Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
❤️ Happy Reading ❤️
"Dave."
Mama Lira bahagia karena akhirnya sang putra datang juga, namun satu yang menjadi fokusnya saat ini ... putranya itu datang bersama seorang wanita dengan tangan yang di gandengnya.
"Siapa dia Dave?" tanya mama Lira dengan pandangan yang tadi terus mengarah ke Meyva beralih ke sang putra.
"Oh ini kenalin mam, namanya Meyva." jawab Dave dengan begitu santai. "Meyva, ini mama saya.'' sambungnya dengan pandangan menoleh sejenak ke arah Meyva.
Taukan Dave saat ini, Meyva begitu sangat gugup ... entah situasi macam apa yang terjadi saat ini.
"Mey ... Meyva tan ... te." kata Meyva dengan terbata mengenalkan dirinya.
Bukannya tak sopan tapi mau menyalami wanita paruh baya itu namun tangan kanannya masih dalam genggaman tangan kekar Dave.
"Kita gak disuruh duduk mam?" tanya Dave saat sang mama masih diam menatap ke arah Meyva.
"Eh iya maaf." ucap sang mama. "Ayo duduk Dave, Meyva." kata sang mama lagi.
Dave melepaskan tangan Meyva dan kini beralih meraih kursi untuk Meyva duduk.
Ah bukankah itu terlihat sangat manis. Itu yang terlihat di depan mata mama Lira saat ini. Anak sulungnya yang tak terdengar dekat dengan seorang wanita kini di hadapannya memperlakukan seorang wanita dengan sebegitunya.
"Jeng." tegur seorang wanita yang beberapa saat seperti keberadaannya terabaikan atau malah tak terlihat.
"Eh iya jeng Eri, maaf ... maaf." kata mama Lira yang merasa bersalah. "Kenalin ini tante Eri, teman mama dan Ingrid, putrinya." kata mama Lira pada Dave.
Dave hanya menoleh dan tersenyum tipis setipis tisu yang entah di bagi berapa, karena kalau tak di lihat dengan jeli maka senyuman itu sama sekali tak akan terlihat.
Setelah itu Dave malah kembali meraih tangan Meyva dan membawanya di atas meja dengan di genggam.
Padahal tadi tangan Meyva itu sedang berada di atas pangkuan sambil meremas dress yang iya pakai sangking gugupnya.
"Saya kecewa dengan ini jeng." kata ibu Eri dengan tiba-tiba. " Jeng, ngundang kita kesini sengaja mau mempermalukan kami?" tanyanya dengan nada yang terdengar marah.
"Tidak sama sekali jeng." sanggah mama Lira. "Saya juga gak tau." sambungnya.
''Saya akui kalau saya dari dulu memang menaruh harapan untuk bisa berbesanan dengan jeng Lira, jeng Lira juga tau kalau Ingrid sudah menaruh hati pada Dave sejak lama, tapi bukan begini caranya jeng." kata jeng Eri lagi.
"Sekali lagi maaf jeng, lagian saya juga tidak menjanjikan apa-apa." kata mama Lira. "Jeng Eri minta supaya anaknya bisa di pertemukan dengan anak saya, ya ini sudah saya usahain." sambung mama Lira lagi. "Saya juga gak bilang mau menjodohkan anak-anak kita, saya hanya bilang menyanggupi dan siapa tau aja dengan ketemu ini anak kita bisa deket." imbuhnya lagi.
"Ayo Grid, kita pergi dari sini." kata jeng Eri yang langsung berdiri dari duduknya sambil memegang tangan sang putri.
Melihat apa yang terjadi membuat perasaan Meyva menjadi tidak enak dan merasa bersalah. Dia merasa semua kekacauan ini di sebabkan karena kehadirannya. Eh tapikan dirinya tak akan ada di sana kalau gak di ajak sama Dave. Jadi Dave lah yang seharusnya merasa bersama di sini atau ini malah di sengaja oleh laki-laki itu.
"Jadi Dave, apa bisa kamu jelaskan ke mama?" tanya mama Lira dengan tatapan mata menatap ke arah Dave.
"Apa yang mau di jelasin mam?" tanya Dave.
"Mama rasa kamu bukan orang bodoh yang tak tau kemana arah pertanyaan mama Dave." kata mama Lira dengan tegas.
"Ini Meyva, kekasih Dave." jawab Dave yang membuat Meyva membulatkan matanya karena kaget.
"Huh apa-apa nih laki." gerutu Meyva dalam hati. " Main ngaku-ngaku gak jelas." imbuhnya lagi.
"Kalau begitu kalian berdua mama tunggu di rumah." kata mama Lira yang langsung berdiri.
"Iya mam, nanti kita ke rumah." jawab Dave.
"Tante pergi dulu ya Meyva, sampai ketemu lagi di rumah tante." kata mama dengan lembut pada Meyva.
"I ... iya tante dan maaf atas keributan yang terjadi." ucap Meyva.
"Ah tidak, ini semua bukan salah kamu." kata mama Lira. "Mama pergi dulu." pamitnya yang kemudian Dave juga Meyva bergantian menyalami dengan takzim tangannya.
❤️
"Bisa tolong jelaskan." kata Meyva saat mereka hanya berdua.
"Maaf." ucap Dave. "Tadinya aku kesini karena permintaan mama, tapi gak nyangka begitu sampai malah ada dua orang tadi." ceritanya. "Mau kabur, pasti nanti mama nelpon terus ... eh lagi mikir malah ada kamu yang nabrak aku, langsung aja spontan otakku memiliki ide buat ajak kamu dan lakuin ini semua." imbuhnya lagi.
"Tapi aku gak enak sama mama kamu dan dia orang tadi." kata Meyva.
"Sudah gak apa-apa, gak usah di pikirin." ujar Dave. "Ngomong-ngomong kamu itu hobi banget ya nabrak orang?" tanya Dave yang membuat sebelah alis Meyva terangkat.
"Maksudnya?"
"Dua kali kita ketemu dan dua kali juga kita tabrakan." jawab Dave.
"Dua kali?" tanya Meyva yang masih belum tau.
"Iya, yang pertama di depan toko kue dan yang kedua, barusan." jawab Dave.
"Jadi kamu pria itu." kata Meyva. "Pria yang tabrakan denganku di depan toko kue, memegang tubuhku agar tak terjatuh?" kata Meyva untuk meyakinkan ingatannya tentang kejadian beberapa hari yang lalu.
"Hem." sahut Dave.
"Terimakasih waktu itu karena telah menolongku dan terimakasih juga karena kejadian itu aku jadi mendapatkan dua tamparan dari ayahku." kata Meyva dengan lirih di ujung kalimatnya.
"Tunggu dulu, tamparan." kata Dave. "Gimana maksudnya?" tanya pria itu dengan menegakkan punggungnya yang tadi sempat bersender di kursi.
"Aku yang tadinya mengatakan perselingkuhan saudara tiriku dengan calon suamiku, malah jadi aku yang di tuduh selingkuh karena calon suamiku itu menunjukkan photo saat kamu menahan tubuhku agar tak jatuh." cerita Meyva.
"Hah kok bisa?" tanya Dave yang penasaran.
"Kebetulan dia berada tak jauh dari kita dan momen itu langsung dia manfaatkan." jawab Meyva.
"Mau aku bantu balas dendam gak?" tanya Dave.
"Maksudnya?" tanya Meyva dengan raut wajah yang bingung.
"Iya, apa kamu gak mau tuh balas orang-orang yang sudah bikin kamu sakit hati, sudah hancurin hati kamu jadi berkeping-keping?" tanya Dave.
"Iya mau sih tapi gak tau gimana caranya." sahut Meyva.
"Aku bisa bantu kamu tapi dengan syarat." kata Dave.
"Apa?" tanya Meyva.
"Kamu juga bantu aku." jawab Dave. "Jadilah kekasih aku terutama di hadapan keluarga aku." sambungnya. "Bisa juga gak hanya jadi kekasih melainkan istri." imbuhnya yang membuat Meyva terkejut bukan main.
pesan buat author tetap semangat ya..,Jgn perduli kan orang ya gak mengerti susah nya perjuangan seorang buat bikin ni novel💪💪👍👍👍