Bagaimana ceritanya jika seorang perempuan yang berprofesi sebagai bos mafia paling berbahaya dan ahli racun, dan hidup nya sudah bersahabat dengan darah, harus berpindah jiwa ke dalam tubuh perempuan lemah dan naif?
Dia adalah Erika Alexander, tubuh yang Erika tempati adalah tubuh milik istri Jendral perang, yang memilih kabur dari kastil suami nya setelah orang tua nya meninggal, karena tertekan dengan orang-orang di sekitar nya yang selalu menyebut nya perempuan pembawa sial.
cuplikan
"Sialan!"
"Dasar bodoh!"
Erika yang jiwa nya masuk ke dalam raga istri naif jendral perang, tentu saja Erika sangat geram dengan sifat bodoh dan naif si pemilik tubuh.
"Mulai sekarang tidak ada lagi Felisha Agatha si perempuan bodoh itu, sekarang ini hanya ada Erika Alexander, yang akan menundukkan semua orang di bawah kaki nya," ucap Erika tersenyum miring.
"Berani menginjak harga diri ku, akan ku injak balik kepala nya," ucap Erika menyeringai.
Akan kah Jendral perang juga akan tunduk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PASAR
"Saya mau dua porsi lagi untuk mereka," ucap Erika melirik Eva dan Ema.
"Em, tidak usah Nyonya, kami tadi sudah selesai makan," ucap Ema menolak halus.
"Benar Nyonya, sebelum nya terimakasih atas kebaikan Anda, tapi kami baru saja selesai makan," sahut Eva tersenyum.
"Begitu," ucap Erika mengangguk kan kepala nya.
"Ada yang ingin kalian bicarakan?" tanya Erika menaikkan sebelah alisnya.
"Em itu Nyonya," ucap Eva gugup.
"Katakan," ucap Erika dingin.
"Itu kami tertarik dengan pakaian yang anda kenakan dan juga adik anda," jawab Eva memberanikan diri.
"Adik?" ucap Leo memicingkan mata nya.
Pria kecil itu terlihat tidak suka, karena di sangka adik dari ibu nya.
"Em maaf tuan kecil, keponakan maksud saya," ucap Eva meringis.
Wajah Leo semakin masam mendengar perkataan Eva, setelah tadi di sangka adik nya sekarang malah di sangka keponakan nya.
"Ibu," ucap Leo merenggut.
Erika tersenyum kecil mengusap kepala putra nya.
Sementara Eva dan Ema menganga karena terpesona dengan senyuman Erika.
"Cantik sekali," ucap Eva tanpa sadar.
"Ibu nya Lea memang cantik, lihat saja Lea nya cantik begini," ucap Lea menyadarkan Eva.
"Hah? Ibu Lea?" tanya Eva tidak percaya.
"Iya ibu, Ibu nya Lea, Ibu Erika," jawab Lea lengkap.
"Saya Ibu mereka, bukan kakak nya apa lagi bibi nya," ucap Erika datar.
Bukan karena marah, karena memang begitu sifat Erika.
"M-maaf Nyonya saya tidak tahu," ucap Eva tidak enak.
"Tidak masalah," jawab Erika mengibaskan tangannya.
"Tuan Kecil maaf," ucap Eva merasa bersalah.
Pantas saja pria kecil di depan nya ini terlihat kesal tadi.
"Hem"
Gumam Leo Lirih.
"Kita sambung nanti lagi ngobrol nya,"ucap Erika mengambil alat makan.
Erika dan anak-anak nya makan dalam diam, sementara Eva dan Ema masih ada di sana, dua gadis remaja itu berdecak kagum melihat cara makan Lea dan Leo, yang begitu rapi dengan etika bangsawan nya.
"Mereka bukan orang sembarangan," batin Eva dan Ema.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Di ruang pertemuan istana kerajaan Beatrix, Raja Beatrix dan para pejabat kerajaan sedang mengadakan rapat, guna membahas Lomba tahunan yang akan di selenggarakan tiga hari lagi.
"Saya ingin tahun ini Anda mengambil lima sampai sepuluh anak untuk di jadikan murid Anda Duke," ucap Raja Beatrix datar.
Duke Oliver hanya diam tanpa menanggapi perkataan Raja Beatrix.
"Benar Duke, saya dengar tahun ini peserta lomba nya lebih banyak dari tahu sebelum-sebelumnya," sahut pejabat A angkat bicara.
"Saya yakin akan banyak anak-anak berbakat yang memiliki potensi besar, dan Anda bisa mendidik nya agar menjadi anak yang berguna untuk Kerajaan di masa depan kelak Duke," ucap pejabat B percaya diri.
"Kita lihat saja nanti," jawab Duke Oliver acuh.
Selama bertahun-tahun, Duke Oliver tidak pernah mengambil satu pun pemenang lomba untuk di jadikan muridnya, karena Duke Oliver tidak tertarik untuk mengangkat mereka menjadi murid nya.
Kemampuan mereka tidak ada yang bisa membuat Duke Oliver tertarik, dan sang jendral itu tidak punya banyak waktu untuk mendidik murid yang menurut nya tidak ada potensi nya.
Bahkan yang menjadi juara satu tidak mampu menarik minat sang Jendral.
Entahlah tahun ini akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, atau akan lebih menarik, mengingat salah satu peserta lomba kali ini adalah tuan muda Leo Alexander😎
"Baiklah! Rapat selesai," ucap Raja Beatrix turun dari singgasana nya.
Para pejabat berdiri menunduk kan kepalanya sopan.
"Duke apa anda tidak ingin menikah lagi, bagaimana dengan putri ku," ucap Tuan Jovanka.
"Tidak!"
Jawab Duke Oliver berlalu pergi, keluar dari ruang pertemuan di ikuti Zion dibelakang nya.
"Cih aku saja di kasih secara gratis saja tidak Sudi," batin Zion bergidik.
Semua pejabat hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Tuan Jovanka.
Berani sekali menawar kan putri nya yang sudah rusak karena perbata sendiri, pada Duke Oliver yang agung.
Siapa yang tidak tahu dengan sifat nona muda Jovanka, semua orang juga tahu seperti apa sifat perempuan gila itu.
Mereka saja tidak berani menawar kan putri mereka, walaupun sebenarnya mereka juga mau memiliki menantu seperti Duke Oliver.
"Duke apa kita langsung kembali ke kediaman?" tanya Zion.
"Hem"
Duke Oliver naik ke atas kuda nya dan memacu nya keluar dari halaman istana kerajaan Beatrix di ikuti Kenzo di belakang nya.
Suara tapak kuda menemani perjalan mereka sampai akhir nya mereka sampai di pasar dengan suasana yang masih cukup ramai.
Semua orang menyingkir memberikan jalan untuk sang jendral perang.
Syuutt
Hap
Semua orang menahan nafasnya, saat melihat anak panah meluncur ke arah Duke Oliver.
Beruntung nya anak panah itu belum sempat mendarat di tubuh Duke Oliver, karena Duke Oliver lebih cepat menangkap anak panah itu, dan menggenggamnya erat.
"Manusia bodoh mana lagi ini," batin Duke Oliver geram.
"Duke tangan Anda," ucap Zion.
Duke Oliver hanya diam, mata nya menatap keseluruhan penjuru pasar, untuk mencari siapa yang sudah berani menganggu perjalanan nya.
Sampai akhir tatapan Duke Oliver terpaku pada sosok pria kecil dan gadis kecil yang sedang bergandengan tangan.
Duke Oliver melihat gadis kecil itu sedang tertawa lebar, entah apa yang membuat gadis kecil itu tertawa selebar itu, dan tanpa sadar Duke Oliver menarik gadis senyum tipis nya.
Brak
Beberapa gadis-gadis muda terjatuh melihat Duke Oliver tersenyum, meskipun hanya tipis, tapi ini baru pertama kali nya mereka melihat senyuman sang jendral, pria idaman semua wanita.
"Duke," ucap Zion menyadarkan Duke Oliver.
"Ehem, pergi sekarang," ucap Duke Oliver mental ekspresi nya.
Duke Oliver kembali memacu kuda nya, berlalu pergi dari area pasar untuk kembali ke duchy.
"Dasar aneh..." ucap Zion Lirih.
Zion juga kembali memacu kuda nya, menyusul sang jendral yang sudah lebih dulu pergi.
Sementara Erika sudah selesai selesai makan, dan masih duduk santai di rumah makan bersama Eva dan Ema.
Sementara Lea dan Leo izin keluar, dua bocah kecil itu tidak tahu ingin membeli apa, hanya saja tadi setelah makan Lea mengajak Leo untuk keluar.
"Besok kalian datang ke kediaman saya," ucap Erika.
"Pakaian yang saya kenakan tidak di jual, saya membuat nya sendiri," ucap Erika bohong.
"Benarkah? Anda sangat luar biasa," ucap Eva kagum.
"Maaf Nyonya kalau boleh tahu di mana kediaman anda?" tanya Ema penasaran.
"di dekat alun-alun kota," jawab Erika.
"Jangan bilang bangun besar itu adalah kediaman Anda nyonya," ucap Eva membulat kan mata nya.
Hanya bangun mewah itu yang berdiri kokoh dekat dengan alun-alun kota.
"Iya."
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗