Laila, seorang gadis muda yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, tiba-tiba terjebak dalam misteri yang tak terduga. Saat menemukan sebuah perangkat yang berisi kode-kode misterius, ia mulai mengikuti petunjuk-petunjuk yang tampaknya mengarah ke sebuah konspirasi besar. Bersama teman-temannya, Keysha dan Rio, Laila menjelajahi dunia yang penuh teka-teki dan ancaman yang tidak terlihat. Setiap kode yang ditemukan semakin mengungkap rahasia gelap yang disembunyikan oleh orang-orang terdekatnya. Laila harus mencari tahu siapa yang mengendalikan permainan ini dan apa yang sebenarnya mereka inginkan, sebelum dirinya dan orang-orang yang ia cintai terjerat dalam bahaya yang lebih besar.
Cerita ini penuh dengan ketegangan, misteri, dan permainan kode yang membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang penuh rahasia dan teka-teki yang harus dipecahkan. Apakah Laila akan berhasil mengungkap semuanya sebelum terlambat? Atau akankah ia terjebak dalam jebakan yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jejak dj balik misteri
Pagi itu, sekolah terasa lebih tegang dari biasanya. Insiden coretan merah di ruang guru menjadi perbincangan hangat. Namun, meski kabar beredar, tidak ada yang tahu siapa pelakunya. Laila, Rifki, Keysha, dan Rio menyadari bahwa ini lebih dari sekadar keisengan biasa. Ada sesuatu yang lebih besar, dan mereka sudah terlibat terlalu jauh untuk mundur.
"Jadi, apa langkah kita selanjutnya?" bisik Keysha saat jam pelajaran berlangsung. Dia duduk di samping Laila, sementara Rifki dan Rio di barisan belakang.
"Aku nggak tahu," jawab Laila pelan. "Tapi aku yakin, kita belum lihat semuanya. Masih ada yang disembunyikan."
Rio menyandarkan kepalanya ke meja, lalu berkata setengah berbisik, "Mungkin kita perlu cari tahu lebih banyak soal guru-guru di sekolah ini. Bisa jadi mereka ada hubungannya."
Rifki mengangguk setuju. "Betul. Kalau pelaku sampai bisa masuk ke ruang guru, berarti dia punya akses khusus."
Saat jam istirahat, mereka berkumpul di taman belakang sekolah. Rio mengambil selembar kertas dari sakunya. Itu adalah salinan coretan di ruang guru yang dia foto sebelumnya.
"Aku nemu sesuatu tadi malam," katanya. "Tulisan itu nggak cuma random. Huruf-hurufnya kalau dijumlahin posisinya di alfabet, hasilnya bikin angka tertentu."
"Dan itu angka apa?" tanya Keysha penasaran.
Rio tersenyum kecil. "2019. Tahun proyek ETOMIC dihentikan."
Rifki mendengus kagum. "Jadi, ini semacam pesan waktu. Tapi kenapa?"
"Entahlah," jawab Rio. "Tapi aku rasa kita harus gali lebih dalam soal proyek itu. Mungkin di perpustakaan sekolah ada dokumen lama yang bisa membantu."
Keempatnya bergegas ke perpustakaan setelah jam terakhir selesai. Mereka memeriksa rak demi rak, mencari buku atau dokumen yang mungkin menyebutkan sesuatu tentang ETOMIC atau hal terkait.
Keysha menemukan sebuah buku tebal berjudul "Teknologi dan Komunikasi di Era Modern." Dia membukanya di bab yang membahas penelitian komunikasi eksperimental.
"Ada bagian tentang proyek rahasia," katanya sambil menunjuk halaman tertentu. "Tapi nama proyeknya nggak disebut."
"Tunggu," sela Laila sambil melihat catatan tambahan di bawah halaman itu. "Ada kode di sini. Sama seperti kode Caesar yang kita temuin."
Mereka segera memecahkan kode itu, yang ternyata berisi kalimat, "Carilah di tempat di mana semuanya dimulai."
Saat mereka hendak keluar dari perpustakaan, seorang siswa mendekati mereka. Anak itu terlihat pucat, seperti habis melihat sesuatu yang mengerikan.
"Ada apa?" tanya Rifki.
"Aku... aku nemuin ini di lokermu, Laila," jawab anak itu sambil menyerahkan sebuah amplop hitam.
Laila menerimanya dengan tangan gemetar. Dia membuka amplop itu, dan di dalamnya ada potongan kecil dari peta sekolah dengan lingkaran merah di aula tua yang sudah tidak dipakai.
"Ini jebakan," kata Keysha dengan nada waspada.
"Mungkin," jawab Laila. "Tapi kita nggak punya pilihan lain. Kita harus ke sana."
Malam harinya, mereka menyelinap ke aula tua yang ditandai di peta. Tempat itu gelap, berdebu, dan terasa dingin.
"Laila, kamu yakin ini ide bagus?" tanya Rio dengan suara bergetar.
"Sekarang nggak ada lagi yang masuk akal. Kita harus tahu," jawab Laila tegas.
Saat mereka masuk lebih dalam, suara langkah kaki terdengar dari belakang mereka.
"Siapa itu?" teriak Rifki sambil menoleh.
Namun, tidak ada siapa pun di sana.
Tiba-tiba, pintu aula tertutup dengan keras, membuat semua orang terkejut. Di salah satu dinding, lampu kecil menyala, menyorot ke sebuah papan tulis besar yang penuh dengan simbol dan angka misterius.
Laila mendekat dan membaca satu tulisan besar di tengah papan itu:
"Jawablah teka-teki ini, atau hadapi konsekuensinya."
Aula tua itu dipenuhi keheningan mencekam. Laila, Rifki, Keysha, dan Rio berdiri kaku di depan papan tulis besar yang penuh dengan simbol-simbol aneh. Mereka semua merasa seperti diawasi, meskipun aula itu tampak kosong.
"Laila, apa kita harus nyelesaiin ini sekarang?" tanya Rifki dengan nada ragu.
Laila menggigit bibirnya. "Kita nggak punya pilihan lain. Kalau ini memang jebakan, kita harus keluar dari sini secepatnya."
Rio, yang lebih analitis, mendekati papan tulis dan mulai memperhatikan detailnya. "Lihat, simbol-simbol ini kayaknya membentuk pola. Tapi aku belum yakin apa artinya."
"Dekode aja satu-satu," saran Keysha. "Kita harus kerja sama."
Mereka mulai memeriksa papan tulis lebih cermat. Di bagian atas, ada deretan huruf yang tampak seperti acak:
"KDGXH UVWDUW"
Rio mengernyit. "Ini kayak kode Caesar lagi. Tapi kita harus tahu berapa kali geser hurufnya."
Laila menarik napas dalam. "Coba geser tiga kali ke belakang. Biasanya itu yang paling sering dipakai."
Mereka segera mencoba, dan hasilnya menjadi: "ANDAI MULAI."
"Mulai apa?" tanya Keysha bingung.
Tiba-tiba, papan tulis bergetar, dan sebuah kompartemen rahasia di bawahnya terbuka. Ada amplop kecil di dalamnya. Laila mengambil amplop itu dan membukanya dengan hati-hati.
Di dalam amplop ada selembar kertas dengan tulisan tangan:
"Pergilah ke tempat yang paling gelap di sekolah ini. Di sanalah jawaban sebenarnya berada."
Mereka saling berpandangan, mencoba memahami makna petunjuk itu.
"Paling gelap?" gumam Rifki. "Itu bisa berarti ruang bawah tanah. Kita punya ruang penyimpanan tua di bawah gedung utama."
Rio mengangguk setuju. "Tapi kenapa harus malam-malam begini? Apa nggak berbahaya?"
"Kita nggak punya waktu buat takut," jawab Laila tegas. "Kalau kita tunggu sampai pagi, pelaku bisa nyembunyiin jejaknya lagi."
Dengan hati-hati, mereka menuju ruang bawah tanah. Jalan menuju tempat itu penuh dengan sarang laba-laba dan bau lembap yang menyengat. Keysha menggigil ketakutan, tetapi tetap mengikuti langkah teman-temannya.
Setelah sampai di depan pintu ruang penyimpanan, mereka menemukan gembok besar yang menghalangi pintu.
"Harusnya ada kunci di sekitar sini," kata Rio sambil mengarahkan senter ke sekeliling.
Rifki memeriksa dinding, dan menemukan tulisan kecil yang terukir di sana:
"LBH TWT SBLH KNN."
"Itu berarti 'lebih tepat sebelah kanan'," kata Laila dengan cepat.
Mereka segera mencari di sisi kanan pintu, dan menemukan celah kecil di mana sebuah kunci tersembunyi. Dengan cepat, mereka membuka gembok dan masuk ke dalam.
Di dalam ruang penyimpanan, mereka menemukan kotak kayu tua yang terlihat sudah berusia puluhan tahun. Rio membuka kotak itu dengan hati-hati, dan di dalamnya ada tumpukan dokumen serta sebuah buku catatan kecil.
"Buku ini kayaknya penting," ujar Keysha.
Laila membuka buku itu dan membaca halaman pertama. Tulisan di dalamnya terlihat seperti pengakuan seseorang yang pernah bekerja di sekolah ini:
"Aku menyesal pernah terlibat. Proyek ini menghancurkan banyak nyawa, dan aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Jika ada yang membaca ini, ketahuilah bahwa semuanya dimulai di aula tua..."
Laila berhenti membaca dan menatap teman-temannya dengan mata lebar. "Ini bukti kalau ada sesuatu yang lebih besar dari apa yang kita pikirkan."
Namun sebelum mereka bisa membaca lebih jauh, pintu ruang penyimpanan tiba-tiba tertutup dengan keras. Lampu senter mereka berkedip-kedip, dan suara langkah kaki bergema di luar.
"Siapa di sana?!" teriak Rifki.
Tidak ada jawaban. Tetapi suara langkah kaki itu semakin mendekat.
"Kita harus keluar dari sini sekarang!" seru Rio panik.
Namun, saat mereka mencoba membuka pintu, mereka menyadari bahwa pintu itu terkunci dari luar.
"Kita terjebak," bisik Keysha dengan suara gemetar.
Di saat itu, mereka menyadari bahwa ini bukan sekadar misteri biasa. Mereka sedang bermain-main dengan sesuatu yang berbahaya.
apa rahasianya bisa nulis banyak novel?