Mikayla adalah Perawat Gigi. Ia telah dikhianati oleh pacarnya sendiri yang berselingkuh dengan teman seangkatan perawat. Pacarnya adalah seorang anggota Polri. Namun cintanya kandas menjelang 2 tahun sebelum pernikahannya. Namun ia mengakhiri hubungan dengan pacarnya yang bernama Zaki. Namun disamping itu ia ternyata telah dijodohkan oleh sepupunya yang juga menjadi anggota Polri. Apakah ia akan terus memperjuangkan cintanya dan kembali kepada Zaki, atau lebih memilih menikah dengan sepupunya?
ikuti kisah selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahkota Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Yang Panjang
“Yuk Mik, sudah siap belum?” tanya Ali yang rupanya ia telah siap mengganti pakaiannya.
“Iya bang, sudah nih.” Mika langsung menghampiri Ali yang sudah menunggunya di depan pintu kamarnya.
Kemudian mereka turun berbarengan.
“Pakai motor apa mobil?” Ali memberikan penawaran kepada Mika.
“Terserah kamu saja bang, aku cuma ikut saja.”
Sebelum Ali menentukan pilihan, ternyata bunyi guntur sudah saling bersahut-sahutan.
“Hmmm.. calon hujan tuh, pakai mobil yah. Takut nanti tiba-tiba hujan.” Ucap Ali yang langsung meraih kunci mobilnya di meja.
Mika hanya mengangguk saja, karena ia sudah sangat pasrah malam ini antara sudah tidak mood tapi perutnya sangat lapar.
Ali segera merangkul Mika dan berjalan menuju mobil.
Keduanya telah masuk kedalam mobil, dan Ali segera melajukan mobilnya untuk keluar dari jalanan komplek.
Jalan raya tidak lah terlalu ramai karena hari sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Ali mengemudikan mobil nya dengan kecepatan tinggi, dan membelah jalanan kota malam ini.
“Mau makan apa, Mika sayang?” tanya Ali yang masih sibuk dengan kemudinya.
“Hmmm, nasi goreng enak kayaknya bang.” Sahut Mika sambil menoleh kearah Ali yang masih terus meluruskan pandangannya.
“Okay.” Ali mengangguk. Ia langsung melajukan ke suatu tempat yang berjualan nasi goreng.
Tidak membutuhkan waktu lama, Ali menghentikan mobilnya pada pedagang nasi goreng pinggir jalan yang pengunjungnya sangat ramai dan sangat mengantri di pusat Jakarta ini.
“Makan disini, bang?” Tanya Mika celangak celinguk.
“Iya, kenapa memang?” Ali berbalik bertanya sambil melepaskan seatbeltnya.
“Ramai banget bang.”
“Sudah, kamu tunggu sini saja ya. Aku saja yang keluar pesan.” Ali segera membuka pintu mobil.
Mika tampak memperhatikan sekitar luar mobil banyak sekali yang sedang mengantri nasi goreng.
“Nasi goreng saja peminatnya banyak banget ya?” Gumamnya lirih sambil menggelengkan kepalanya.
Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempangnya.
Ia masih saja melihat chatnya ke Zaki yang sampai sekarang masih saja checklist dan belum ada tanda-tanda ponsel Zaki aktif.
Ia menghembuskan nafas panjangnya dan menyandarkan tubuhnya kesandaran mobil.
Ali membuka mobil dan masuk kedalam mobil sambil melebarkan pintu mobil sisi kanan.
“Mau turun apa nunggu didalam mobil, Mik? Nggak mau cari minuman dulu?” Tanya Ali dan kemudian mengajak nya untuk mencari minuman supaya tidak bete menunggu didalam mobil.
“Ya sudah yuk, cari minum. Aku juga haus bang.” Jawab Mika yang kemudian keluar dari mobil.
Ali menutup pintu mobilnya kemudian mengajak Mika mencari minuman yang tidak jauh dari nasi goreng yang telah ia pesan.
Mika berjalan dirangkul oleh tubuh kekar Ali. Banyak orang yang melihat mereka sebagai sepasang kekasih, padahal hanya sepupuan yang memang rencana akan menjadi pasangan, namun semua berada dalam kendali Allah.
“Mika kamu mau minum apa?” tanya Ali berhenti pada sebuah tukang penjual minuman kemasang dan ada minuman yang di seduh juga.
“Es enak kayaknya Bang, pingin yang dingin-dingin.” Mika menjawab sembari menunggu Ali membeli minuman, duduk dibangku taman.
Ali sedang memesan minuman, tampak ia sedang mengobrol-ngobrol dengan pedagang minuman sekaligus bekerja untuk memantau situasi kalau-kalau disekitarnya ada orang jahat atau berseliweran.
“Terima Kasih ya, bang, kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi kartu nama saya saja.” Ucap Ali kepada pedagang minuman sambil menyodorkan kartu nama.
“Baik, Pak!” Jawab si pedagang minuman tersebut.
Ali membeli dua es jeruk didalam gelas besar, yang kemudian satu gelasnya ia berikan kepada Mika yang sudah menunggu dibangku taman.
“Nih, Mik.” Ujar Ali menyodorkan segelas es jeruk.
Mika yang sudah tampak haus langsung meminumnya dengan rakus.
“Ahhhhhh segarnya….” Ucap Mika tiba-tiba.
Ali menggelengkan kepalanya dengan senyuman menawan.
“Ih, jangan senyum begitu ah.” Ucap Mika kepada Ali yang duduk disebelahnya.
“Kenapa memang? Kegantengan ya?” Ucap Ali terlewat sangat pede sekali.
“Ih, kepedean.” Mika membuang wajahnya dan terkekeh geli.
“Sudah jujur saja.” Sahut Ali dengan penasaran.
“Hahahahha nggak jelas ah kamu bang. Ngomong-ngomong nasi goreng lama amat bang jadinya.” Ucap Mika yang tampaknya sudah sangat kelaparan.
“Sabar atuh neng, kan lagi dibuat, nggak lihat tuh yang mengantri bejibun.” Ali menunjukan beberapa orang yang sudah mengantri sedari tadi.
“Aku sudah lapar banget ini.” Sahut Mika yang sedang mengusap perut kempesnya.
“Sabar ya, dedek.” Jawab Ali langsung mengusap perut kempesnya Mika.
“Ih, apa sih bang, kok dedek sih?” Mika tampak kebingungan apa yang di maksud oleh Ali.
“Iya, dedek bayi didalam perut kamu.” Ali mengeluarkan cengirannya.
Mika segera menepis tangan Ali.
“Ya Allah, naudzubillahimindzalik bang, aku belum mau punya anak. Kuliah saja belum kelar.” Mika tampak menanggapi Ali dengan serius.
“Punya anak sama aku mau nggak? daripada sama Zaki nggak jelas begitu!” Ali masih saja meledeki Mika yang sudah menahan lapar itu.
“Ssstttttt.. jangan berisik ah.” Sahut Mika sudah mulai tidak mood.
Tidak lama kemudian datang lah pedagang nasi goreng membawa dua piring nasi goreng yang masih sangat mengebul asapnya.
“Terima Kasih, bang.” Ucap Ali menerima dua piring nasi goreng.
Mika langsung menyambar piring nasi goreng, dan langsung ingin melahapnya.
“Baca do’a dulu.” Ali mencegah tangan Mika yang hendak menyuapkan sendok ke mulutnya.
“Hahahhaha iya lupa, saking laparnya.” Mika mengeluarkan cengirannya yang sangat manis.
Sekilas Ali melihat Mika dengan tatapan yang sangat terpesona, melihat Mika dengan sangat hangat. Ia menyadari bahwa ternyata sepupu yang dijodohkan olehnya ternyata sangatlah manis.
Setelah membaca do’a, Mika langsung melahap nasi gorengnya.
“Hmm..Enak banget bang nasi gorengnya, kamu tahu dari mana bang nasi goreng disini enak? Sudah sering langganan ya?” tanya Mika dengan sesekali menyuapkan sendok kemulutnya.
Ali juga sudah mulai menyuapkan nasi kemulutnya dan sesekali mencaplok kerupuk.
“Lumayan sering sih, kalau pas balik dinas malam. Sama kalau pas jalan sama Janice.” Jawab Ali.
Mendengar nama Janice entah mengapa hati Mika sangatlah tidak suka. Apakah Mika cemburu? Masa iya?
Mika tidak menjawab lagi pembicaraan Ali. Ia melanjutkan kembali menikmati nasi goreng yang masih mengebul dan lezat itu.
Ali kemudian menyadari bahwa pembicaraannya tidak di respon kembali oleh Mika. Ia segera menoleh ke arah Mika. Melihat Mika menyuap dengan membuang muka semakin membuat Ali penasaran dan penasaran.
Ada apakah dengan Mika? Apakah ada yang salah dengan perkataan Ali? Karena setelah Ali pahami setiap kali ia menyebut nama Janice, Mika menjadi berubah moodnya dan sepertinya kurang menyukainya.
Ali langsung menyedot es jeruknya.
“Mika?” Panggil Ali.
"Hmmm." Mika menoleh ke arah Ali tanpa ekspresi.
“Kamu kenapa, Mika? Ada yang salah ya sama ucapanku? Kamu cemburu sama Janice?”
Mika mengangkat kedua bahunya.
"Hmmm.. kamu pasti cemburu nih."