Kael Draxon, penguasa dunia bawah yang ditakuti dan dihormati pada masa nya. Namun, di puncak kekuasaan nya, Kael Draxon di khianati oleh teman kepercayaan nya sendiri, Lucien.
Di ujung kematian nya, Kael bersumpah akan kembali untuk balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asep sigma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langkah Awal
Asap putih mengepul di udara malam, berpadu dengan angin yang berembus pelan di atas rooftop gedung utama Cobra Zone.
Lukas berdiri di tepi pembatas, tangan kirinya menyelipkan rokok di antara jari-jari, sementara tangan kanannya terselip di saku celana. Ia mengisap rokoknya dengan tenang, menahan asap sejenak di paru-parunya sebelum perlahan menghembuskannya.
Matanya yang sayu menatap hamparan kota Lumina yang dipenuhi lampu-lampu neon dan kendaraan yang masih lalu lalang meski malam telah larut.
Pikirannya mengembara jauh.
Ia membayangkan pergerakan Zayne—atau lebih tepatnya, Kael Draxon.
Senyum tipis terukir di sudut bibirnya. "Entah apa yang akan kau lakukan… Aku menunggu tindakan balas dendammu, Zayne."
Lukas kembali mengisap rokoknya, menghembuskan asap terakhir dengan santai sebelum membuang puntungnya ke lantai dan menginjaknya.
Ia berbalik, melangkah menuju pintu rooftop.
"Mulai hari ini, sepertinya akan banyak hal seru yang akan terjadi."
Tanpa ragu, Lukas menuruni anak tangga, meninggalkan kesunyian malam di puncak gedung itu.
****************
Pagi baru menyingsing di Mansion Dante, sinar matahari yang hangat menembus jendela besar di ruang tamu. Udara masih terasa sejuk setelah malam yang panjang.
Elira sudah bangun lebih dulu.
Ia turun dari lantai dua, melewati anak tangga dengan langkah ringan. Rambut panjangnya masih sedikit berantakan, tetapi wajahnya sudah segar. Tujuannya satu—dapur.
Di sudut ruangan, ia membuka lemari penyimpanan dan kulkas, memeriksa bahan-bahan yang tersedia. Ada beras di tempat penyimpanan dan beberapa butir telur di kulkas.
"Sepertinya nasi dan omelet cukup untuk sarapan pagi ini," gumamnya sambil mulai menyiapkan bahan.
Dengan cekatan, ia mencuci beras dan menyalakan rice cooker. Setelah itu, ia memecahkan telur ke dalam mangkuk, menambahkan sedikit bumbu, lalu mengocoknya hingga merata.
Saat Elira sibuk memasak, suara langkah kaki terdengar dari arah tangga.
"Kau sedang apa, Bibi?" tanya Kael yang baru bangun, rambutnya masih acak-acakan.
Elira menoleh sambil tersenyum. "Kau sudah bangun, Zayne. Bibi sedang memasak omelet. Tunggulah di meja makan, sebentar lagi sarapan akan siap."
Kael mengangguk lalu berjalan ke meja makan. Beberapa menit kemudian, Edgar dan Iris juga muncul, masih terlihat mengantuk. Mereka langsung bergabung di meja makan tanpa banyak bicara.
Dante baru saja masuk dari luar, bajunya sedikit kusut setelah bergadang semalaman.
Kael mengangkat alis melihatnya. "Kau tidak tidur, Dante?"
Dante hanya tersenyum tipis. "Kan aku bilang, aku akan menjaga kalian."
Kael menghela napas. "Tidak perlu segitunya. Kami yakin tempat ini cukup aman."
Dante tidak menjawab, hanya duduk bersama mereka.
Beberapa menit kemudian, Elira membawa piring-piring berisi omelet dan nasi putih yang masih hangat.
"Silakan dinikmati," katanya sambil meletakkan makanan di meja.
Semua langsung mengambil porsi masing-masing. Sarapan pagi berlangsung tenang dan khidmat, hanya terdengar suara sendok dan garpu beradu dengan piring.
Setelah sarapan, suasana di meja makan masih terasa tenang, tetapi ada ketegangan yang mengendap di udara. Semua orang tahu mereka harus mulai bergerak.
Dante menyilangkan tangannya dan menyandarkan punggung ke kursi. “Jadi, apa rencana kita sekarang?”
Kael meletakkan sendoknya dan menatap mereka satu per satu. “Kita tidak bisa terus bersembunyi. Cobra Zone pasti sedang memburu kita.”
Edgar menghela napas, mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi janggut tipis. “Aku setuju, tapi kita tidak bisa sembarangan menyerang. Kita butuh strategi.”
Iris, yang sibuk mengetik di laptopnya, menimpali tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. “Aku bisa mencari tahu lebih banyak tentang pergerakan mereka. Tapi kita juga butuh tempat aman untuk tetap bersembunyi.”
Dante terkekeh kecil. “Aku masih punya beberapa tempat persembunyian. Tenang saja soal itu.”
Kael menyandarkan tangannya di meja, berpikir. “Hanya bertahan dan bersembunyi tidak cukup. Kita harus mulai menekan mereka.”
Dante tersenyum tipis, matanya berkilat penuh rencana. “Nah, itu dia yang mau kubicarakan. Kita tidak hanya perlu menyerang mereka secara fisik, tapi juga mental.”
Kael mengangkat alisnya. “Maksudmu?”
Dante menyesap airnya sebelum melanjutkan. “Kita sebarkan rumor buruk tentang Cobra Zone. Di dunia bawah, Cobra Zone memang terkenal kehebatannya. Namun, bagi kebanyakan orang di publik, mungkin Cobra Zone hanyalah sebuah perusahaan yang menaungi Lothar Industries di bidang teknologi dan elektronik. Walau tidak terlalu mempengaruhi mereka, setidaknya kita bisa membuat beberapa orang membenci mereka.”
Edgar mengangguk pelan. “Menanamkan benih kebencian, ya? Itu bisa membuat mereka lebih rapuh dari dalam.”
Iris akhirnya menutup laptopnya, menatap mereka dengan mata berbinar. “Aku bisa mengatur itu. Ada banyak forum dan jaringan di dunia maya yang bisa kupakai.”
Dante tersenyum puas. “Bagus. Sementara itu, kita juga butuh orang-orang baru. Kita harus membangun kembali pasukan kita.”
Edgar menghela napas berat. “Merekrut orang baru? Itu tidak gampang. Kita harus pastikan mereka bisa dipercaya.”
Dante mengangkat bahu santai. “Serahkan urusan itu padaku. Aku punya beberapa kenalan yang ingin membalas dendam pada Cobra Zone. Di distrik selatan sana, ada beberapa organisasi yang berkumpul hanya untuk balas dendam ke Cobra Zone."
Kael menatap mereka semua, ekspresinya serius. “Baik. Jadi ada dua hal yang harus kita lakukan: menyebarkan rumor dan mengumpulkan orang-orang baru.”
Iris tersenyum kecil. “Berikan aku beberapa jam, aku akan mulai menyebarkan informasi sekarang.”
Dante berdiri, meregangkan tubuhnya. “Aku juga akan mulai menghubungi orang-orangku.”
Kael menarik napas dalam. “Kalau begitu, ayo kita mulai.”
Semua orang bangkit dari tempat duduk mereka, siap menjalankan peran masing-masing. Perang baru saja dimulai, dan kali ini, mereka yang akan mengguncang Cobra Zone.