Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Usia kehamilan ku baru tiga bulan dan masih belum kelihatan.
"Kapan kamu lahir nak" gumam ku sambil mengusap perut ku.
"Lagi apa? " tanya bang Tara saat menghampiri ku.
"Aku ingin cepat-cepat lihat anak kita bang" jawab ku masih sambil mengusap perut ku.
Bang Tara ikut menyentuhnya lalu berkata "Sabar sayang kita butuh waktu enam ban lagi untuk bertemu dengannya".
Aku pun mengangguk lalu tersenyum. Bang Tara menyentuh pipiku dan berkata " Untuk syukuran bulan depan kamu mau gimana? ".
" Aku ikut bunda atau mama saja yang penting di Do'akan saja"jawab ku sambil bergelayut manja di tangan bang Tara.
"Ya sudah nanti abang bicara sama bunda" balasnya lalu mengecup kening ku.
Aku benar-benar gak pernah berpikiran bakal memiliki suami yang baik dan bisa Terima aku apa adanya walau status sosial kita beda.
"Ayo ke luar yang lain pasti sudah nunggu kita makan malam"ajaknya sambil berdiri.
Aku pun ikut berdiri dan berjalan ke luar bersama.
" Kenapa baru keluar? gak sekalian nanti saja"sindir Davin yang selalu bersikap sinis pada ku.
"Iri aja lo" balas bang Tara yang gak mau cari ribut.
Davin pun tak membalas lagi ucapan bang Tara namun selama makan aku bisa melihat tatapan Davin pada ku benar-benar gak suka. Selesai makan aku langsung masuk kamar kalau bang Tara dia ngobrol dengan Davin.
Besoknya aku di ajak jalan sama bunda, bunda ingin beli sesuatu sama sekalian beli kebutuhan rumah.
"Udah siap sayang? " tanya bunda saat aku keluar kamar.
"Sudah bun" jawab ku. Bunda pun langsung mengangguk dan kami langsung pergi dengan di antara pak Dudung. Bunda ngajak ke supermarket dulu untuk mencari keperluan dapur dan aku hanya mencari snack saja karena mau stok buat di kamar. Setelah di rasa cukup kami langsung membayar. Setelah dari supermarket bunda mengajak ku ke sebuah butik dan saat aku masuk aku di buat tercengang dengan harga satu baju. Melihat bunda dia dengan santai memilih salah satu baju dan aku hanya bisa lihat-lihat saja.
"Kamu mau pilih yang mana? " tanya bunda bikin aku kaget.
"Enggak ah bun, kemarin kan aku baru beli juga" jawab ku.
Bunda hanya membuang nafas lalu mengambil sebuah gamis kemudian membawanya ke kasir untuk di bayar. Setelah selesai kami keluar.
"Ini buat kamu" ucap bunda sambil menyerahkan satu paper bag pada ku.
"Ini apa bun? " tanya ku.
"Udah kamu Terima saja jangan pikirkan uang" ucapnya seolah-olah tau isi kepalaku.
"Bunda ngerti, bunda juga dulu seperti itu tapi setelah di ajari nenek kamu bunda mulai ngerti karena kita setidaknya jangan bikin malu keluarga dan suami kita yang merupakan orang terpandang" ujarnya.
Aku pun tersenyum lalu berterimakasih. Bunda lagi-lagi berhenti di toko kue namun aku tidak mau turun karena tidak suka dengan aroma kue.
"Kamu tunggu disini saja? " tanya bunda dan aku pun mengangguk.
Aku membuka kaca mobil dan melihat sekeliling tiba-tiba aku melihat Davin ada di kafe yang di samping toko kue ini.
"itu den Davin" ucap mang Dudung.
"Iya mang biarin saja" balas ku.
"Den Davin emang sedikit sombong jika kita belum kenal tapi kalau sudah deket duh baiknya" ucap mang Dudung.
Aku hanya tersenyum namun tiba-tiba aku melihat tukang rujak di sebarang.
"Mang aku turun dulu mau beli rujak di sebarang" ucap sambil membuka pintu mobil.
"Sama saya aja atuh neng" ujar mang Dudung.
"Gak usah mang, sekalian jalan-jalan" tolak ku lalu keluar dan langsung menyebrang karena kebetulan ada tukang parkir yang bantu. Aku pun langsung memilih buah untuk di buat rujak dan tak lama sudah jadi. Sebelum nyebrang aku melihat ke semua arah dan kosong namun tiba-tiba sebuah tangan menari ku membuat rujak dan buah yang aku bawa jatuh dan berhamburan di tanah. Saat aku melihat ke belakang sebuah motor melesat dengan cepat.
"Kalau jalan bisa gak lihat-lihat dulu" ucap orang yang sekarang memeluk ku dan suaranya tidak asing.
Aku pun mencoba melihat ke atas dan itu Davin. Aku pun langsung mundur karena takut salah paham.
"Davin, Erika kamu gak apa-apa sayang? " tanya bunda dan aku langsung berbalik menatap bunda.
"Aku gak apa-apa bun, untung ada Davin" jawab ku lalu berbalik ke arah Davin "Makasih Vin" ucap ku.
Davin diam saja lalu dia berkata "Jaga menantu oma ini" ujarnya lalu pergi meninggalkan aku dan Bunda.
"Tuh anak, heran sifat nya gak jauh dari ayahnya" gumam bunda.
"Ayo kita pulang" ajak bunda dan aku pun mengangguk lalu berjalan menuju mobil.
Kami sampai di rumah dan bunda langsung menceritakan kejadian barusan pada mbak Elisa dan mbak Elisa kaget langsung melihat keadaan ku.
"Aku gak apa-apa mbak, kan ada jagoan mbak" ujar ku dan mbak Elisa tersenyum.
"Ya sudah kamu istirahat sana" titah mbak Elisa dan aku pun langsung naik ke kamar ku.
Namun sorenya saat aku hendak turun ke bawah tiba-tiba aku mendengar teriakan Davin memanggil nama ku.
"Erika, Erika" teriaknya.
"Vin kamu yang sopan dong"tegur mamanya.
" Ma, aku cuman ingin dia jelasin sama suaminya apa yang terjadi tadi siang"ucapnya dengan nada marah.
Aku buru-buru turun lalu bertanya "Ada apa? ", Davin menatapku dan aku kaget saat melihat wajahnya yang babak belur. Davin melangkah mendekatiku lalu menarik tangan ku dengan kasar.
" Davin kamu jangan kasar, Erika lagi hamil"ucap mbak Elisa dan Davin langsung menghentikan langkahnya lalu melepaskan tangannya dari tangan ku.
"Lo jelasin sama suami lo apa yang terjadi tadi siang" tegasnya.
"Memang apa yang terjadi? " tanya ku, namun belum sempat menjawab bang Tara datang dan berkata "jelasin foto ini" nunjukin foto ku dengan Davin saat di jalan.
"Bang, Davin tadi nolongin aku saat akan hampir ke tabrak motor" beritahu ku.
"Kamu gak bohong kan?, kalian gak ada hubungan apa-apa kan? " tanya nya.
"Yang di katakan Erika benar Ki" ucap bunda.
Davin melangkah mendekati bang Tara "jangan hanya melihat foto saja tapi cari tau" ucapnya lalu pergi meninggalkan kami semua.
"Mbak Tau kamu gak suka dengan sikap Davin, tapi apa dengan kamu menyimpulkan begitu saja kamu bisa seenaknya main tangan" ucap mbak Elisa dengan suara serak yang hampir menangis.
"Maafin aku mbak" balas bang Tara.
"Kamu boleh cemburu tapi jangan seperti ini" ujarnya lalu pergi.
Aku yang merasa tak enak langsung kembali ke kamar dengan wajah kesal pada bang Tara.