Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 32
MENGUNDANG GAIRAH WANITA
Air kolam begitu terlihat tenang tak ada gerakan dari siapapun sampai Luna memasukan kedua kakinya ke dalam kolam dan membuat pergerakan di sana.
Dia hanya duduk di tepinya saja dengan pemandangan langit yang masih bercampur gelap dan terang. “Hhfffuuu—”
Sekedar menenangkan dirinya, Luna tak memakan banyak waktu di sana, dia kembali setelah merasa cukup tenang. Namun wanita itu terkaget melihat keberadaan Almo yang sudah hilang hingga dia sadar bahwa pria itu yang membawanya ke kamarnya. “Dia berada di kamarnya sendiri." Gumam Luna dengan senyuman santai.
Ya! Daripada kembali ke kamar Almo yang pastinya tidak akan aman untuknya, Luna memutuskan pergi ke kamar awalnya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Dengan santai, wanita cantik dengan jubah tidurnya itu mulai membuka tali jubahnya, berdiri di bawah shower seraya membuka keseluruhan kain yang melekat di tubuh idealnya itu.
Syyuuuhhrrr!!
Air mulai berjatuhan membasahinya dari atas ke bawah, biasanya Luna menutupi pahanya dengan kain tebal atau plastik apapun itu, tapi kali ini tidak. Dia tidak ingin memanjakan lukanya.
Wanita itu meresapi air nya yang begitu dingin, “Beautiful view! (Pemandangan yang indah)!”
Deg! Degup jantung Luna hampir copot mendengar suara itu. Hendak berbalik dan menghindar, tangan kekar Almo langsung mengunci kedua tangannya ke belakang sehingga Luna sedikit mendongak saat tangan Almo yang lain bergerak mengusap tulang selangka nya hingga pundaknya.
“Tidak perlu panik, bukankah kau yang meminta menjadikan ku suamimu huh!" bisik Almo dengan nada sensual seraknya tepat di telinga kanan Luna.
“Kau tidak bisa melakukannya, aku sedang sakit.” Alasan Luna yang sungguh membuat Almo menyeringai kecil saat dia mulai menghirup area pipinya.
Ujung kelima jari Almo masih mengusap, membelai lembut dada atas Luna yang kini bertelanjang bulat. Sementara Almo, pria itu juga bertelanjang bulat karena dia duluan yang berendam di bathtub hingga Luna datang memudarkan segalanya.
“Kenapa tidak bisa? Aku bisa melakukannya, bukankah kau tidak ingin memanjakan lukamu!" balas Almo benar-benar berhasil membuat Luna berdetak kencang tak karuan hingga bernapas memburu dan membuat dadanya naik turun tak karuan.
Wajah tegang Luna menunjukkan bahwa dia belum siap. Itu terlalu mendadak bukan.
Sementara Almo masih mengendus rahang hingga leher dan pipi Luna. Pria itu juga menciumi area telinga Luna yang merupakan anggota tubuh sensitif lainnya selain bagian intim.
Tentu saja Luna berpaling ke kiri saat Almo terus menciumi area tersebut, itu membuat Luna tak karuan. Dia merasakan desiran di dalam tubuhnya saat Almo mencoba membangunkan gairah seorang wanita. “You don't have to hold it in, I can help you cum. (Kau tidak perlu menahannya, aku bisa membantumu mencapai klimaks).” Goda Almo benar-benar membuat Luna hampir terpancing saat dia memejamkan matanya dan merasakan tangan Almo merambat dari dada ke pinggulnya, lalu ke paha kirinya.
“No!" Luna berbalik mendorongnya sehingga mereka saling berhadapan dan itu membuat Luna malu sendiri.
Sambil menyilangkan kedua tangannya ke depan dadanya, Luna bernapas memburu dan melangkah pergi. Tapi tak semudah ketika Almo mencengkram tengkuk Luna dan membalikkan tubuhnya.
Tak sempat meronta, Almo sudah memberikan ciumannya di bibir Luna. Tentu saja di saat shower masih menyala.
Tapi pria itu hanya memberinya ciuman serta lumatan di bibir saja lalu melepaskan Luna.
“Hanya untuk menghilangkan bekas seseorang.” Ucap Almo membuat Luna mengernyit kesal.
“Crazy!" kesal wanita itu langsung meraih bathrobe dan memakainya sambil berjalan pergi meninggalkan Almo yang masih berada di sana.
Ceklek!
Tatapan Luan mengarah ke arah pintu kamar mandi yang memperlihatkan Almo dengan bathrobe putihnya. Ya! Dia masih menggunakan bathrobe karena takut bila Almo masuk ke ruang ganti begitu saja.
“Kau sangat betah memakainya? Mau ku bantu?!” tawar pria itu menyeringai kecil sembari berjalan melewati Luna yang duduk di pinggir ranjang.
Wanita itu tak bergeming dan hanya menatap ke arah perginya Almo saat ini.
...***...
“SIALANN!!" Kenapa Ayah tidak bilang kalau dia punya istri?" kesal Monic yang saat ini baru saja tiba di Milan.
“Almo Da Costa memutuskan untuk tidak menikah, dia sendiri yang pernah mengatakannya di pertemuan waktu itu." Jelas ayahnya Monic ikut kaget mendengar bahwa Almo menikah.
Monic hanya menyeringai tak percaya. “Aku hampir saja mendapatkan nya.. Wanita sialan itu mengganggu." Kesalnya masih tak terima hingga Monic tak segan meminum beer dan merokok untuk menenangkan diri.
“Lalu bagaimana dengan tujuan awal kita?” tanya pria tua dengan kacamata itu menatap ke putrinya.
“Aku sudah menjelaskannya, tapi dia menolak dan dia mengancam akan menghabisi ku jika aku berkeliaran di sana.” Ucap Monic yang masih dilanda emosi.
Mendengar hal itu, tentu saja ayahnya bertambah kesal. “Jika saja kau fokus ke tujuan kita, mungkin kita sudah mendapatkannya. BUNUH SAJA ANAK BUAHMU ITU, MEREKA HANYA MENGACAU!” kesal pria tua itu hingga melenggang pergi.
Monic terdiam dengan kaget saat ayahnya menyentak kasar. “Shit!"
.
.
.
Sementara di Boston. Biel baru saja tiba di rumah panti yang Luna kunjungi. Ya! Mereka sudah kembali dari Sisilia, dan tentunya masih dalam kepanikan tersendiri.
“Apa Luna ada di sini?" tanya Biel dengan sopan sehingga ibu panti yang mendengar nama Luna, dia mulai memanggil yang lain.
Tentu, Biel menjelaskannya begitu juga para ibu panti yang kehilangan Luna saat di Sisilia. Berbeda pendapat dengan mereka, Biel merasa ada sesuatu di sana.
“Aku rasa dia tidak hilang! Terima kasih atas informasinya!” ucap Biel tersenyum tipis dan memilih pergi setelah mendengar nya.
Wanita cantik dengan rambut pirang bergelombang berantakan yang terkuncir satu itu menatap dengan tatapan tajam serta kerutan di kedua alisnya. -‘Aku yakin dia tidak hilang. Luna tidak seceroboh itu.’ Pikir Biel yang sangat mengenal wanita itu.
...***...
“Mereka ingin bertemu di Milan, ada hal penting soal keuntungan dari bisnis kita Tuan.” jelas Enzo membuat Almo terdiam beberapa detik.
“Kalau begitu siapkan pertemuan nya, jangan lupa untuk mengirim barangnya.” Ucap Almo— barang yang dimaksud adalah barang ilegal salah satunya adalah otak manusia. Ya! Almo mengambil otak musuhnya yang dia bunuh, lalu menjualnya ke China.
“Saya akan menyelesaikannya!"
“Aku akan pergi ke Milan malam ini, jika urusan di sini selesai, maka pergilah ke Milan." Pinta Almo sehingga Enzo mengangguk faham.
Pria itu pergi dan saat Almo berbalik badan, dia melihat keberadaan Luna di sana. Ya! Wanita itu sudah berdiri entah sejak kapan.
Melihatnya, Almo menyeringai kecil. “Sekarang apa?"
“Menunggu pertimbangan mu.” Jawab Luna membuat Almo mengernyit heran dan sedikit menelengkan kepalanya.
“Aku ingin meminjam ponsel, para pelayan bilang, tidak ada ponsel rumahan di sini.” Jelas Luna dengan suara merendah. Tentu supaya Almo kasihan kan!
Namun pria itu masih diam seolah dia memiliki maksud lain untuk menjahili istrinya yang keras kepala itu.
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung