Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Mencukur jambang
Setelah mendapatkan apa yang dia mau Adel membawa alat cukur ke kamarnya, Al heran melihat Adel membawa alat di tangannya.
'Apalagi yang akan dia lakukan?' batin Al.
" Yuhuu.. Adel barbershop siap melayani anda, Tuan." Ucap Adel membungkukkan badannya.
"Apa yang kau bawa itu?" Tanya Al.
"Tentu saja untuk mencukur jambang mu itu, kalo dibiarkan panjang bakalan banyak kutu yang bersarang di sana hiihh ngeri kali." Ucap Adel.
"Ini belum panjang, lagian cowo keliatan macho kalau kumis sama jambangnya di biarin panjang." Ucap Al.
"Emang gak pernah ngaca? Rambut udah kayak iklan shampo, kumis sama jambang udah kayak mbah-mbah helloo...apa kata orang-orang kalau mereka tau seorang Albert sudah mempunyai seorang pendamping tapi suaminya kagak ke urus." Omel Adel.
"Enggak.. Gak mau..." Toak Al mengibaskan tangannya.
Adel meletakan alat cukurnya si atas meja, dia mengangkat tubuh Al dan mendudukkannya di atas kursi roda. Adel mengambil gesper dari dalam walk in closet, melihat Adel pergi Al berusaha mendorong kursi rodanya keluar dari kamar namun usahanya di gagalkan oleh Adel yang langsung lari menghentikan Al.
"Diam..! Jangan kemana-mana" Tekan Adel.
Adel membawa Al kembali masuk ke dalam kamarnya, Indah dan Cindy mendengar suara keributan dari kamar Al mereka langsung lari melihatnya takut Al kembali mengamuk. Rasya, satria dan juga pak Ahmad pun mendengarnya, semua orang berlarian menaiki tangga khawatir terjadi sesuatu di atas sana.
Sampai di lantai atas dengan nafas yang tersengal Indah dan yang lainnya di buat melongo melihat seorang Albert di ikat di kursi rodanya, Adel dengan santainya mencukur rambut Albert dengan style yang dia inginkan.
"Hahaha.. Adel emang bener-bener dah, sepuluh jempol buat dia mah." Ucap Cindy tertawa.
"Kirain kakak mengamuk lagi, taunya lagi di tahan sama istrinya sendiri." Ucap Rasya.
"Lucu juga liatnya, selama ini gak ada loh yang berani berbuat sejauh itu sama Al hanya Adel yang bisa membuat seorang Albert tunduk padanya." Ucap Indah.
Semuanya tersenyum melihat Adel yang sedang mencukur rambut Al, sedangkan Al berontak berusaha melepaskan gesper yang mengikat di badannya.
"Diem napa sih, udah kaya ulet bulu gak bisa diem." Omel Adel.
"Lepasin, aku gak mau di cukur." Protes Al.
"Bangga bener rambut udah kayak jamet juga, mau nih gunting salah potong, hah?!" Ancam Adel menyodorkan gunting cukur ke wajah Al.
Al diam tanpa menjawab ucapan Adel, dia tak bisa berkata-kata lagi takut Adel benar-benar menggunting wajahnya. Melihat Al yang diam Adel kembali mencukur rambutnya, selesai merapihkannya Adel turun ke bagian wajah yaitu membersihkan kumis dan jambang. Adel mendekatkan wajahnya ke arah Al, tatapan mata keduanya bertemu jangan tanya bagaimana jantung mereka. Detak jantung keduanya bersahutan menyanyikan lagu getaran cinta, Adel dengan jailnya meniup mata Al.
deg ! Deg! Deg!
Wuusshh...
"Liatin apa bang? Bininya cantik ya?" Goda Adel menaik turunkan alisnya.
"B aja." Jawab Al.
"Malu-malu kucing niieee." Ucap Adel mencolek dagu Al.
Sentuhan Adel membuatnya tak bisa berkata-kata dan terkunci pergerakannya, Adel dengan fokus membersihkan kumis dan jambang Al, sekaligus merapihkan rambutnya yang sudah panjang.
"Aaaa.. So sweet.." Ucap Cindy iri melihat interaksi kakak dan sahabatnya.
"Makanya jangan kelamaan jomblo, kalo udah punya mah kan enak tinggal bawa ke hadapan Mommy nanti Mommy nikahin biar kayak kakak kamu." Ledek Indah.
"Yeaay.. Jangan salah kan udah ada ayang Satria disini mom, ya kan bang?" Goda Cindy dengan tatapan genitnya pada Satria.
Satria bergerak tidak nyaman, dia salah tingkah di goda oleh adik dari majikannya tidak bisa di pungkiri kalau Cindy memang cantik, tapi dia ingat batasannya dan dirinya siapa jadi dia tak pernah menanggapi setiap Cindy menggodanya.
"Hhuuuhh.. Dasar cewek gatel, Satria nya aja diem aja." Cibir Rasya.
Pukk .. Puk..
Adel menepuk-nepuk tangannya, di sudah menyelesaikan tugas mencukurnya kini Al terlihat jauh lebih tampan dan segar.
"Wuiiddiihhh emang skill Adel gak pernah gagal, tunggu disini aku bawa cermin dulu ya.." Ucap Adel.
Adel membawa cermin dari dalam tas yang di bawanya, dia memberikannya kepada Al.
"Ini, lihatlah kamu sudah jauh lebih tampan sekarang. " Ucap Adel.
Al mengambil cermin yang di sodorkan oleh Adel, dia menatap tak percaya dirinya seperti 5 tahun lebih muda dari biasanya.
"Apa ini aku?" Tanya Al memastikan.
"Bukan, itu dedemit yang menjelma jadi orang ganteng." Jawab Adel asal.
"Bisa gak sih kalo jawab tuh yang bener." Protes Al.
"Ini tuh udah bener jawabnya, lagian cermin di pegang sendiri yang pastinya di dalam cermin itu pastinya dirimu bukan aku." Adel memutar bola matanya malas, yang benar saja suaminya ini.
"Thanks" Ucap Al tersenyum.
Adel menggosok-gosok matanya, dia juga mengusap telinganya takut salah dengar.
"Apa aku tidak salah melihat dan mendengar?" Tanya Adel pada dirinya sendiri namun bisa di dengar oleh Al.
"Aigooo tampannya imamku, bilang apa tadi? Terima kasih ahh manisnya suamiku." Puji Adel.
Proookkk... Prookkkk
Adel bertepuk tangan, ia mengacungkan jempolnya keatas dengan bersemangat.
"Lumayan, ada kemajuan, hihihi." Adel terkikik sendiri.
Jangan tanya bagaimana reaksi Al, dirinya sudah terbang mendengar pujian yang Adel berikan. Dari luar kamar lima orang yang sedang menguping merasa baper sendiri.