Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Vorbest
Bab 12 -
Di dalam maior megah keluarga Vorbest, suasana malam itu terasa dingin dan tegang. Pintu-pintu besar dihiasi ornamen emas dan marmer putih yang menunjukkan kemegahan keluarga bangsawan ini. Namun, di balik kemewahan itu, ada intrik dan ambisi yang tak kasat mata. Di ruang tengah manor, berkumpul keluarga Vorbest yang dipimpin oleh sang Tetua, Robin De Vorbest, lelaki tua dengan rambut kelabu yang masih memancarkan wibawa luar biasa.
Sore itu, Tetua Robin duduk di kursi megah yang seolah dibuat khusus untuknya, menunjukkan kekuasaan dan pengaruhnya sebagai pemimpin keluarga. Di sekelilingnya, berkumpul ketiga anaknya. Marquess llos De Vorbest, putra sulung, berdiri dengan postur tegap sambil sesekali melirik ke arah putranya, Lody, yang duduk di sisi kiri. Lody adalah pemuda yang cerdas, namun diam-diam menyimpan ambisi yang tak kalah besar dari keluarganya. Di sampingnya, duduk Areum, adik perempuannya, yang anggun dengan rambut panjang terurai, wajahnya tampak tanpa ekspresi, meski ada sedikit ketegangan dalam tatapannya.
Di seberang ruangan, Lemion De Vorbest, putra kedua, berdiri dengan sikap santai. Tubuhnya yang kekar menggambarkan posisinya sebagai jenderal perbatasan yang dihormati, meskipun ia cenderung menjaga jarak dari politik keluarga. Di luar tiga anak sah Robin, satu sosok lain, yang berbeda nasib, tidak hadir di pertemuan malam ini-Victor De Vorbest, putra haram dari seorang pelayan yang secara resmi tidak pernah diakui keluarga.
"Sudah saatnya kita melangkah lebih jauh," suara serak Tetua Robin akhirnya memecah keheningan. Matanya tajam, penuh dengan kalkulasi. "Keluarga Vorbest tak bisa terus berada di pinggiran, hanya mengamati. Kita harus menempatkan darah kita di puncak kekuasaan."
Ilos mengangguk setuju. "Ayah benar. Kesempatan ini jarang datang. Dengan retaknya dunia bawah dan ancaman yang kian nyata, kita bisa menggunakan pengaruh kita untuk memperkuat posisi.
Areurn, yang duduk tenang di sisi llos, hanya menghela napas pendek. Meski dia tidak menunjukkan banyak emosi, pikirannya berkecamuk. la tahu apa yang akan dibahas, dan apa yang menjadi peran pentingnya di tengah ambisi keluarganya. Matanya sesekali melirik ke arah kakeknya yang menatapnya dengan intens.
"Kita akan memastikan Areum menjadi Putri Mahkota," lanjut Tetua Robin, tidak peduli dengan reaksi Areum. "Dengan kecantikan dan kecerdasannya, dia akan sempurna di sisi Pangeran Arion. Keluarga Vorbest akan lebih berpengaruh jika kita memiliki putri mahkota dari darah kita sendiri."
Areum mengeraskan rahangnya, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Sudah lama ia tahu bahwa keluarganya memiliki rencana ini. Menjadikannya pion dalam permainan kekuasaan sudah ditakdirkan sejak ia lahir. Namun, di dalam hatinya, ia tidak pernah benar-benar ingin menjadi bagian dari ambisi ini.
*Pangeran Arion terkenal dingin dan sulit didekati," ujar Lemion, yang selama ini memilih tak ikut campur urusan politik keluarga. "Apa kau yakin dia akan tertarik pada Areurn? Apa yang membuat kita berbeda dari mereka yang sudah mencoba?"
Tetua Robin tersenyum kecil, senyum yang penuh perhitungan.
"Kita tak perlu menunggu Pangeran Arion tertarik, Lemion. Kita akan memastikan dia tak punya pilihan selain menerima tawaran kita. Aku sudah mengatur semuanya. Dengan situasi yang semakin genting, kerajaan akan membutuhkan sekutu yang kuat. Keluarga Vorbest akan menawarkan kekuatan itu, dan Areum adalah jaminannya."
Kenny De Estyor, istri llos dan ibu dari Lody serta Areum, yang duduk dengan anggun di sisi llos, ikut angkat bicara. "Areum memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi putri mahkota. Dan dengan kekuatan serta pengaruh keluarga kita di belakangnya, siapa yang bisa menolak?"
Lody, yang sejak tadi diam, akhirnya buka suara. "Ayah, aku tahu keluarga kita kuat, tetapi Arion bukan seseorang yang bisa diatur semudah itu. Dia memiliki kekuatan dan pendukung yang setia, serta sangat dingin terhadap hal-hal seperti perjodohan."
Tetua Robin memandang cucunya dengan pandangan tajam. "Kita bukan hanya bicara tentang perasaan, Lody. Ini politik. Kerajaan dalam krisis, dan mereka membutuhkan kita lebih dari sebelumnya. Keluarga Vorbest harus mengambil kesempatan ini, atau kita akan tetap berada di pinggiran. Kamu harus belajar itu."
Lody terdiam, tetapi Areum masih merasa ada beban besar di pundaknya. la tahu bahwa keluarganya benar. Jika mereka berhasil menempatkannya sebagai putri mahkota, keluarga Vorbest akan memiliki kekuasaan yang lebih besar. Tapi, di dalam hatinya, ia merasakan ketidaknyamanan. Pangeran Arion... pria yang dingin dan sulit dijangkau itu. Apa ia benar-benar harus menyerahkan hidupriya dalam permainan ini?
Tetua Robin bangkit perlahan dari kursinya, meski usianya sudah tua, wibawanya tidak luntur sedikit pun. "Ingat, keluarga kita selalu mencari kesempatan. Dan kesempatan ini adalah yang terbaik. Kita akan membuat rencana ini berjalan. Areurn, kamu harus siap."
Areum menundukkan kepala, menyembunyikan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. la tahu, terlepas dari apa yang ia rasakan, ia tidak punya pilihan lain. Sebagai bagian dari keluarga Vorbest, ambisi ini bukanlah sesuatu yang bisa ia hindari. Namun, jauh di dalam hatinya, ada ketidakpastian yang besar tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Di dalam hati, Areum merasa seolah ia sedang berjalan menuju perangkap yang dipasang oleh keluarganya sendiri.
Sementara itu, Lemion tetap diam. Baginya, ambisi keluarga tidak lagi menjadi prioritas. Dia lebih peduli pada tugasnya sebagai jenderal perbatasan dan hubungannya dengan Calix, muridnya. Meski ia menghormati ambisi keluarganya, ia tidak berniat ikut serta dalam permainan ini, setidaknya untuk saat ini.
Dengan pertemuan yang selesai, Tetua Robin memberi tanda bahwa diskusi telah berakhir. "Kita akan lanjutkan rencana ini di waktu yang tepat. Aku akan berbicara dengan beberapa penasihat kerajaan dan memastikan segalanya berjalan lancar."
Areum berdiri perlahan, hatinya berat. la tahu bahwa ini baru awal dari ambisi besar keluarga Vorbest-dan dirinya adalah bagian penting dari itu.
Di sebuah ruangan yang dipenuhi aroma teh herbal, Duchess Kenny De Estyor duduk dengan anggun di hadapan Ratu Liliana De Espencer. Keduanya memiliki aura yang kuat dan terpandang di wilayah masing-masing, tetapi diskusi kali ini memuat sesuatu yang jauh lebih penting dari sekadar basa-basi.
"Yang Mulia, saya yakin Anda sudah mendengar dari Tetua Robin mengenai rencana kami," Kenny membuka percakapan dengan senyum lembut, meski nadanya tegas.
Ratu Liliana memandang Duchess Kenny dengan tatapan penuh pertimbangan, mengaduk cangkir tehnya tanpa tergesa-gesa. "Ya, saya sudah mendengar. Tentang perjodohan antara Arion dan Areum De Vorbest, bukan?"
Kenny mengangguk, wajahnya tak menunjukkan tanda-tanda emosi yang berlebihan, tetapi jelas dia sangat berharap pada pembicaraan ini. "Areum adalah seorang wanita yang berbakat, cerdas, dan memiliki kecantikan yang tak tertandingi. Dia telah dididik dengan baik dan memiliki semua kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Ratu di masa depan. Kami percaya dia akan menjadi pendamping yang sempurna bagi Pangeran Arion."
Ratu Liliana tersenyum tipis, namun sorot matanya tetap penuh keraguan. "Aku tidak menyangkal bahwa Areum adalah wanita yang luar biasa, Duchess. Namun, perjodohan semacam ini bukanlah hal yang bisa diputuskan begitu saja. Arion... dia memiliki cara berpikir yang berbeda dan keputusannya tidak selalu bisa diarahkan oleh keinginan politik."
Duchess Kenny mengerti bahwa Ratu Liliana, meskipun tidak menolak langsung, masih ragu. Ada sesuatu yang menghalangi keputusan itu. "Saya paham, Yang Mulia. Namun, Anda juga tahu bahwa dalam situasi seperti ini, kekuatan keluarga besar seperti Vorbest bisa menjadi aliansi yang penting. Selain itu, Areum juga sangat mengagumi Pangeran Arion, Saya yakin mereka bisa saling melengkapi."
Liliana menghela napas perlahan. "Ini bukan hanya tentang kekuatan atau keselarasan, Duchess. Aku mengenal putraku lebih dari siapapun. Arion tidak mudah menerima orang lain, apalagi dalam urusan pernikahan."
Kenny memiringkan kepalanya sedikit, berusaha untuk tetap sabar.
"Tentu saja, Yang Mulia. Tapi perjodohan ini bisa membawa stabilitas lebih besar bagi kerajaan, terutama dengan ancaman dari dunia bawah yang retak. Keluarga Vorbest adalah sekutu yang bisa diandalkan."
Ratu Liliana merenung sejenak, memandang keluar jendela. Dia mengerti kekuatan politik di balik tawaran ini, namun sebagai seorang ibu, dia tidak ingin memaksa Arion dalam keputusan yang begitu pribadi. Apalagi, ada sesuatu tentang rencana perjodohan ini yang membuatnya tak nyaman.
"Aku akan mempertimbangkannya, Duchess," ujar Liliana akhirnya, dengan suara yang tenang namun tegas. "Namun, aku harus berbicara dengan Arion terlebih dahulu."
Duchess Kenny tersenyum, meskipun dia sadar itu belum merupakan persetujuan penuh. "Terima kasih, Yang Mulia. Saya yakin, setelah berbicara dengan Pangeran Arion, Anda akan melihat ini sebagai langkah yang benar untuk masa depan kerajaan."
Pembicaraan itu diakhiri dengan kesopanan, tetapi di balik semua kata-kata manis, ketegangan politik dan kekuasaan terasa begitu nyata. Duchess Kenny meninggalkan ruangan dengan rencana besar dalam benaknya, sementara Ratu Liliana kembali merenung.
Ada sesuatu yang tidak ia ketahui tentang Arion, sesuatu yang membuatnya merasa bahwa perjodohan ini bukan solusi yang tepat.
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?