Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Interview bersama si kembar
Security masuk untuk memberitahu tuan rumah. Sebelumnya Nazwa masih berdiri di depan pintu menunggu dirinya dipersilahkan masuk.
"Mbak, silahkan masuk. Ditunggu Nyonya di ruang tamu."
"Terima kasih, Pak."
"Iya sama-sama. "
Dengan berdo'a di dalam hati, Nazwa mulai melangkah ke dalam rumah itu. Rumah yang sangat megah yang biasanya bisa ia lihat di televisi sekarang ia bisa melihat bahkan menginjak di dalamnya secara langsung. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan style baju sederhananya dan memakai hijab instan duduk di sofa ruang tamu. Penampilan Nyonya tersebut jauh dari espektasi Nazwa.Nyonya Salsa pun begitu, melihat Nazwa rasanya tidak percaya kalau ingin melamar menjadi pengasuh.
"Assalamu'alaikum... "
"Wa'alaikum salam."
Nyonya Salsa berdiri. Nyonya Salsa sedikit tertegun melihat wanita cantik di depannya.
"Mari silahkan duduk, maaf siapa namanya?"
Nazwa ragu ingin menjabat tangan Nyonya Salsa. Namun ternyata Nyonya Salsa mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Nazwa mengulum senyum dan dengan sopan mencium punggung tangan Nyonya Salsa.
"Saya Nazwa, Nyonya."
"Duh jangan panggil Nyonya ya. Panggil Ibu saja. Ayo duduk dulu."
"Baik, bu."
Nazwa pun duduk di sofa berhadapan dengan Nyonya Salsa.
Nyonya Salsa memperhatikan Nazwa dari ujung rambut sampai ujung kaki. Entah apa yang ada di dalam pikirannya.
"Sebenarnya sudah ada dua orang yang melamar tadi, tapi saya masih belum mengambil keputusan. Sepertinya anda orang terakhir yang akan saya interview. Selanjutnya pengumuman itu biar dihapus."
Beberapa saat kemudian, datang asisten rumah tangga yang membawakan minuman untuk Nazwa.
"Ayo Nazwa, silahkan diminum dulu."
"Iya bu, terima kasih."
Sementara Nazwa meminum jus jeruk yang sudah dihidangkan, Nyonya Salsa masuk ke dalam untuk memanggil kedua cucunya yang kini berusia empat tahun lebih, yaitu Anggi dan Anggun.
"Nazwa, ini kedua cucu saya, namanya Anggi dan Anggun."
"Hai Anggi, Anggun. Masyaallah kalian imut sekali."
Anggi dan Anggun terpaku di tempatnya melihat wanita cantik di hadapan mereka. Nazwa memang memiliki wajah unik. Bahkan bisa dibilang ia seperti keturunan Palestina. Hidung mancung dengan mata bulat dan bulu mata yang melengkung serta beralis tebal.
"Hai kok bengong? Ayo salim sama tantenya."
Nyonya Salsa sepertinya paham apa yang sedang dipikirkan cucunya.
Di luar dugaan Nazwa, ternyata Nyonya Salsa bahkan menyuruh kedua cucunya mencium tangan orang lain yang baru dikenal. Anggi dan Anggun pun mencium punggung tangan Nazwa.
"Nazwa, kedua cucuku ini yang nantinya akan kamu rawat jika kamu diterima kerja di sini."
"Iya bu."
Nyonya Salsa meminta KTP Nazwa lalu membacanya.
"Nazwa, kamu ternyata sudah menikah? Lalu bagaimana kalau kamu harus tinggal di rumah kami?"
"Maaf Bu, saya sudah bercerai. Masih dalam proses. Jadi Ibu tidak perlu khawatir."
"Oh... iya. Lalu anak?"
"Saya belum punya anak bu."
Nyonya Salwa tidak ingin mengorek lebih jauh lagi. Yang penting status Nazwa sudah jelas.
"Oh iya, baiklah. Saya minta nomer telpon mu. Hari ini juga kami akan memutuskan siapa yang akan diterima. Paling lambat sore ini. Semoga kamu beruntung. "
"Amin, Terima kasih bu."
Setelah selesai interview, Nazwa diberi kesempatan untuk bermain sebentar dengan Anggi dan Anggun agar mereka dapat menilai bagaimana sikap Nazwa.Ternyata sangat mudah menaklukkan hati mereka. Padahal biasanya keduanya enggan bermain dengan orang asing. Nyonya Salsa memperhatikannya dari kejauhan.
Setelah 20 menit kemudian, waktu yang diberikan sudah habis. Nazwa pun pamit pergi dari rumah itu. Ia kembali naik gojek menuju kost an Tiwi.
Setelah kepergian Nazwa, Nyonya Salsa menanyakan kepada kedua cucunya perihal tiga orang yang sudah mereka temui hari ini untuk menjadi calon pengasuh mereka.
"Anggi, Anggun jangan buru-buru! Pikirkan dengan baik. Oma percayakan kepada kalian, oke sayang?"
"Oke Oma."
Anggi dan Anggun kembali ke kamarnya. Mereka berdua berembuk memilih calon pengasuh yang diinginkan. Biasanya anak kecil akan lebih peka kepada sikap orang yang tulus. Anggi dan Anggun benar-benar membicarakan dan membandingkan ketiga orang tadi. Sampai akhirnya mereka memberikan keputusan kepada sang Oma.
Belum sampai 1 jam Nazwa duduk di kost-an Tiwi, ia sudah mendapatkan telpon dari Nyonya Salsa bahwa ia diterima bekerja sebagai pengasuh Anggi dan Anggun.
"Tiwi aku diterima."
"Hah yang benar?"
"Iya, barusan Nyonya Salsa yang menelpon ku langsung."
"MasyaAllah selamat ya."
"Tiwi, terima kasih banyak ya. Ini semua berkat kamu."
"Iya sama-sama. Ini juga sudah jalannya kamu. Ke depannya fokuslah untuk dirimu sendiri."
"Iya. Oh iya, paling nanti sore aku ke berangkatnya. Jadi sekarang boleh kan aku numpang sebentar di sini?"
"Ya Allah wa, tentu saja. Jangan sungkan! Lagian suamiku itu pulangnya nanti sore
Nazwa shalat Dhuhur di rumah Tiwi. Setelah itu, ia memasak mie instan untuk makan siang. Nazwa juga memasakkan untuk Tiwi. Sementara Tiwi sedang menidurkan putrinya.Setelah itu mereka makan siang bersama sambil ngobrol dan mengingat masa-masa kerja di restoran. Nazwa bersyukur karena ia tidak perlu pulang ke kampung orang tua angkatnya, karena ia belum siap untuk menghadapi tetangga dan saudara jauh orang tuanya yang nanti akan mempertanyakan rumah tangganya.
Sore harinya.
Setelah selesai shalat ashar, Nazwa bersiap untuk berangkat ke rumah Nyonya Salsa lagi. Ia merapikan diri dan barang-barangnya. Setelah itu, ia berpamitan.
"Tiwi, nanti kalau aku sudah gajian, uangmu akan kuganti."
"Iyalah Wa, aku ngerti kok. Sudah, jangan dipikirkan masalah itu. Nanti kalau ada waktu luang jangan lupa hubungi aku ya, jangan menghilang lagi!"
"Iya wi. Aku berangkat dulu. Assalamu'alaikum.... "
"Wa'alaikum salam."
Sebelumnya Nazwa sudah memesan go car. Saat ia keluar dari gang kost-an, saat itu pula go car sudah siap membawanya.
"Bismillahirrahmanirrahim.. ya Allah semoga ini menjadi awal yang baik untuk hidup hamba selanjutnya." Lirih Nazwa.
Jalanan cukup macet, perlu waktu satu jam untuk sampai di rumah Nyonya Salsa. Security membukakan pintu gerbang untuk Salsa.
"Mari Mbak saya bantu bawakan kopernya."
"Tidak perlu, Pak. ini enteng kok."
"Tidak apa-apa Mbak, nanti Nyonya marah kalau saya tidak bantu. Karena Nyonya selalu berpesan jika kita meringankan beban orang lain maka hidup kita akan ringan. Dan kita harus memanusiakan manusia. Mbak bakal jadi penghuni baru di rumah ini, jadi tidak ada salahnya saya membantu."
Nazwa tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan Security yang bernama Pak Anton. Sepertinya sosok Nyonya Salsa ini memang memiliki keistimewaan tersendiri. Selain cantik, kaya, dermawan, multitalenta, ia juga memiliki kepribadian yang ramah dan baik.
"Baiklah, Terima kasih sebelumnya Pak."
"Sama-sama, Mbak. Mari... "
Nazwa pun melangkah kembali ke rumah itu.
Bersambung....
...****************...