Inez, seorang perawat lansia,yang dulunya gadis yang berjuang demi mandiri, tidak mau di biayai ibunya, karena marah pada ibunya yang selingkuh, dan menyebabkan ayahnya meninggal dalam kecelakaan setelah tahu ibunya selingkuh.
Saat dirinya menjadi perawat lansia, bernama kakek Wijaya, dia sangat menyayangi Inez, saking sayangnya, kakek Wijaya menjodohkan Inez dengan Angga cucunya, tapi Angga sudah memiliki kekasih sejak dulu.
Bagaimana kelanjutannya hidup Inez? apakah Angga bisa membuka hatinya untuk Inez?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LOVENESIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Di telinga Inez terdengar suara kicauan burung laut, dan wajahnya terkena sapuan air laut berkali kali, dia pun bangun. Matahari sudah bersinar, sangat terik. mata Inez kembali terkena sapuan Air laut, barulah Inez membuka matanya, dan melihat ke depan, bahwa dirinya sedang tergeletak di pesisir pantai sendirian.
Inez langsung bangun terduduk dan melihat sekitar, tidak ada siapa siapa, dan ini bukan pantai Amba, ataupun Karina.
Inez menampar pipinya berkali kali, hanya untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi.
Inez pun menatap laut, mencari cari perahu, tapi tidak ada. akhirnya dia ingat semalam, dia mengalami gelombang tinggi, dan perahunya terbawa arus laut, dan Inez yang pandai berenang mencoba menyelamatkan Angga, tapi Angga terus terbawa masuk ke dalam laut, semakin dalam Inez semakin lelah, dan dia pingsan.
Saat terbangun dirinya sudah ada di pantai, dan sendirian, tidak ada Angga atau pun pak Anto, dan perahunya.
Inez menangis, dengan menatap laut.
"Aku dimana? Angga di mana, apakah dia selamat? jelas sekali dia terbawa Arus semakin dalam dan aku?, aku tak bisa meraih tangannya, Anggaaaa!" teriak Inez.
Inez pun berdiri dan terhuyung huyung, dengan bajunya yang basah kuyup. Inez menyusuri pantai, sembari berteriak " Anggaaa"
"Anggaaaa"
"Anggaaaaaa, kamu dimana? apakah kamu selamat? aku sendiri, ini pantai apa?, aku sendiri"
Inez kembali berjongkok dan menangis.
"Harusnya aku tak minta naik perahu! harusnya aku tidur di kamar ,meski di lantai tidak apa apa, Angga maafkan Aku tidak bisa menolongmu, Anggaaa"
Inez terus berteriak, dan matanya memutari pantai , tidak ada satupun kehidupan , tidak ada manusia. Akhirnya Inez ketakutan, diapun berjalan ke arah hutan, untuk mencari kampung.
Inez menatap ke dalam hutan, menyusuri rerumputan dan pohon yang rimbun.
"Ada oraaang?"
Inez terus masuk ke dalam hutan tapi tak menemukan apapun, dia tak menemukan jalan setapak ataupun kampung. Bahkan hanya terdengar kicauan burung burung saja.
Inez terdampar di pulau tak berpenghuni, dia terduduk di bawah pohon,dan menangis. Menangis karena tidak bisa menyelamatkan Angga, menangis karena terdampar dan menangis belum minta maaf pada ibunya, yaitu bu Anita.
Berjam jam, Inez menangis , tapi Perutnya kruyukan meminta di beri isi.
"Haduh, lapar, di hutan begini aku makan apa? ,Burung juga terbang semua, kalau telur mungkin di atas pohon.
"Bukan saatnya aku menangis, aku harus bertahan hidup meski akhirnya aku harus mati di sini"
Keteguhan hati, dan kemandirian Inez sedang di uji, Inez mencari makanan, dia berjalan dengan hanya membawa sebatang kayu panjang untuk menyibakan rumput tinggi dan mengusir ular.
Masih di dalam hutan, Inez merasa melihat sesuatu, dia melihat seekor Kera sedang di lilit ular sanca besar. Inez langsung lari kembali ke jalan menuju pantai.
"Aaaaaaaaaaa"
"Aaaaaaaaaaaaa"
"Aaaaaaaaa"
Teriakan Inez membuat seluruh binatang buas di hutan itu bangun, semuanya bergerak dan mencari sumber suara itu. Inez akhirnya bisa keluar dari hutan, dan dia terus mendekat ke pantai.
"Gila! aku terdampar di tempat mengerikan, tapi aku lapar, aku makan apa ya?"
Inez pun ingat, dipesisir pantai suka ada cacing laut ,atau di sebut tembilung, dengan sigap Inez mencari lubang lubang, lalu mengoreknya dengan sebilah Batang pohon. Tapi cacing itu tak kunjung muncul, Inez setengah menyerah. Dia pun terbaring di pesisir pantai dan terkadang badannya terkena Air, dia berharap bisa tertidur lagi dan terseret Air laut, dan masuk ke dalam laut, pingsan lalu kembali bangun esok pagi, sudah berada di rumah dan di. kasur yang empuk.
Inez pun tertidur hingga malam hari. cuaca dan angin sangat dingin, hingga dia tersiram air laut lagi dan Inez terkaget. Dia pun bangun dan dia menangis lagi.
"Ombaaaak! kenapa kau tak seret aku saja, bawa aku ke laut lagi, dan kembalikan aku kerumah , ombaaakk! padahal tadi aku udah pasrah, dan aku sudah tidur di sini! harusnya kau seret aku ke tengah, dan kembalikan aku ke pantai Amba" teriak Inez.
Inez pun menangis dan menepi ke pohon karena kedinginan, dia mencari daun untuk alas tidur.
"Aku tidak perduli, aku mau makan ga tau makan apa, aku mau tidur saja siapa tahu ini adalah mimpi juga"
Inez pun tertidur lagi, dan keesokan harinya dia malas bangun, tetap ingin memejamkan mata, dia tak mau membuka matanya. Dia jika ingin mati ya mati saja dalam posisi tidur biar tak terasa sakit nya.
Inez terus saja tidak mau bangun, hingga terasa di kakinya ada sebuah gesekan dan melilit memutari dan langsung mencengkram kakinya. Saat Inez membuka mata, ternyata ular besar di dalam hutan sudah sampai sini dan sekarang membelit kaki Inez.
"Aaaaaaaaaaa, aaaaaaa toloooong tolooooooong tolooooooong"
"Anggggaaaa" tanpa sadar Inez memanggil Angga, burung burung di dalam hutan berterbangan seperti ada yang mengobrak abrik pohon.
berdirilah seorang manusia , di hadapan Inez tapi dia tidak memakai baju, hanya di tutupi daun saja ,Inez tak dapat melihat wajah lelaki itu karena dia tersilaukan matahari, ular yang melilit kaki kini naik ke pinggul.
Terasa pengap dan sakit karena cengkraman Ular,
"Tolooonng"
Lelaki itu langsung mengangkat kepala Ular dan Memotong lehernya.
Croooooott darah ular itu menyemprot ke muka Inez.
"Aaaaaaaa" teriak Inez lagi.
Ular itu pun seketika mati dan lilitannya lepas.
Sang lelaki itu mengangkat tubuh ular itu dan membawanya masuk ke dalam hutan lagi.
"Siapa dia? daraaaaaah!"
Inez langsung lari ke laut dan membilas badannya yang terkena semprotan darah ular.
"siapa manusia itu, harusnya aku mengikuti dia, dan siapa tahu dia ada makanan"
Inez pun masuk ke dalam hutan.
"Aduh lelaki itu tadi arah mana ya?"
Inez bingung tiba tiba Inez Ingat tetesan darah dari ular.
Lalu Inez menghadap ke bawah , banyak tetesan darah, Inez pun mengikuti tetesan darah itu kemana arahnya.
"Aku harus mengikuti, tetesan darah ini! semoga dia adalah orang kampung terdekat"
Lama Inez mengikuti tetesan darah itu, hingga dia muncul lagi ke sisi lain pulau, yaitu pantai di letak berbeda.
"Ini pantai lagi"
Terdengar ada suara pukulan sangat kencang, suara itupun Inez cari arahnya, ternyata ada di sebelah kanan pantai.
Inez terus menuju ke sumber suara.
"Aku harus kesana dan meminta bantuan"
Inez di belakang lelaki itu, yang sedang memukul mukul ular.
Inez pun menepuk pundak lelaki itu.
Puk Puk Puk.
Lelaki itupun membalik badan.
Betapa kaget nya Inez, dia adalah Angga, tapi Kenapa dia berpakaian hanya daun dan Omen dia kemana mana.
"Angga? kamu selamat?"
Angga ketakutan, dan tak mau di sentuh Inez.
"Angga kamu kenapa? aku Inez kamu kenal aku?"
"Tidak , tidak , tidak"
Jawaban Angga hanya tidak, tidak,tidak.
Lalu Ines melihat ada luka di dahinya.
dan melihat baju yang di pakai Angga saat terjadi insiden di laut itu, sekarang tergantung saja di ranting pohon.
"Kamu Angga?"
Inez langsung memeluk erat Angga.
"Akhirnya kamu masih hidup, Angga kamu hidup"
Inez berloncat loncat kegirangan, karena bisa bertemu Angga di pulau terpencil ini, tapi meski dalam keadaan Angga hilang ingatan.
"Angga sadarlah, aku Inez"
"Inez?" tanya Angga.
"Iya aku Inez"
"Inez, takut, aku takut"
Ternyata Angga bisa membuat pondok dari kayu hutan, dan terbentuk dengan sangat bagus dan Aman.
"Angga kenapa kamu ga Ingat Aku, Aku Inez Istrimu"
"Istri? Istri itu apa ?"
Inez bingung menjelaskan, akhirnya dia diam di pondok dan melihat Angga sedang mencuci Ular di laut, setelah bersih, Angga mengambil batu. Lalu dia pukul pukulkan.
"Meski kamu hilang ingatan, tapi kamu ingat apa yang harus dilakukan agar mendapat Api"
Percikan api terjadi dan menyambar ke kayu kayu kering. Terbentuklah Api yang besar.
"Kamu berhasil Angga"
Angga langsung menusuk Ular dengan batang kayu dan di panggang di atas bara Api.
"Kamu hebat Angga, kamu hebat"
Angga pun membolak balikan daging ular itu.
"Wangi juga, ular yang mau memakan Gue sekarang gue akan makan lo!" ucap Inez dengan gemas.
Angga pun memotong daging itu, dan memberikan pada Inez.
"Eummm enak juga"
Inez dan Angga makan lahap. 1 jam mereka makan dan menghabiskan seluruh daging Ular itu.
Merekapun kekenyangan.
Inez dan Angga duduk berdua di pondok sederhana buatan Angga.
"Angga pakai baju mu ini, jangan begini, aku malu"
"Ini baju?"tanya Angga.
"Iya, ini baju, seperti aku pakai baju"
"Kamu pakai Baju?"
"iya kamu pakai lah"
Angga pun melempar baju itu.
"Nama kamu Angga, kamu suamiku"
"Suami?"
"iya, kita udah menikah"
Inez pun kedinginan dan masuk ke pondok lebih dalam.
Angga tidur di luar dan Inez tidur di dalam.
Dalam fikiran Inez.
"Bagaimana aku harus menyadarkan Angga lagi, dari hilang ingatannya?, besok aku harus berusaha memberikan petunjuk bahwa dia adalah Angga dan kita suami Istri"
Inez karena sudah mengantuk, dia pun tidur nyenyak. Sementara itu Angga duduk di luar dan tersenyum.
Apakah Inez dapat mengembalikan ingatan Angga?
Apakah mereka akan selamat dari terdampar?