NovelToon NovelToon
Istri Kecil Tuan Nero

Istri Kecil Tuan Nero

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand / Angst / Dendam Kesumat / Penyesalan Suami
Popularitas:443k
Nilai: 5
Nama Author: Gresya Salsabila

Menikah dengan lelaki yang dicintai, ternyata tidak menjamin kebahagiaan, ada kalanya justru menjadi luka yang tak ada habisnya.

Seperti halnya yang dialami oleh Raina Almeera. Alih-alih bahagia karena menikah dengan lelaki pujaan—Nero Morvion, Raina malah menderita karena hanya dijadikan alat untuk membalas dendam.
Walau akhirnya ... takdir berkata lain pada skenario yang dibuat lebih awal oleh Nero.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyerah

"Siapa dia, Om?"

Raina tak sabar menunggu nanti. Sedetik setelah keduanya masuk kamar, Raina langsung menanyakan hal itu, dengan suara yang gemetaran karena menahan sesak di dada.

"Hanya rekan," jawab Nero, singkat.

"Rekan? Sampai manja-manja gitu?" Kini bukan hanya suara Raina yang menunjukkan kepiluan, melainkan juga tatapannya. Tak hanya lekat dan tanpa kedip, tetapi juga dengan berkaca-kaca. Itu pun Raina sudah mati-matian menahan agar air matanya tidak menetes.

"Dia hanya rekan. Kamu tidak percaya padaku?" Nero menjawab sambil membalikkan badan, hingga kini berhadapan dengan Raina.

Raina membuang pandangan ke samping. "Dia menggelayut mesra di lengan Om, ngata-ngatain aku juga. Dan dia ikut nginap di sini, nggak tahu sampai kapan. Dengan apa aku harus percaya kalau dia hanya rekan, Om?"

Nero menarik napas panjang. Lantas mendekati Raina dan menggenggam kedua bahunya.

"Kamu istriku, kamu harus percaya padaku!" ucapnya dengan tegas.

"Tapi—"

"Besok aku sibuk di kantor, dan lusa kembali ke London. Setelah pulang nanti kamu bisa lihat sendiri dia benar-benar rekan atau bukan," pungkas Nero masih dengan nada tegasnya.

"Jika dia hanya rekan, kenapa harus ikut ke sini, Om? Kenapa bersikap manja sama Om?" Raina kembali melayangkan pertanyaan yang nyaris sama. Entahlah, untuk kali ini dia cukup berani menuntut jawaban Nero.

"Jangan lupakan posisimu, Raina! Menurut saja padaku dan jangan banyak membantah!" Karena kesal, spontan Nero membentak Raina, sambil melepaskan genggaman di bahu dengan sedikit kasar.

Kemudian, dia pergi ke kamar mandi tanpa mengucap apa-apa lagi.

Raina terdiam di tempat, memandangi punggung Nero yang makin menjauh darinya. Sekarang mata tak hanya berkaca-kaca, tetapi sudah menitikkan air yang akhirnya membasah di pipi.

Makin merenung, Raina makin sadar, bukan hanya keselamatan Raksa yang menjadi alasannya bertahan, melainkan juga perasaan untuk Nero yang telanjur dalam. Perasaan yang kini terpaksa hancur lebur karena kehadiran wanita yang sepertinya bukan sekadar teman.

"Menghadapi sikap dingin dan abaimu, aku bisa, Om. Tapi ... jika udah ada wanita lain lagi yang kamu hadirkan dalam hubungan kita, sepertinya aku nggak bisa bertahan. Untuk apa? Sia-sia aku terluka dan kecewa setiap saat jika harapan untuk kamu lihat udah nggak ada." Raina membatin sambil menggigit bibir, membayangkan mimpi yang selama ini dia harapkan menjadi nyata. Namun, sebenarnya sedari awal mimpi itu akan tetap menjadi mimpi.

"Lalu apa arti dari sikap manismu bulan lalu, Om? Apa sengaja agar aku makin jatuh dalam perasaan ini, lalu benar-benar hancur setelah kamu memilih dia? Kamu sungguh kejam, Om," sambung Raina masih dalam batinnya, juga masih dengan tangis yang sama.

Sampai kemudian, Raina menyeka air matanya dengan cepat. Lantas, mengambil ponsel yang tergeletak di meja. Ia mencari kontak seseorang yang ia simpan dengan nama 'B'.

'Saya menerima tawaran Anda tempo hari. Belum terlambat, kan?'

Tulis Raina untuk nomor tersebut.

Hanya dalam hitungan detik, pesan itu sudah dibaca dan mendapat balasan pula.

'Jika waktumu sudah luang, hubungi aku. Kita bicarakan lagi hal ini. Terlambat atau tidak, kamulah yang paling tahu.'

Raina tersenyum masam saat membaca pesan tersebut. Ini pilihan berat dan ia yakin tak akan mudah, tetapi ... mungkin ini lebih baik dari pada bertahan dengan seseorang yang jelas-jelas tak akan pernah menoleh padanya.

_______

Keesokan harinya, Nero, Raina, dan juga Ava makan pagi bersama. Tak beda jauh dengan semalam, kali ini pun Ava kerap bertingkah manja kepada Nero, seolah ingin menunjukkan bahwa keberadaan dirinya satu tingkat lebih istimewa dibandingkan Raina.

Raina benar-benar jengah kala itu. Dia memandang Ava dengan sebal. Lagi-lagi wanita itu mengenakan pakaian kurang bahan. Bukan hanya paha mulus yang dipamerkan, melainkan juga belahan dada dan punggung. Ia duduk bersebelahan dengan Nero dan berulang kali mencomot makanan yang ada di piring Nero.

"Rumahmu benar-benar nyaman, Nero. Bahkan, lebih nyaman dari penthouse milikku. Ahh, bicara soal penthouse, aku jadi ingat malam itu. Kita minum bersama sampai mabuk. Kau mengantarku ke penthouse dan menjagaku sampai pagi. Kau memang lelaki yang romantis, Nero."

Untuk pertama kalinya Raina menyesali kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Andai dia payah dalam bahasa itu, pasti sekarang tak mengerti dengan apa yang dikatakan Ava, dan itu lebih baik baginya. Sangat menyesakkan membayangkan sang suami mabuk bersama wanita lain, sampai mengantar ke kediaman, dan menjaganya sampai pagi. Entah apa yang mereka lakukan, siapa yang tahu. Sama-sama orang dewasa dan wanitanya juga gemar mengumbar tubuh. Sulit untuk positive thinking.

"Nero, kenapa kau diam saja? Kau takut istrimu marah? Bukankah katamu dia istri yang penurut?"

Ava kembali bicara, karena sejak tadi Nero lebih banyak diam, hanya menyahut seperlunya saja. Raina apa lagi, dari tadi dia hanya diam dan mengunyah makanannya dengan malas.

Terlebih setelah mendengar kalimat Ava yang terakhir, lidah dan bibir Raina mendadak kelu. Istri yang penurut, katanya. Tak tahu apa yang sudah diceritakan Nero tentangnya. Namun, Raina yakin itu bukan sesuatu yang baik.

"Ava, aku harus ke kantor hari ini. Ada pekerjaan yang tak bisa kutinggalkan. Kamu baik-baik ya di rumahku." Nero bangkit, lalu beralih menatap Raina. "Aku pergi dulu, baik-baik bersama Ava," ucapnya.

Raina tak menyahut. Namun, Nero tampaknya tak peduli. Terbukti dia langsung pergi setelah mendapat respon dari Ava.

Kini, tinggal Ava dan Raina yang ada di meja makan. Ava sudah menghabiskan sarapan, sementara Raina baru menyuap sedikit. Selera makannya hilang sejak melihat Ava.

"Nero menyukai wanita yang cantik dan sexy. Kau yang seperti ini ... rasanya tidak pantas menjadi istri Nero. Kau tidak akan bisa menyenangkan dia!" ucap Ava dalam bahasa Inggris, tetapi ia yakin Raina memahaminya.

Mendengar ucapan Ava, Raina tersenyum miring. Pikirnya, cukup di hadapan Nero dia menunjukkan kelemahannya. Sedangkan di hadapan wanita brengsek itu, dia harus terlihat kuat.

"Kupikir kalian dekat, ternyata tidak ya? Buktinya, Nero tidak pernah cerita kalau selama ini sering bercinta denganku sampai pagi. Kau tahu, katanya aku seperti candu. Makanya kami bisa melakukannya berkali-kali dalam semalam." Raina tersenyum manis. "Ngomong-ngomong ... rekor bercinta denganmu berapa kali?" sambungnya.

Tangan Ava mengepal erat. Matanya yang memicing, menatap tajam dan penuh benci kepada Raina.

"Bercinta sampai pagi juga bukan berarti dia merasa senang. Karena kalau tidak, untuk apa masih mencari kesenangan di luar?"

Raina tertawa kecil sembari meletakkan sendok dan garpu yang ia pegang. "Aku juga tidak yakin kesenangan yang dia cari sampai sejauh itu. Buktinya, semalam dia lebih memilih bercinta denganku. Padahal, kau sudah jauh-jauh diajak kemari. Tapi ... hanya untuk pajangan di kamar tamu. Uh, menyedihkan sekali."

Meski dalam hati yakin bahwa Nero dan Ava sudah melakukan sesuatu yang jauh, tetapi Raina memanfaatkan sedikit celah semalam. Nero nyata-nyata tidur di sofa kamar sampai pagi, dan itu cukup sebagai senjata untuk membungkam Ava kali ini.

"Kau akan kehilangan dia, Raina! Camkan itu!" bentak Ava sambil bangkit dari duduknya. Lantas meninggalkan ruang makan dengan langkah kasar.

"Kalaupun aku kehilangan dia, bukan karena kalah dengan kamu, tapi karena aku sudah menang dari egoku sendiri," batin Raina.

Bersambung...

1
Beauty JK
😘
Retno Palupi
jodoh nya Orion menurut ku sih kak
Retno Palupi
lah ini musuh apa teman?
Retno Palupi
semoga Norman jg sembuh
Retno Palupi
semoga Nero cepat sembuh
Retno Palupi
sabar Raina om Nero pasti sembuh, semoga anakmu juga kuat
Retno Palupi
akhirnya
jen
mudah bgt sih Raina luluh sm Nero
Retno Palupi
tenang Ra, kamu harus kuat
Retno Palupi
Nero juga melihat kerja kerasmu dulu raksa,
jen
terlalu cerdas nero
saljuniza
Luar biasa
Retno Palupi
🤣🤣🤣
jen
mending sm ganest
Sandisalbiah
tuh kan.. Orion kan
Sandisalbiah
kok feeling nya justru mengarah ke Orion ya 🤔🤔🤔
Sandisalbiah
LUAR BIASA
Sandisalbiah
puas hati.. walau inginnya sampai Tara ketemu jodoh.. btw Thanks thor.. semoga semakin sukses
Sandisalbiah
akhirnya..
Sandisalbiah
Lha.. pegang hp kok malah kirim pesannya ke Raina.. harusnya minta bantuan Raksa atau Ramon kek.. 🤦🏼‍♀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!