NovelToon NovelToon
Menikah Kontrak Dengan Bos Mafia

Menikah Kontrak Dengan Bos Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikah Kontrak / Romansa / Roman-Angst Mafia / Pernikahan rahasia
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Absolute Rui

Elle, seorang barista di sebuah kedai kopi kecil di ujung kota, tanpa sengaja terlibat perselisihan dengan Nichole, pemimpin geng paling ditakuti di New York. Nichole menawarkan pengampunan, namun dengan satu syarat: Elle harus menjadi istrinya selama enam bulan. Mampukah Elle meluluhkan hati seorang mafia keji seperti Nichole?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Absolute Rui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22: Bayang Bayang di Balik Tirai

Matahari mulai terbit di langit timur, sinarnya menyelinap masuk melalui jendela besar di sebuah kamar rumah sakit mewah. Ruangan itu dipenuhi aroma antiseptik, namun suasana di dalamnya sangat tenang. Nichole terbaring di atas ranjang dengan tangan dan bagian tubuhnya diperban, bekas pertempuran malam sebelumnya meninggalkan luka yang tidak sedikit. Suara pelan mesin monitor detak jantung menjadi satu-satunya irama yang menemani keheningan pagi itu.

Elle duduk di samping ranjang Nichole, matanya sembab karena kurang tidur. Ia tidak pernah meninggalkan sisi Nichole sejak mereka tiba di rumah sakit VVIP itu, meski para dokter sudah berulang kali meyakinkannya bahwa Nichole dalam kondisi stabil.

“Nichole...” Elle memanggil lembut, suaranya hampir seperti bisikan. Ia menggenggam tangan Nichole dengan erat, seolah takut jika sahabatnya itu pergi begitu saja.

Nichole perlahan membuka matanya. Pandangannya masih buram, namun ia bisa merasakan kehangatan dari genggaman tangan Elle. “Elle...” suaranya lemah, tapi senyum kecil muncul di wajahnya saat melihat sahabatnya itu.

“Kau sadar!” Elle berkata penuh semangat, matanya mulai berair. “Aku pikir aku akan kehilanganmu... Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku.”

Nichole mencoba berbicara, tapi rasa sakit di dadanya membuatnya terbatuk pelan. Elle segera mengambil segelas air di meja dan membantunya minum. Setelah meneguk air, Nichole berusaha mengatur napasnya sebelum berbicara lagi. “Apa yang terjadi... setelah kita keluar dari gudang?”

Elle menggelengkan kepala. “Setelah kita keluar, Victor memanggil tim medis untukmu. Kau kehilangan banyak darah karena luka tembakan itu, tapi para dokter berhasil menyelamatkanmu.”

Nichole menatap langit-langit ruangan, mencoba mengingat kejadian malam itu. Semua terasa seperti mimpi buruk yang berakhir terlalu cepat. “Aaron? Victor? Mereka di mana sekarang?” tanyanya.

“Aaron terluka, tapi dia baik-baik saja. Dia sudah keluar lebih dulu. Victor... aku tidak tahu. Dia menghilang setelah memastikan kau dibawa ke rumah sakit ini,” jawab Elle sambil menunduk. “Tapi yang jelas, kita masih belum aman. Aku yakin mereka—orang-orang yang menyerang kita di gudang—masih mengincar kita.”

Nichole mengangguk pelan. Ia tahu Elle benar. Meskipun mereka berhasil lolos, ancaman itu belum berakhir. Orang yang disebut Zeke dan wanita misterius yang menghentikannya adalah bukti bahwa ada kekuatan besar yang bermain di balik layar.

“Elle,” Nichole berkata pelan, suaranya lebih serius. “Kita harus mencari tahu siapa mereka. Kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ketakutan seperti ini.”

Namun sebelum Elle sempat menjawab, pintu kamar rumah sakit terbuka perlahan. Seorang pria dengan jas rapi masuk ke dalam. Wajahnya tidak asing bagi Nichole dan Elle—Victor.

“Aku senang kau sudah sadar,” kata Victor sambil berjalan mendekat. Suaranya tenang, tapi ada kelelahan yang terlihat jelas di wajahnya.

“Victor,” Nichole memanggil, mencoba duduk lebih tegak meskipun rasa sakit di tubuhnya masih terasa. “Kau menghilang begitu saja. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Victor menarik kursi dan duduk di dekat ranjang Nichole. “Aku harus memastikan tempat ini aman sebelum kembali. Setelah apa yang terjadi malam itu, aku tidak bisa membiarkan mereka menemukan kalian.”

Elle, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Victor, siapa sebenarnya mereka? Pria bernama Zeke dan wanita itu... apa hubungannya dengan semua ini?”

Victor menghela napas panjang sebelum menjawab. “Zeke adalah salah satu dari ‘Tangan Bayangan’—sekelompok elit yang bekerja untuk organisasi rahasia. Mereka bukan hanya ingin menguasai kita, mereka ingin menguasai segalanya. Wanita itu... dia salah satu pemimpin mereka. Aku tidak tahu namanya, tapi kehadirannya berarti masalah besar.”

Nichole mendengarkan dengan seksama. “Jadi, apa yang mereka inginkan dari kita? Mengapa mereka menyerang kita?”

Victor menatap Nichole, matanya tajam. “Mereka ingin memastikan tidak ada yang bisa menghalangi rencana mereka. Dan kalian... terutama kau, Nichole, telah menjadi ancaman bagi mereka.”

“Kita bahkan tidak tahu siapa mereka sebenarnya,” kata Elle, suaranya sedikit gemetar. “Bagaimana kita bisa melawan sesuatu yang tidak terlihat?”

Victor tersenyum tipis. “Itu sebabnya aku ada di sini. Aku tahu lebih banyak tentang mereka daripada yang kalian bayangkan. Dan aku tahu kelemahan mereka.”

“Kelemahan?” Nichole mengulangi, rasa penasaran mulai muncul di benaknya.

Victor mengangguk. “Mereka mungkin kuat, tapi mereka bukan tak terkalahkan. Kunci untuk menjatuhkan mereka adalah menemukan kelemahan di dalam organisasi mereka sendiri. Dan aku tahu di mana kita harus mulai.”

Nichole ingin bertanya lebih lanjut, namun rasa sakit di tubuhnya membuatnya terpaksa berbaring kembali. Victor memperhatikan kondisi Nichole, lalu melanjutkan, “Kau butuh waktu untuk pulih, Nichole. Kita tidak bisa terburu-buru. Tapi aku akan mempersiapkan semuanya. Saat kau siap, kita akan melawan mereka.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari berganti menjadi malam, dan rumah sakit menjadi lebih sepi. Elle memutuskan untuk beristirahat di sofa di pojok ruangan, sementara Nichole tertidur lelap setelah dokter memberinya obat penenang.

Namun, di luar ruangan, bayangan gelap mulai bergerak. Seorang pria berpakaian hitam dengan langkah senyap berjalan di sepanjang koridor. Wajahnya tersembunyi di balik masker, namun gerakannya jelas menunjukkan tujuan.

Ia berhenti di depan kamar Nichole, mengeluarkan perangkat kecil dari sakunya, lalu menempelkannya di dekat pintu. Dalam sekejap, perangkat itu membunyikan suara pelan—tanda bahwa sistem keamanan telah dinonaktifkan.

Pria itu membuka pintu dengan perlahan, memastikan tidak ada suara yang keluar. Di dalam, ia melihat Nichole terbaring lemah di ranjangnya, sementara Elle tidur di sofa. Dengan langkah hati-hati, ia mendekati Nichole, tangannya meraih sesuatu dari saku jaketnya.

Namun sebelum ia sempat melakukan apa pun, sebuah suara tiba-tiba terdengar.

“Jangan bergerak.”

Pria itu berhenti, lalu berbalik perlahan. Di sudut ruangan, Victor berdiri dengan senjata yang diarahkan padanya.

“Aku tahu kau akan datang,” kata Victor dengan nada dingin. “Dan aku tahu siapa yang mengirimmu.”

Pria itu tidak menjawab, namun dengan cepat ia mencoba menyerang Victor. Pertarungan singkat terjadi di dalam ruangan, menyebabkan Elle terbangun dengan panik.

“Apa yang terjadi?!” Elle berteriak, namun Victor segera memerintahkannya untuk tetap di tempat.

Akhirnya, Victor berhasil menjatuhkan pria itu, menekannya ke lantai dengan pistol yang masih diarahkan ke kepalanya.

“Siapa yang mengirimmu?” Victor bertanya dengan suara tegas.

Pria itu tertawa kecil, meskipun darah mengalir dari sudut bibirnya. “Kalian tidak akan pernah bisa melawan mereka. Kalian sudah kalah sejak awal.”

Victor menghantam pria itu dengan gagang pistolnya, membuatnya pingsan. Elle menatap Victor dengan ketakutan, sementara Nichole, yang terbangun karena keributan itu, hanya bisa melihat dengan mata penuh kebingungan.

“Victor... apa yang terjadi?” tanya Nichole dengan suara lemah.

Victor berdiri, menatap tubuh pria yang pingsan di lantai. “Mereka tahu kita di sini. Kita tidak punya banyak waktu lagi.”

Nichole menatap Victor, rasa takut dan tekad bercampur dalam dirinya. Ia tahu bahwa malam ini hanyalah awal dari perang yang lebih besar. Dan ia harus bersiap, apa pun yang terjadi.

...To be Continued...

1
Sunarmi Narmi
Sampai sini aku pham kok tak ada kritik dn saran membangun..
Aku membaca sampai Bab ini...alurnya bagus cuma cara menulisnya seperti puisi jdi seperti dibuat seolah olah mencekam tpi terlalu..klo bahasa gaulnya ALAY Thor...maaf ya 🙏...Kisah yg melatar belakangi LN dn itu soal cium" ketua mafia hrsnya lebih greget ngak malu"... klo di Indonesia mungkin sex tdk begitu ganas krn kita mengedepankan budaya timur..ini LN sex hrnya lbih wau....dlm hal cium mencium..ini mlah malu" meong 🤣🤣🤣🤣🤣
Bea Rdz
Ceritanya mengaduk-aduk perasaanku, jempol di atas👍
Regrater
Inilah kenapa saya suka baca, karena ada novel seperti ini!
Shinichi Kudo
Ga tahan nih, thor. Endingnya bikin kecut ati 😭.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!