"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 11. Wanita baik yang di duakan.
Jingga menghubungi Gani agar pulang lebih dulu bersama Ustad Sholeh, karena dia harus pergi bersama perempuan yang di temuinya di rumah sakit itu. Kini Jingga sudah berada di rumah perempuan itu, dan rumah nya terlihat sangat nyaman.
Terlihat foto pernikahan mereka yang tersenyum bahagia, dan tampak nya mereka memang benar - benar saling mencintai karena banyak sekali foto kebersamaan mereka di setiap sudut rumah itu. Wanita itu terlihat keluar membawakan dua cangkir teh di tangan nya dan menyajikan nya pada Jingga.
"Minum, nak." Ujar perempuan itu.
"Makasih tante." Ujar Jingga dan perempuan itu tersenyum sambil mengangguk.
Jingga meminum teh yang di sediakan itu, sementara wanita itu terlihat memperhatikan sekeliling rumah nya.
"Apa suami saya ikut pulang kemari?" Tanya wanita itu.
"Ya, suami tante ada di belakang tante sekarang." Ujar Jingga.
"Tante, papaku bilang.. kalau kemungkinan suami tante untuk sadar itu sangat tipis, apalagi untuk hidup. Hanya saja sepertinya suami tante nggak bisa pergi karena masih belum menyelesaikan urusan nya sama tante." Ujar Jingga, wanita itu pun meneteskan air matanya.
"Apa lagi yang harus di selesaikan, mas? Kamu sudah tidak perlu mengatakan apapun padaku lagi." Ujar wanita itu, pada sosok suaminya yang tak terlihat.
"Nak, tolong bilang sama istri om, om sangat menyesal dan minta maaf." Ujar sosok laki - laki itu.
"Om bilang.. dia minta maaf sama tante dan merasa sangat menyesal." Ujar Jingga.
"Apanya yang harus aku maafin, mas? Kamu sudah mengotori janji pernikahan kita. Bukan cuma kamu selingkuh dan nikah diem - diem sama perempuan lain, tapi kamu nggak menganggap aku ada karena kalian sudah menjalin pernikahan itu selama empat tahun lamanya.." Ujar wanita itu.
Sosok laki - laki itu memutari tubuh istrinya dan jongkok di depan istrinya, ia menangis meraung - raung sampai Jingga ikut sedih melihat nya. Sosok laki - laki itu sungguh menyesali perbuatan nya yang tidak jujur pada istrinya dan menikah lagi tanpa memberi tahu istrinya lebih dulu.
"Tapi itu semua sudah terjadi.. sudah tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Mau seperti apa aku bertindak pun kenyataan nya cintamu sudah bukan cuma buat aku." Ujar wanita itu lagi, suaminya pun langsung menatap wajah istrinya.
"Maaf.." Sosok laki - laki itu menangis bersimpuh di depan istrinya.
"Om minta maaf, tante.." Ujar Jingga, ia sebagai perantara antara suami istri itu.
"Aku sudah ikhlas.. aku ikhlas.." Ujar nya dengan menghembuskan nafas nya.
"Apa yang sudah terjadi nggak bisa di rubah, kalo kamu bisa mendapatkan kebahagiaan mu dengan istri barumu.. maka aku sudah ikhlas. Aku cuma perempuan biasa yang nggak sempurna, nggak bisa kasih kamu anak, jadi aku tahu perasaan kamu yang sangat menginginkan anak." Ujar perempuan itu, suaminya pun menatap istrinya itu dengan tatapan tertegun.
"Jangan terus menyangkut disini, kalau kamu masih di sini cuma karena ingin mendapat maaf dariku, aku sudah maafkan kamu, mas. Aku juga minta maaf karena selama sepuluh tahun kita nikah, nggak bisa ngasih kamu anak." Wanita itu menghapus air matanya sendiri.
"Jangan terus merasa bersalah, bukan cuma kamu yang salah, aku pun bersalah. Pergilah dengan damai, aku sudah memaafkanmu, aku ikhlas." Ujar wanita itu.
Suaminya sungguh menangis meraung - raung karena merasa bodoh telah menghianati pernikahan nya. Ia tak menyangka istrinya memaafkan nya yang sudah sangat dalam menyakiti hatinya.
"Pergilah dengan damai, mas. Anakmu.. Biar aku yang menjaganya." Ujar wanita itu lagi, suaminya pun menatap istrinya dengan tatapan sangat terharu.
Ya, pria itu sudah menikah diam - diam selama empat tahun dan sudah memiliki seorang putri berusia tiga tahun yang kini sebatang kara karena ibunya meninggal dalam kecelakaan malam itu sementara ayah nya koma di rumah sakit, yaitu suami wanita hebat yang sedang menangis terisak - isak saat ini.
Kalau saja suaminya dan istri simpanan nya tidak kecelakaan malam itu, maka perempuan ini tidak akan tahu bahwa suaminya sudah menikah diam - diam selama empat tahun dan sudah memiliki anak pula.
"Maafkan aku, sayang.." Ujar sosok pria itu.
"Om bilang, dia minta maaf tante." Ujar Jingga.
"Aku sudah memaafkanmu, pergilah dengan damai. Jangan khawatirkan putrimu, dia anakku juga." Ujar wanita itu.
Seketika Jingga melihat cahaya yang terang tak jauh dari tempat nya duduk, pria itu juga melihat nya karena mungkin apa yang mengganjal di hatinya sudah tersampaikan.
Jingga mengijinkan sosok pria itu untuk masuk kedalam tubuh nya, untuk mengucapkan kata - kata terakhirnya secara langsung pada sang istri..
"Tante, aku akan biarkan om masuk kedalam tubuhku, dia ingin mengucapkan kata - kata terakhirnya." Ujar Jingga, dan perempuan itu mengangguk.
Jingga memejamkan mata dan tak lama sosok nya masuk kedalam tubuh Jingga, Jingga menangis meraung - raung menggenggam tangan wanita itu.
"Aku tahu kamu adalah wanita hebat yang sangat baik, aku percaya kamu bisa membesarkan anakku dengan kasih sayang. Maafkan aku Mala.. Maafkan aku sudah menjadi suami yang buruk, maafkan aku karena tak bisa menjaga cinta kita, maafkan aku." Ujar Jingga.
Perempuan bernama Mala itu menangis tapi hanya bisa mengangguk - angguk. Dia tidak menyangka obrolan terakhirnya adalah obrolan perpisahan selamanya dengan sang suami.
"Damailah di sana, mas.. pergilah dengan tenang." Ujar Mala.. Jingga mengangguk lalu dia terdiam meneteskan air matanya.
Jingga menunduk dan sosok pria itu keluar dari tubuh nya, Jingga melihat pria itu tersenyum padanya dan mengucapkan terimakasih pada Jingga. Jingga tersenyum lalu pria itu pergi masuk kedalam cahaya, dan hilang..
Jingga membuka matanya dan membaca doa, pun dengan Mala yang juga membaca doa untuk mendiang suaminya.
"Om sudah pergi tante.." Ujar Jingga, dan wanita itu menangis sambil mengangguk - angguk.
Mungkin sebentar lagi pihak rumah sakit akan mengabari bahwa pria itu sudah meninggal dunia.
"Makasih, Jingga.." Ujar Mala, Jingga pun tersenyum.
Akhir nya Jingga berhasil menolong sosok pria itu agar bisa pergi dengan tenang, hanya saja Jingga tidak menyangka di balik semua itu rupanya ada hati yang sangat hancur bahkan di luluh lantakkan karena sebuah rasa egois. Mereka yang sebelum nya sangat saling mencintai bahkan goyah karena sebuah kondisi dari Mala yang tak bisa mengandung, padahal tidak bisa mengandung juga bukan keinginan Mala sendiri, itu sudah takdir nya.
Selang sekitar lima belas menit, Mala mendapat kabar dari pihak rumah sakit bahwa suaminya telah meninggal, Jingga pun menjadi orang pertama yang mengucapkan bela sungkawa pada Mala dan memberinya pelukan dukungan agar Mala tidak merasa begitu hancur sendirian.
"Yang kuat, tante.. yang ikhlas." Ujar Jingga dan Mala mengangguk - anggukan kepalanya.
Jingga lalu mengantar Mala untuk kembali ke rumah sakit, dan di sana dia melihat ayah nya yang juga menatap nya seakan tahu bahwa itu pasti karena Jingga yang membantu suami Mala yang koma. Setelah anggota keluarga Mala tiba dan Mala sudah tidak sendirian lagi, akhir nya Jingga pun pamit dan pergi ke ruangan ayah nya karena sudah mendapat pesan dari ayah nya.
"Kamu yang bantu orang itu, ya?" Tanya ayah Ilham, Jingga pun nyengir.
"Nakal." Ujar ayah Ilham.
"Abis kasihan pa.. tapi malah kisah nya lebih kasihan lagi.." Ujar Jingga, ia mengingat alasan di balik mengapa sampai jiwa pria itu masih berada di sana.
"Kenapa?" Tanya ayah Ilham.
"Nggak baik ngomongin aib orang yang udah meninggal, pa.." Ujar Jingga, ayah nya pun terkekeh.
"Anak baik.. ya sudah, ini makan dulu." Ujar ayah Ilham lalu memberikan nasi box yang di pesan lewat jasa pesan antar.
"Wah.. papa tau aja aku belom makan dari siang." Jingga berbinar melihat makanan di depan matanya.
"Kamu ini selalu kalo udah fokus sama kegiatan kamu jadi lupa makan, abangmu itu cerewet banget nelponin papa terus gara - gara kamu nggak bisa di hubungin." Ujar ayah Ilham, Jingga pun terkekeh.
"Emang abang udah bangun, pa?" Tanya Jingga, sambil berjalan menuju ke wastafel untuk mencuci tangan.
"Udah, nggak tau dia bangun pagi - pagi katanya ada kelas pagi." Ujar ayah Ilham.
Jingga lalu memakan makanan nya dengan perasaan bahagia, karena memang kelaparan sejak siang. Walau entah mengapa ada rasa aneh dalam hatinya, seperti sesuatu yang besar akan terjadi..
BERSAMBUNG..
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu