" kakek tua berusaha membenarkan posisinya sontak Alex langsung membantunya.
"Katakan, apa yang kakek inginkan?"
"Keinginan kakek satu-satu hanya mau melihat kamu bahagia, Lex" Kekek menatap cucunya lekat. "Seminggu terakhir, kakek perhatikan kamu sudah sangat bahagia dengan pernikahan keduamu"
Alex terdiam, mencerna setiap ucapan sang kakek.
"Jika kamu sudah yakin dengan pilihanmu, kakek ikut bahagia. Kakek tidak punya alasan untuk tidak merestuimu, semoga kamu bahagia selalu"
Alex tersyum senang mendengar ucapkan kakek, restu dari kakek adalah kabar bahagia yang ingin didengar oleh Jessica, dalam hatinya, Alex sudah tak sabar ingin menyampaikan kabar gembira itu pada istrinya.
"Kakek sudah sangat lelah, Lex. Biarkan kakek istirahat" Kakek tua mulai membenah diri untuk tidur.
"Baiklah, Alex tinggal ya, Kek. Sore nanti Dokter Irwan akan kesini untuk periksa Kakek" ucap Alex sambil membenarkan selimut kakek.
"Alex!"
Panggilan kakek menghentikan langkah Alex yang hendak keluar. Pria itu berbalik dan kembali menatap sang kakek.
"Iyah, Kek."
"Berjanjilah satu hal pada kakek untuk yang terakhir kalinya"
"Kekek bicara apa? Katakan! Apapun keinginan Kekek, Alex janji akan turuti semuanya" Alex kembali menggenggam tangan Kakek Volcan.
"Berjanjilah untuk tidak mengusir Vio dari sini walau kakek telah tiada, ada nyawa yang sedang gadis itu perjuangkan.
Alex mengangguk pelan sambil mencerna ucapan sang kakek. Ada nyawa yang sedang diperjuangkan? Mungkinkah selama ini Alex beserta semua orang rumahnya telah salah menilai Viona?
.
.
.
Happy reading Guys😍😍
jangan lupa dukungannya, Like dan komen. thank you🥰
banyak kerananya