Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 : Tidak Ada Masa Depan
Agam dan Panji kembali terbang ke Jakarta. Bibi Wang dan Liora ikut mereka untuk menerima ganjarannya. Menipu Agam sama saja dengan mati. Agam tidak kenal ampun pada siapa saja yang berani membohonginya.
"Tuan, orang suruhan Kita sudah mendapatkan informasi mengenai Nona Viona." Panji memperlihatkan informasi yang dia dapat pada Agam.
"Nona Viona adalah saudara kembar Nona Liora, mereka kembar tapi tidak identik. Wajahnya ..." Panji melihat foto Viona dengan teliti, begitu juga dengan Agam.
"Wajahnya seperti wajah istriku?" Agam seakan tidak percaya.
"Walau wajahnya tidak terawat dan terlihat dewasa, Saya yakin wajah Nona Viona memang mirip wajah Nyonya Emilia, Tuan. Tapi ..."
"Dia sudah meninggal seminggu yang lalu?" Agam kembali terkejut. Tanggal kematian Viona bertepatan pada hari Emilia bunuh diri.
"Sepertinya Tuan tidak punya kesempatan untuk membalas budi pada Nona Viona."
"Di mana dia di makamkan? Di mana rumahnya? Aku ingin ke sana setelah sampai di Jakarta."
"Baik, Tuan. Akan Saya antar Tuan ke sana."
***
Setelah sampai di Jakarta, orang suruhan Agam langsung membawa Liora dan pelayannya untuk mendapatkan ganjaran setimpal, sementara Agam dan Panji pergi ke rumah mendiang Viona.
"Sialan si beruang kutub, katanya akan menjemput ku jam 2 siang, nyatanya sejam Aku menunggu dia tidak datang. Akhirnya Aku terpaksa naik taksi," umpat Emilia.
Taksi yang di tumpangi Emilia pun berhenti. "Sudah sampai Nona," ucap supir.
"Makasih, Pak," ucap Emilia. Dia pun keluar dari taksi.
"Astaga, Aku salah alamat. Kenapa Aku pulang ke rumah asliku, bukan ke rumah Emilia? Bodoh ... bodoh ... terpaksa Aku naik taksi lagi," umpat Emilia lagi.
Saat hendak pergi, mobil Agam pun datang.
"Emilia?" Agam tidak menyangka Emilia datang kemari.
"Tuan Agam?" Emilia mematung.
"Sudah ku katakan, panggil Aku Sayang, bukan Tuan!"
"Maaf. Maksudku ... Sayang kenapa di sini? Pantas tidak menjemputku pulang sekolah."
"Emilia maafkan Aku, Aku sangat sibuk sampai lupa menjemputmu," sesal Agam. Dia kemudian meraih tangan Emilia dan mengelusnya.
"Kamu belum jawab pertanyaan ku, kenapa Kamu di sini?" tanya Emilia ulang.
"Liora sudah membohongiku, ternyata yang menyelamatkanku adalah adik kembarnya. Aku sudah di tipu selama ini. Harusnya Aku percaya padamu dulu, kalau dia orang jahat."
"Sudah terlambat. Kamu lebih percaya padanya dulu. Kamu bahkan menuduh ku memfitnah dia."
"Aku akan menebus semua kesalahanku. Aku janji. Sebelum itu, Aku harus membayar semua jasanya."
"Apa yang harus di bayar, Viona sudah meninggal."
"Dari mana Kamu tau Viona sudah meninggal? Kamu tau semua ini? Aku bahkan belum menyebut namanya. Apa Kamu Viona? Wajahmu mirip dia."
"Viona ya Viona, Emilia tetap Emilia. Kami tidak sama."
"Emilia, apa ada hal yang Kamu sembunyikan dariku?"
"Tidak mungkin Aku katakan pada Agam kalau Aku Viona, mana mungkin dia percaya," batin Emilia. "Aku kenal dengan Viona, Kami sangat dekat. Aku juga tau sejak lama kalau Liora bukan gadis itu, gadis yang Kamu cari adalah Viona, karena itu Aku berani menyebutnya jahat, tapi Kamu tidak percaya," jelas Emilia, berbohong.
Mendengar penjelasan Emilia, Agam semakin merasa bersalah. Pantas saja Emilia tidak pernah memberitahunya selama ini, karena apapun yang Emilia katakan, pasti tetap tidak dia percayai. "Aku berhutang banyak maaf untukmu dan Viona."
"Tidak ada gunanya menyesal. Viona sudah meninggal di hari Aku bunuh diri," jawab Emilia dingin.
"Aku tidak bisa hidup lagi karena tubuhku sudah menyatu dengan tanah. Andai saja dulu Aku tidak menghadiri reuni SMA di club malam, Aku tidak mungkin pulang dalam keadaan mabuk kemudian tertabrak mobil sialan itu. Semua sudah berakhir, Aku hanya menunggu kapan bisa keluar dari tubuh Emilia," batin Emilia menangis.
"Emilia, Aku sudah menyelidiki semua. Viona meninggal di tabrak mobil. Sampai sekarang pelakunya belum tertangkap. Aku akan mencari pelakunya kemudian memenjarakan pelaku itu. Mungkin dengan begini, hatiku sedikit lega. Setelah itu, Aku ingin hidup bahagia bersama Kamu dan anak-anak Kita di masa depan." Agam menarik Emilia masuk ke pelukannya.
"Tidak ada masa depan untuk ku. Tubuh ini bukan milik ku. Kenapa rasanya sakit sekali? Padahal akhir hidupku sudah terlihat jelas di depan mata," batin Emilia. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya, akhirnya air mata itu meluncur juga, dengan bebasnya dari celah matanya. Merambat sedikit demi sedikit, hingga akhirnya menjadi deras.