Mempunyai suami kaya, tampan, dan juga setia, itu tentu menjadi dambaan oleh semua wanita. Riri Anastasya, ia begitu sangat beruntung di nikahi oleh seorang lelaki yang begitu sempurna, dari segi fisik maupun finansial.
Namun di dalam pernikahannya, Riri merasa bahwa suaminya menyembunyikan sesuatu darinya. Pernikahan yang awalnya berjalan mulus, damai, dan harmonis, menjadi porak-poranda, seketika berubah menjadi kata PERCERAIN, karena Samuel Malio Edwin suami Riri berselingkuh dengan salah satu sahabat istrinya sendiri.
Akankah Samuel memilih Riri, atau malah sebaliknya memilih sahabat istrinya tersebut.
Simak sama-sama yuk cerita mereka.
Jangan lupa tinggalkan jejak, seperti like, comment dan Vote, terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pil KB
Pagi pun sudah berganti dengan malam, waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, Riri baru saja keluar dari kantor setelah menyelesaikan pekerjaannya yang super padat, hari ini Riri benar-benar merasa lelah karena proyek barunya bersama Alexsander. Riri terus berjalan menuju ke arah mobilnya untuk pulang.
"Mau pulang?." tanya Alex secara tiba-tiba.
Riri yang mendengar suara Alex pun seketika menoleh. "Eh.. kamu masih di sini?." tanya Riri balik yang masih berdiri di dekat mobilnya.
"Iya.. karena memastikan bahwa proyek kita akan berjalan dengan lancar." Alex yang berjalan mendekat ke arah Riri.
"Pastinya lex, kau tidak tidak perlu khawatir." sahut Riri sambil tersenyum.
"Apa kau pulang sendiri?." tanya Alex sambil melihat ke arah mobil Riri.
"Lalu aku harus pulang dengan siapa?."
"Terkadang aku heran kepada mu Ri, statusmu sudah menikah tapi kemana pun kamu pergi selalu sendiri, jika suamimu tidak bisa di sampingmu setidaknya kamu bisa menggunakan sopir pribadi, apa kamu juga tidak mampu untuk membayar sopir pribadi? ."
Riri pun menyenderkan tubuhnya di mobil, sambil menyelipkan kedua tangannya di perut. "Maklum saja Lex, aku dan mas Sam sama-sama mengelola perusahaan keluarga kita masing-masing, mau tidak mau ya harus begini, saling mandiri, tanpa merepotkan, aku juga tidak mau menggunakan sopir pribadi."
"Mau sampe kapan kau akan sibuk seperti ini, menjadi wanita karir."
"Bila nanti aku punya anak, aku akan berhenti." jawab Riri.
"Baiklah.. Apa perlu aku antar?." Alex yang memberi tawaran kepada Riri.
"No.. aku sudah terbiasa pulang sendiri." tolak Riri sambil tersenyum.
"Baiklah, nyonya Samuel, Hati-hati di jalan." ucap Alex.
"Okay.. you also take care on the road, see you soon (oke.. kau juga hati-hati di jalan, sampai jumpa lagi)." ucap Riri sambil melambaikan tangan lalu masuk ke dalam mobil.
Alex pun juga melambaikan tangan saat melihat Riri sudah meninggalkan besmen parkiran kantor.
Di dalam mobil tiba-tiba Riri kembali teringat dengan hal-hal mengganjal yang di lakukan oleh suaminya. Entah kenapa Riri menjadi begitu malas untuk pulang ke rumah, namun karena badan yang begitu lelah kemana lagi dia akan pulang, pulang ke rumah orang tuanya tidak mungkin, pasti ayah dan mamanya akan mengira bahwa dirinya dan Samuel sedang berantem.
Mobil terus melaju dan tidak terasa sudah tiba di depan rumah besar miliknya bersama Samuel, pintu gerbang langsung di buka, dengan dua security memberikan hormat kepada Riri, dan Riri hanya sedikit tersenyum, Riri memang terkenal majikan yang super ramah kepada karyawan-karyawannya, tidak terkecuali karyawan yang ada di rumahnya.
Saat tiba di halaman rumah, Riri melihat mobil suaminya yang sudah terparkir di samping mobilnya. "Apakah mas Sam sudah pulang?."
Riri pun segera turun dari mobil, dan masuk ke dalam rumah. Saat masuk ke dalam rumah ia sudah di sambut oleh beberapa Art di rumah tersebut.
"Selamat malam nyonya." sapa bik Wati sambil mengambil alih tas majikannya.
"Apa mas Sam sudah pulang bik?." tanya Riri.
"Sudah nyonya, tuan sedang di kamar." jawab bik Wati.
Riri pun seketika berjalan menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya, saat tiba di kamar benar saja, ternyata Samuel sedang di atas ranjang tempat tidur sambil mamainkan laptopnya.
"Hay sayang, kamu sudah pulang?." Samuel yang menatap ke arah Riri.
"Iya mas, mas tumben sudah pulang, kenapa mas tidak memberitahuku kalau pulang lebih awal." ucap Riri yang berjalan mendekat ke arah suaminya.
"Iya sayang, aku sengaja, aku tau kamu sedang sibuk mengerjakan proyek baru, jadi aku tidak mau mengganggumu."
Riri yang mendengar ucapan suaminya hanya mengangguk pelan.
"Yaudah mandi gih aku sudah siapin air hangat."
"Iya sayang."
Riri pun seketika masuk ke dalam toilet untuk membersihkan diri, namun saat di dalam toilet Riri kembali berfikir tumben suaminya tidak pulang dini hari. Setelah selesai mandi, Riri pun sedikit memoles wajahnya dengan sekin care rutinnya di malam hari di depan meja riasnya
Samuel yang dari tadi masih di atas ranjang melihat tubuh istrinya yang begitu molek seketika menjadi teransang, Samuel pun turun dari ranjang dan mendekat ke arah Riri.
"Apa kamu sudah ngantuk sayang?." tanya Samuel yang sudah mulai mengecupi leher Riri dan telinga Riri.
"Belum sayang." jawab Riri.
Tangan Samuel pun mulai menarik tali piyama yang di kenalan istrinya, lalu meremas benda kembar sang istri. Dengan penuh gairah Samuel semakin mempercepat ritme tangannya, bahkan tangan kanannya pun sudah masuk ke dalam wadah benda kembar, dan mulai memainkan benda kecil di sana.
Jujur saja Riri sangat menikmati sentuhan-sentuhan suaminya, karena 3 hari ini Samuel tidak menyentuh tubuhnya. Padahal bisa sehari 3 kali Samuel meminta Riri melayaninya. Namun saat Riri menikmati sentuhan tersebut Riri kembali teringat dengan hal-hal mencurigakan suaminya.
Samuel pun mulai mengangkat tubuh sintal Riri ke atas ranjang, dan piyama yang di kenakan Riri pun sudah terlepas begitu saja dari tubuhnya. Samuel semakin menggila, karena Samuel adalah tipe laki-laki yang selalu meminta kenikmatan terhadap istrinya, namun entah kenapa tiga hari ini ia tidak menyentuh tubuh Riri.
"Tubuhmu semakin indah sayang, apa kamu masih rutin ber olahraga?."
"Iya mas." jawab Riri.
"Good baby."
Samuel pun sudah siap melakukan penyatuan, dan tidak lama penyatuan pun berhasil, mereka pun sama-sama menikmati kegiatan suami, istri. Namun saat sedang menikmati sentuhan suaminya fikiran negatif pun kembali tersirat, di dalam hati Riri, apa benar suamiku berselingkuh?, tapi karena perhatian, sentuhan, dan sikap Samuel yang begitu lemah lembut, membuat Riri sedikit ragu jika suaminya memiliki wanita lain.
Setelah tiba di puncak, Samuel pun merebahkan tubuhnya di samping Riri, sambil mengatur nafasnya. Riri yang sudah bercucuran keringat pun seketika menarik selimut berwarna putih untuk menutupi tubuh polosnya.
Samuel masih mengatur nafasnya yang ngos-ngosan, dan seketika memeluk tubuh Riri dan mengecup kening Riri, namun saat Samuel akan beranjak untuk mengambil celana boxsernya ia melihat wadah kecil di atas meja tidak jauh dari Riri.
"Apakah kamu masih minum pil KB ini sayang?." tanya Samuel.
Saat Samuel mengambil pil KB tersebut, Samuel merasa wadahnya berat, seketika Samuel pun membuka wadah pil KB tersebut. Saat di buka ternyata pil KB yang biasa di konsumsi Riri masih begitu banyak.
"Apa kamu tidak meminumnya?." tanya Samuel lagi sambil menatap wajah Riri.
"A-aku minum kok mas." jawab Riri.
"Tapi ini masih banyak Ri, padahal kita beli ini sudah dua bulan yang lalu, seharusnya pil ini tinggal beberapa butir saja."
"Iya mas, terkadang aku lupa." sangkal Riri yang mulai beranjak duduk.
"Bagaimana kamu bisa lupa, aku selalu memintamu untuk minum pil ini setiap hari, lalu jika kamu tidak minum pil ini, kamu bisa hamil."
"Lalu kenapa jika aku hamil mas, kita sudah menikah selama satu tahun, apa kamu juga belum siap punya baby?."
"Why? baru satu tahun, apakah itu masalah?." sahut Samuel.
"Itu sudah cukup lama mas, lihatlah teman-temanku yang sudah menikah mereka sudah mempunyai anak, padahal kita lebih dulu menikah dari mereka."
"Itu urusan mereka, kita ini seorang Direktur, pemilik perusahaan besar di kota ini, kalau kamu punya anak lebih dulu repotasimu akan menurun, lalu siapa yang akan mengurus perusahaan keluargamu."
"Masih ada kak Bima yang akan mengurus perusahaan papa, tidak perlu khawatir."
"Tidak, aku tidak mau perusahaan yang mengurus kakakmu, enak aja kita yang buat perusahaan itu besar, tapi yang nikmatin kakakmu, minum lah pil ini setiap hari, aku tidak mau kamu hamil sekarang." Samuel yang kembali meletakkan pil KB di atas meja secara kasar.
"Tapi mas, mama dan papa sudah ingin cucu, mereka selalu bertanya kapan kita akan memberikan cucu."
"Cucu tidak penting untuk saat ini." Sahut Samuel lalu masuk ke dalam toilet begitu saja.