Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 27 - Toko Baru
"Bisa, Mbak. Tapi kalau hari ini, mungkin saya bisanya datang pas malam," kata Abas.
"Iya, malah bagus kalau datang pas malam-malam. Biar angetnya enak," tanggap Erna genit.
Abas hanya meringis. Setelah itu dia mengakhiri panggilan telepon. Abas dan Mila segera pergi bersama Irwan. Mereka mendatangi sebuah toko yang telah disiapkan Irwan untuk usaha Abas.
Sungguh, Abas sangat terpukau dengan toko pilihan Irwan. Bukan saja karena ukurannya yang luas, tetapi juga karena lokasinya yang strategis.
"Pasti toko ini mahal ya, Pak?" tanya Abas.
"Sudah! Jangan cemaskan masalah biaya. Pikirkan saja cara agar usahamu sukses," sahut Irwan.
"Sekali lagi makasih ya, Pak. Nanti saya dan Mila akan menata semuanya pelan-pelan," ungkap Abas.
"Angkut seperlunya saja. Sebentar lagi orang-orang suruhanku datang. Nanti kau pesan saja barang yang dibutuhkan. Sudah jam setengah sepuluh. Aku harus pergi sekarang," kata Irwan.
"Iya, Pak. Sekali lagi--"
"Udah! Jangan bilang makasih terus. Bosan aku!" sela Irwan. Hingga membuat Abas cengengesan malu.
Dalam sekejap Irwan beranjak pergi. Tak lama kemudian, orang-orang suruhan Irwan datang. Dua di antaranya datang untuk mendesain toko, sedangkan satu sisanya adalah mengurus barang pesanan Abas.
Abas segera menulis barang-barang untuk kelengkapan tokonya. Sementara masalah desain toko, dia menyerahkannya pada Mila. Semuanya langsung dilakukan hari itu.
Meski sibuk, Abas selalu menyempatkan waktu untuk menjemput Denis. Dia bahkan membawa anak itu ke toko barunya.
Selama seharian Abas dan Mila sibuk menyiapkan toko. Di sana mereka fokus membersihkan dan menata toko. Abas sendiri hanya menuruti arahan Mila. Perempuan itu bahkan berniat ingin membuatkan karyanya untuk dipajang di toko.
"Lakukan saja maumu. Asal jangan sampai merusak mata saja," tukas Abas. Dia dan Mila sekarang beristirahat.
Waktu kala itu sudah menunjukkan jam empat sore. Pewarnaan dinding baru diselesaikan. Mila dan Abas tampak sama-sama meminum minuman segar. Sedangkan Denis tampak bermain sendirian dengan mainan robot barunya. Memang kebetulan tadi Abas yang membelikan mainan tersebut karena merasa senang dengan toko barunya. Selain itu, Abas juga senang dengan keberadaan Mila di sisinya.
"Bas, aku boleh nggak bikin jasa pembuatan tato di tokomu ini," celetuk Mila.
"Emang kamu bisa membuat tato?" tanya Abas.
"Bisa dong. Kan aku berbakat menggambar. Tinggal beli alat tatonya saja," ungkap Mila.
"Harusnya kau bilang lebih awal. Biar alatnya dipesan sekalian tadi," tanggap Abas.
"Soalnya aku beraninya bilang sekarang." Mila memegangi tengkuknya.
"Ya sudah. Nanti aku pesankan alatnya," ucap Abas.
Bersamaan dengan itu, Denis mendekat. Dia meminta Abas memperbaiki robotnya yang tak sengaja rusak.
"Kenapa bisa sampai rusak begini sih?" tanya Abas.
"Nggak tahu, Yah. Tiba-tiba rusak aja... Ayah nggak marah kan?" Denis mencebikkan bibirnya. Dia tampak ingin menangis.
Abas terkekeh gemas. "Ya nggak apa-apa lah. Lagian masih bisa diperbaiki kok," tanggapnya.
"Aku ke toilet ya," cetus Mila yang langsung beranjak.
Saat itulah Denis duduk ke sebelah Abas. Dia berucap, "Dia siapa sih, Yah? Kok tinggal di rumah kita?"
"Loh, emang kamu sama Kak Mila belum kenalan?" tanggap Abas. Dahinya berkerut samar. Setelah di ingat-ingat, dia memang belum pernah melihat Mila berinteraksi dengan Denis.
"Belum." Denis menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah. Nanti pas Kak Milanya datang, kenalan gih!" ujar Abas. Dia mengira kalau Mila mungkin belum sempat punya waktu bicara dengan Denis.
kalau suka yang hot recommended nih...