seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 6
Mereka masih berada di area kafe, setelah banyak berbincang dan menunggu, akhirnya pesanan mereka datang.
Malam ini, status mereka berubah, menjadi sepasang kekasih. Mungkin memang terlalu cepat bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan masing-masing, namun bagi mereka, perasaan tidak pernah berbohong.
Mereka sudah saling jatuh cinta sejak pertama kali bertemu. Perasaan yang sudah lama tidak mereka rasakan, akhirnya kembali muncul. Mungkin di masa depan akan ada banyak masalah dalam hubungan mereka, mengingat sejak awal hubungan mereka memang sudah berbeda, yakni hubungan beda agama.
-Forbidden love -
Mereka menikmati makanan sambil mendengarkan lagu yang terasa cocok dengan mereka berdua.
"Aku dengar-dengar, Kakak bisa bernyanyi?" tanya Nabillah sambil menyuapkan makanan kepada Delvin.
Delvin menerima dengan senang hati. "Sedikit, tapi memang aku suka sekali musik. Kamu tahu dari mana, sayang?" tanya Delvin.
"Dari Mama Erlita, dia banyak bercerita tentang Kakak ke aku," jawab Nabillah.
Memang benar, Erlita sangat suka bercerita dengan Nabillah, terutama tentang Delvin. Tidak tahu apa maksudnya.
"Dia cerita apa saja, sih?" tanya Delvin.
"Semua yang dia ceritakan menarik. Aku bangga padamu, Kak," jawab Nabillah, masih ingat cerita-cerita tentang Delvin.
Setelah mendengar cerita dari Erlita, Nabillah semakin suka dan jatuh hati kepada Delvin, karena Delvin adalah tipe laki-laki yang pekerja keras.
"Berarti kamu sudah tahu, kan, siapa aku?" tanya Delvin.
"Sepertinya, ya. Tapi aku belum sepenuhnya mengenalmu, Kak," jawab Nabillah.
Delvin menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Nabillah, lalu mengelus pipi Nabillah.
"Kamu tahu, aku bukan orang yang gampang jatuh cinta," ucap Delvin sambil menatap mata Nabillah yang juga menatapnya.
"Dulu, aku punya kekasih saat umurku dua puluh tahu. Aku sayang banget sama dia, tapi saat kami LDR, dia tiba-tiba hilang kontak. Aku cari tahu keberadaannya, dan ternyata dia meninggal dunia karena kanker otak. Saat itu, hidupku hancur. Aku benar-benar merasa kehilangan. Bahkan, ayahku menganggap aku tidak normal karena terlalu fokus pada karier dan melupakan dunia percintaan," lanjut Delvin. Mungkin ini saatnya untuk menceritakan semuanya kepada Nabillah.
Nabillah yang mendengarkan cerita Delvin pun menundukkan kepalanya. Ia merasa kebingungan dan pikirannya mulai mengembara.
Delvin, yang tahu apa yang sedang dipikirkan Nabillah, tersenyum dan perlahan mengangkat wajah Nabillah untuk kembali menatapnya. Delvin bisa melihat ada rasa ketakutan di mata Nabillah.
"Tapi sejak bertemu denganmu, perasaan yang dulu aku rasakan mulai kembali lagi. Semuanya berubah. Hidupku mulai berwarna dan hidup kembali. Walaupun kita baru beberapa hari bertemu, tapi ini yang aku rasakan. Di sini, aku ingin berpesan kepadamu, kalau suatu saat nanti kamu bosan dengan hubungan ini, bilang padaku, sayang. Dan kalau ada apa-apa, tolong beri tahu aku, jangan pergi begitu saja," lanjut Delvin.
Dia hanya tidak ingin merasakan kehilangan lagi, seperti yang pernah dia alami dulu.
Flash back
Pada suatu sore di sebuah taman, terdapat dua sejoli yang sedang duduk sambil menatap langit. Sudah beberapa menit mereka duduk di sana tanpa ada percakapan.
"Beb, kamu bawa aku ke sini cuma buat diam-diam saja?" tanya perempuan itu, memecahkan keheningan.
Lelaki itu menoleh, lalu terkekeh sebentar.
"Sulit aku untuk mengungkapkan yang sebenarnya," jawab lelaki itu.
"Ish, tinggal bilang aja sama aku, Delvin sayang," jawab gadis itu dengan sedikit kecewa.
Delvin menghela napas dan menatap gadis itu dengan tatapan yang dalam. Ia sangat mencintai gadis itu.
"Kayaknya sekarang kita harus LDR-an dulu untuk menjalani hubungan ini, beb," ucap Delvin dengan nada yang penuh keprihatinan.
"Kenapa? Emang kamu mau ke mana!?" tanya gadis itu.
Bella, yang mendengarkan, hanya menundukkan kepalanya. Ia merasa sedih jika harus berjauhan dengan Delvin. Meskipun hubungan mereka belum lama, rasa cinta sudah sangat dalam.
"Apakah sangat lama kamu di sana?" tanya Bella, mencoba menahan air mata.
"Aku nggak tahu berapa lama aku di sana, tapi aku janji setelah aku kembali, aku akan melamar kamu, sayang," jawab Delvin
Bella hanya diam, hatinya gelisah dan tidak tenang. Ia tidak ingin berjauhan dengan Delvin, namun ia tahu Delvin melakukan ini demi masa depan mereka. Ia harus sabar dan tidak egois.
"Oke, aku izinkan kamu, tapi kamu tetap harus komunikasi sama aku, aku nggak mau kehilangan kamu," ucap Bella sambil memeluk tubuh Delvin. Delvin pun membalas pelukan itu dengan penuh cinta.
"Aku janji, sayang," ucap Delvin dengan penuh keyakinan, sambil mengelus punggung Bella untuk memberikan kenyamanan dan kasih sayang.
Beberapa hari setelah itu, Delvin berangkat ke Jakarta untuk mengejar masa depannya. Bella hanya bisa mengantarnya sampai di bandara.
Delvin mulai beradaptasi dengan orang-orang di sana dan terus berkomunikasi dengan Bella.
Sudah satu tahun Delvin di Jakarta, dan Bella sudah lama tidak bisa dihubungi. Hal itu membuat Delvin panik. Ia mencoba menghubungi keluarga Bella, namun tidak ada yang bisa dihubungi.
Tanpa pikir panjang, Delvin meminta izin kepada adik-adiknya untuk kembali ke kota asalnya.
Setibanya di rumah Bella, Delvin langsung mengetuk pintu. Pintu itu pun terbuka.
Ibu Bella yang melihat Delvin di depannya, langsung memeluknya. Delvin bingung karena ibu Bella menangis di pelukannya.
"Tante, kenapa?" tanya Delvin dengan nada yang cemas.
"Bella, Nak, Bella..." jawab Ibu Bella dengan isakan tangis.
Mendengar nama Bella disebut, hati Delvin merasa tidak tenang.
"Bella kenapa, Tante?" tanya Delvin dengan panik.
Ibu Bella melepaskan pelukannya dan menatap Delvin dengan wajah penuh air mata.
"Bella sudah tidak ada, Nak. Bella sudah pergi untuk selamanya," jawab Ibu Bella sambil menunduk dan memegang pundak Delvin.
Tubuh Delvin menegang. Ia tidak percaya apa yang dikatakan ibu Bella. Ia menggelengkan kepala, tidak yakin.
"Tidak, tidak mungkin, Tante. Tante pasti berbohong, kan?" tanya Delvin, mencoba meyakinkan dirinya.
"Tante tidak berbohong, Delvin. Bella sudah pergi tiga hari yang lalu. Ia terkena penyakit kanker otak. Tante tidak memberitahumu karena itu kemauan Bella. Dia tidak ingin kamu tahu soal ini," jawab ibu Bella, sambil duduk di teras depan rumah, terus menangis.
Delvinn terdiam, tubuhnya gemetar menahan tangis. Ia merasa dunia ini runtuh di sekelilingnya.
"K-Kenapa kamu ninggalin aku, Bel?" ucapnya lirih, tubuhnya merosot ke bawah, tak bisa menahan rasa sakit yang dalam.
Ia belum siap kehilangan orang yang sangat ia cintai. Delvinn terbayang betapa beratnya penderitaan yang dialami Bella, terlebih lagi saat ia tidak berada di sisi Bella. Saat itu, Bella pasti sangat membutuhkan dirinya.
Setelah kejadian itu, Delvin kehilangan semangat hidup. Ia hanya melanjutkan hidup tanpa tujuan. Rasa sedih dan rindu terus menghantui dirinya setiap saat. Delvin menjadi sosok yang pendiam, enggan untuk mengenal percintaan lagi.
Flash back..
Nabillah terdiam mendengarkan cerita masa lalu Delvin. Ia tidak tahu harus berkata apa saat ini. Ternyata, Delvin memiliki trauma yang sama dengan dirinya, meskipun trauma yang ia alami berbeda dengan yang dialami Delvin.
Ada rasa iri yang mendalam di hati Nabillah. Ternyata, Delvin sangat mencintai gadis di masa lalunya.
"A-aku nggak tahu, Kak, harus merespons bagaimana," ucap Nabillah terbata-bata.
"Tapi yang namanya takdir sudah diatur oleh Tuhan, Kak. Mungkin kamu dan dia tidak berjodoh di dunia ini, tapi siapa tahu di akhirat nanti kamu berjodoh," lanjutnya dengan senyum yang agak canggung. Nabillah tidak tahu kenapa ia mengucapkan kata-kata itu.
"Aku tahu, tapi sekarang aku sudah ada kamu. Aku mohon, Bill, jangan tinggalin aku. Kamu berharga banget buat aku sekarang," ucap Delvin, dengan nada penuh harap, takut kehilangan.
Sungguh, ia sangat mencintai gadis di depannya ini. Saat melihat Nabillah, ia melihat sosok yang begitu berarti, seolah seperti ibunya yang telah melahirkan dirinya di dunia ini.
Delvin menggenggam kedua tangan Nabillah, lalu mencium tangan itu berkali-kali dengan penuh rasa sayang.
Nabillah mengangguk sambil tersenyum. "Aku nggak akan ninggalin kamu, Kak, kecuali kalau kamu menyuruhku pergi," jawab Nabillah lembut.
"Aku nggak akan pernah menyuruhmu pergi, Bill. I love you, baby," ucap Delvin dengan penuh ketulusan dan keyakinan.
"I love you too, Kak," balas Nabillah dengan lembut, matanya memancarkan ketulusan yang mendalam.
"Semoga kamu yang terakhir buat aku, Kak."
TBC....
Bantu vote plaseee.....
.