Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. SAKIT
Dua hari setelah pembicaraan tentang Lili, Rion dikejutkan dengan kondisi Lucas yang memburuk sejak kemarin.
Lucas demam tinggi dan menolak untuk makan. Parahnya bocah kecil itu terus memanggil nama Lili bahkan dalam tidurnya. Sepertinya dampak ucapan dari Rion yang melarang Lucas bertemu dengan Lili, terlebih mengatakan kalau gadis itu jahat kepada Lucas, mampu membuat Lucas stress dan jatuh sakit.
Rion uring-uringan sudah sepanjang dua hari ini. Lucas menolak untuk makan dan terus menangis memanggil Lili. Hal itu membuat Rion luar biasa khawatir dan takut. Kalau-kalau sesuatu yang buruk terjadi pada sang anak.
"Mungkin sebaiknya kau memanggil Liliana ke sini untuk bertemu dengan Lucas. Kurasa Lucas kangen dengan gadis itu. Dan aku takut kalau keadaan Lucas akan semakin memburuk jika terus menolak makan dan demam yang tidak turun. Bisa jadi setelah bertemu dengan Liliana, Lucas akan membaik. Kudengar anak kecil akan sakit demam seperti ini ketika ia kangen dengan seseorang," saran Dante yang juga begitu khawatir dengan keadaan sang tuan muda.
"Dimana aku bisa menemukan gadis itu sekarang?" tanya Rion.
"Di perusahaan, kudengar dia sudah masuk kerja sejak kemarin," jawab Dante.
"Jaga Lucas. Beritahu aku jika sesuatu terjadi padanya, mengerti," perintah Rion yang segera mengenakan jasnya, kemudian mengelus kepala Lucas dan berkata, "Ayah akan membawa Lilipad-mu ke sini, jadi cepat sembuh, oke."
Dengan mata berair dan berusaha terbuka, ia menatap sang ayah lalu mengangguk lemah. Ada kelegaan dalam paras Lucas. Bocah itu berhenti menangis dan merengek, lalu memejamkan mata untuk tidur.
"Jaga Lucas," perintah Rion kepada Dante lagi sebelum ia meninggalkan kamar sang anak, beranjak keluar dari rumah untuk pergi ke tempat dimana Lili berada.
Mobil yang dikendarai Rion melesat begitu cepat di jalanan. Tak ingin membuang waktu lama sementara anaknya yang sakit menunggu di rumah. Ia hanya berdoa sesuatu tidak terjadi pada Lucas sampai ia membawa Lili untuk menemui bocah itu.
Begitu sampai di perusahaan, segera ia berjalan menuju ke departemen dimana Lili berada. Bisa dilihat semua orang yang terkejut dan segan ketika melihat sang pemilik perusahaan datang, bahkan berjalan menuju ke tempat yang sangat jarang ia datangi.
"Dimana gadis bernama Liliana Larossa?" tanya Rion kepada salah satu karyawan ketika ia berada dalam jangkauan departemen IT.
"Liliana? Ah, di ruangan yang dari sini lurus lalu belok ke kanan. Ruangan ke tiga sebelah kiri, Anda bisa bertemu dengan Liliana di sana," jawab karyawan tersebut sambil menunjuk arah mana yang harus pria itu ambil agar bisa bertemu dengan sang gadis.
Tanpa banyak berkata, Rion berjalan ke tempat yang di tunjukan. Mengabaikan para karyawan yang terkejut dengan kedatangan pimpinan mereka. Bahkan ada yang sebelumnya sedang duduk santai langsung salah tingkah dan buru-buru menyibukan diri.
Langkah Rion terhenti tepat di depan sebuah ruangan dengan dinding dan pintu kaca. Bisa ia lihat di dalam ruangan tersebut berdiri seorang gadis yang ia cari sedang menulis sesuatu nan rumit seperti rumus di papan tulis putih. Wajah gadis itu tampak begitu serius, sebelum ia duduk di depan komputer dan laptop serta beberapa atribut di atas meja.
Coding. Itulah yang sedang gadis itu lakukan. Rion bisa menduga dari apa yang gadis itu kerjakan kalau Lili sedang membuat sebuah program dan sistem baru.
Kekaguman Rion akan kelihaian sang gadis di pekerjaannya harus segera ia tepis. Ia melangkah masuk ke ruangan hingga mendapat perhatian dari gadis itu.
"Bos?" Ada kebingungan ketika Lili mendapati atasannya datang langsung ke sini.
"Aku butuh bantuanmu," ucap Rion tanpa basa-basi.
Lili menatap lekat sang atasan, bingung kenapa tiba-tiba Rion datang langsung ke sini dan meminta bantuan kepada Lili.
"Bantuan apa?" tanya Lili, tahu kalau Rion terlihat serius dengan ucapannya. Lagipula pria itu langsung datang ke sini pastilah itu urusan penting.
"Lucas sakit. Dan dia terus memanggilmu. Dia ingin bertemu denganmu sejak kemarin dan menolak untuk makan. Kumohon, temui Lucas," jelas Rion dengan tatapan mengiba.
"Lucas sakit?!" Lili langsung bangkit dari tempatnya duduk, terkejut setengah mati ketika mendengar kabar barusan.
Rion mengangguk. "Kau mau menemuinya, kan?"
"Tentu saja."
"Bereskan barang-barangmu kita langsung ke rumah. Aku yang akan bicara langsung dengan kepala departemen soal absenmu," kata Rion bahkan sebelum gadis itu memikirkan soal izin untuk pergi di jam kerjanya ini.
Lili mengangguk dan segera bersiap-siap, memasukan laptopnya ke tas lalu berjalan ke luar ruangan setelah menggamit mantelnya, tak ingin membuat Rion menunggu lama.
Dengan cepat mereka bergegas pergi, terkesan sekali buru-buru dan ada sesuatu yang darurat ketika melihat langkah cepat keduanya. Karena itu pula ada banyak pasang mata penasaran, hingga bisik-bisik asumsi mengenai sang pimpinan dengan gadis departemen IT tersebut. Namun baik Rion dan Lili, keduanya tidak peduli. Otak mereka saat ini penuh dengan bagaimana kondisi Lucas.
Mobil Rion kembali melaju di jalanan yang panjang dengan begitu cepat. Menuju ke rumah dengan Lili yang berhasil ia bawa tanpa ada pergumulan berarti. Bersyukur karena gadis itu bersedia ikut dengan mudahnya ke rumah sang pria untuk menemui Lucas.
Mengejutkan Rion ketika sampai di rumah, Lili langsung berlari ke kamar Lucas. Kekhawatiran terlihat jelas di paras ayu sang gadis, membuat Rion tidak menyangka sama sekali kalau akan ada yang mengkhawatirkan Lucas sampai seperti itu kecuali Rion selaku sang ayah.
Lili membuka pintu kamar Lucas, mendapati bocah kecil itu terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dengan Dante yang setia menjaga di sisi sang tuan muda dalam diam.
"Lucas?" Lili yang telah duduk di pinggir tempat tidur, memanggil nama bocah itu sambil mengelus kepala sang bocah.
Mata Lucas terbuka perlahan. Air mata mengalir dari kedua netra biru bocah tersebut begitu ia melihat Lili ada di sampingnya.
"Lili?" isak Lucas yang langsung duduk dan memeluk sang gadis.
Lili mengangkat tubuh bocah itu ke pangkuannya, memeluk Lucas begitu erat dan mengusap punggung serta kepala sang bocah. Mengejutkan Lili betapa panas suhu tubuh Lucas saat ini.
"Aku di sini. Jangan menangis, aku sudah datang," hibur Lili yang terus memeluk erat Lucas. Mencium pucuk kepala bocah tersebut berkali-kali untuk menenangkannya.
Rion dan Dante yang melihat pemandangan tersebut tidak mampu berkata apa pun. Belum pernah mereka berdua melihat Lucas semenempel itu kepada seseorang, terlebih sampai sakit karena merindukan gadis itu.
"Kenapa tidak membawa Lucas ke rumah sakit. Tubuhnya terlalu panas dan itu bisa berbahaya untuknya," protes Lili dengan air muka marah karena kedua pria ini membiarkan Lucas tidak ditangani oleh pihak dokter.
"Tenang, dokter pribadi keluarga sudah rutin datang sejak kemarin untuk memeriksa Lucas. Membawanya ke rumah sakit dalam keadaan seperti itu justru akan membuatnya tidak nyaman," jawab Rion tenang, tidak tersinggung dengan sikap Lili yang hanya khawatir terhadap anaknya itu.
Lili menghela napas, malu karena menjadi pemarah setelah melihat kondisi Lucas separah ini. Ia hanya duduk diam memeluk Lucas dalam pangkuannya. Mencoba menenangkan bocah itu terlebih dahulu sebelum memberikan perawatan kecil untuknya agar demamnya bisa sembuh.
Netra biru Rion tidak lepas memandangi Lili, sebersit pikiran muncul di kepala sang pria namun segera di tepis. Tidak ingin memikirkan hal lain kecuali tentang anaknya untuk saat ini. Walau pandangan mata Rion terhadap gadis itu tidak dapat disembunyikan. Namun satu hal yang terus muncul di kepalanya.
Bagaimana cara mengikat gadis itu di rumah ini.