Mila Agatha telah menjalani 11 tahun pernikahan penuh dengan cinta dari suaminya, namun tidak ada rumah tangga tanpa ujian. Pernikahan yang ia jalani terasa hampa tanpa kehadiran seorang anak di antara mereka, berbagai macam cara sudah ia lakukan namun nihil.
Hingga suatu hari ia harus menerima suatu kenyataan pahit yang membuatnya begitu terluka.
Akankah Mila sanggup untuk melewati ujian pernikahan yang ia jalani?
Yuk ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenMama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Juna terseyum saat melihat kekasihnya juga ada di sana ingin sekali ia datang untuk menghampiri nya, tapi apalah daya dia masih berada di jam kerja ia tak mau membuat big bosnya murka.
"Ayo kita pergi sekarang" Ravindra berdiri dan mulai meninggalkan tempat itu, dengan pasrah Juna pun mengikuti kemana bosnya pergi.
"Kita mau kemana tuan?"
"Rumah sakit. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu tadi."
"Maaf tuan saya lupa.''
Juna pun melajukan mobilnya untuk pergi ke rumah sakit, dan setelah beberapa saat mereka pun sampai di rumah sakit tersebut. Karena jaraknya yang tak terlalu jauh, mereka pun bisa sampai dengan cepat.
Ravin pergi menuju ke ruangan dokter Ian dokter pribadi keluarga Adyaksa, untuk mempertanyakan bagaimana kondisi Mila saat ini.
"Tuan Ravin, anda sudah sampai!" ucap dokter Ian berbasa-basi.
"Bagaimana keadaannya saat ini?" Ravin tak menjawab pertanyaan dokter Ian, ia langsung bertanya ke intinya saja.
"Semuanya baik, hari ini pasien bisa pulang.'' Dokter Ian pun memberikan kertas beisi laporan medis Mila pada Ravin. Dan Ravin pun menerimanya lalu membacanya dengan seksama. Ia hanya mengangguk kecil dan memberikan kertas medis itu pada Juna.
"Urus semuanya." Perintah Ravin pada asisten pribadinya. Dan tanpa berbasa-basi lagi, ia pun mulai meninggalkan tempat itu di ikuti oleh Juna di belakangnya menuju ruangan Mila.
Ceklek..
Juna membukakan pintu untuk bosnya masuk, membuat Mila sedikit terkejut saat melihat kedatangan mereka berdua.
"Tuan?" Mila sedikit gugup saat melihat Ravin menatapnya dengan tatapan dinginnya.
Berbeda dengan adiknya Mia yang melihatnya biasa saja. "Cih pria itu lagi, tampan sih tapi sayang. Kaku kaya kanebo kering!" Ucap Mia lirih, namun masih dapat di dengar oleh Mila.
Mila langsung menyenggol bahu adiknya. "Dek jangan begitu, itu tidak sopan." Sahut Mila sedikit berbisik pada adiknya.
''Tapi itu kenyataan kak!"
"Hmmm." Suara deheman keras menyadarkan kakak beradik itu dari aktivitasnya saling berbisik satu sama lain, yang mengacuhkan keberadaan dua pria yang sedang berdiri disana.
"Nona Mila, hari ini anda sudah boleh pulang." Ucap juga tanpa ekspresi.
"Benarkah!" Seru Mila dengan wajah senangnya. "Akhirnya aku bisa keluar dari ruangan ini.'' Teriak Mila tanpa sadar.
Mendengar ucapan Mila membuat semua orang yang berada di ruangan itu mengerutkan keningnya, tak terkecuali dengan adik nya Mia. Ia sudah sangat memahami bahwa kakaknya tidak terlalu menyukai bau khas rumah sakit.
Mila turun dari brankar pasien, dan langsung mengambil tasnya yang sudah teronggok rapi di samping nakas. Mila akan langsung pergi begitu saja melewati dua pria yang masih dengan raut wajah anehnya.
"Kak tunggu!"
"Nona Mila ikutlah dengan kami ke masion, karena kau akan tinggal di mansion untuk menjaga tuan kecil.'' Juna langsung menjelaskan secara singkat pada Mila untuk membawanya pergi ke mansion.
Mila terdiam sejenak. Dan detik berikutnya ia pun mulai mengangguk setuju, sedangkan Mia hanya diam tak berkomentar apapun, ia tahu apa alasan kakaknya bersedia untuk ikut bersama dua pria itu.
''Kak kau yakin akan ikut bersama mereka?" tanya Mia memastikan.
"Iya dek kakak sudah rindu pada Kenzo, Mhh... maksudnya tuan kecil.'' Mila meralat ucapannya saat melihat tatapan peringatan Ravin padanya.
Ravin yang menyadari perubahan raut wajah Mila padanya, ia pun memutuskan untuk pergi keluar terlebih dahulu dari ruangan itu.
"Aku tidak yakin jika aku dan tuan kecil bisa menaklukkan bongkahan es itu, begitu juga dengan tatapan nona Mila padanya yang seakan penuh ketakutan."
Juna hanya melirik secara bergantian ke arah dua orang yang berbeda yang kini berada di hadapannya, ia menghela nafasnya dan mulai memikirkan ide untuk menuntaskan misinya. Ia pun mulai meninggalkan tempat itu mengikuti semua orang yang sudah keluar dari ruangan tersebut.
Kini mereka sudah berada di dalam mobil, tak terkecuali dengan Mia yang memilih untuk pulang ke rumahnya sendirian.
*
*
Kenzo sudah kembali ke mansion setelah Nyonya Renata menjemputnya ke kantor sang daddy, Kenzo hanya mengaduk-aduk makanannya ia masih memikirkan apa yang sudah di katakan Juna padanya sebelum Juna pergi bersama dengan daddy nya.
"Sayang, kenapa kau tidak memakan makananmu apa kau tidak suka?'' tanya Nyonya Renata yang melihat cucu kesayangan nya hanya mengaduk-aduk makanannya saja sedari tadi.
Sedangkan Kenzo tak menjawab pertanyaan grandma nya, ia masih duduk melamun dan mengaduk-aduk makanannya hingga membuat suara dentingan sendok yang beradu dengan piring yang memenuhi ruangan itu.
"Mau aku suapi?" tanya seseorang yang menyadarkan Kenzo dari lamunannya. Kenzo melirik pada wanita cantik yang berada di hadapannya, ia melihat dengan raut wajah tidak sukanya dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan sedikit berlari.
"Kenzo kau mau kemana sayang'' Tanya nyonya Renata yang melihat cucunya pergi begitu saja meninggalkan mereka yang berada di sana.
"Kenzo tunggu grandma sayang!" Nyonya menatapnya pun langsung mengejar cucu kesayangannya.
Namun terlambat kenzo sudah menutup pintu dan menguncinya dari dalam. "Kenzo buka pintunya nak, bicaralah dengan grandma mu ini." Panggil nyonya Renata sambil mengetuk pintu kamar cucu nya.
Sedangkan di dalam kamar Kenzo sedang bersedekap dada, ia merasa sangat kesal saat melihat wanita muda yang datang secara tiba-tiba di hadapannya membuat mood kenzo langsung menurun drastis.
"Aku mau mommy! aku mau mommy!"
"Mommy." hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut kecilnya.
Kemudian Kenzo mengingat kembali apa yang sudah di lakukan wanita tadi padanya membuat Kenzo menjerit keras dari dalam kamarnya. Nyonya Renata merasa sangat begitu panik mendengara suara teriakan cucunya yang begitu histeris.
"Kenzo apa kau baik-baik saja?"
"Kenzo bukalah pintunya"
"Tante ada apa?" tanya wanita itu dengan nada paniknya.
"Entahlah aku juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja Kenzo seperti itu." Jawab Nyonya Renata yang begitu panik saat ini.
"Pak Lim, Pak Lim, cepat kemarilah bantu aku tolong dobrak pintu kamar Kenzo. Cepat!'' teriak nyonya Renata, ia sangat begitu panik mendengar cucunya semakin berteriak histeris dari dalam kamarnya.
"Mommy ada apa ini?" tanya Ravin yang sedikit berlari saat mendengar suara keributan dari luar mansion.
"Entahlah kenzo tiba-tiba berlari ke kamarnya dan berteriak-teriak seperti ini."
Prangg... Praangg....
Suara benda berjatuhan pun terdengar di iringi suara teriakan ketakutan Kenzo dari dalam kamarnya, membuat Mila juga ikut panik dan menangis saat mendengar anak yang memanggilnya mommy seperti menyimpan kesedihan yang mendalam.
"Anak tampan. Anak tampan! apa kau dengar aku?" Mila sedikit berteriak sambil mengetuk pintu kamar Kenzo dengan air mata yang menetes di pipinya.
"Anak tampan tolong buka pintunya, mommy datang apa kau tidak merindukan mommy mu ini?" Mila terpaksa harus mengatakan hal itu agar Kenzo berhenti berteriak dan melemparkan semua barang-barang yang berada di kamarnya, karena Mila tak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada bocah kecil itu.
Dan benar saja saat mendengar suara Mila suara jeritan dan barang-barang berjatuhan itu berhenti seketika.
Bersambung..