NovelToon NovelToon
Bukan Hanya Cinta

Bukan Hanya Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Single Mom / Anak Kembar / Menikah Karena Anak
Popularitas:5.2M
Nilai: 4.6
Nama Author: Egha sari

Undangan sudah disebar, gaun pengantin sudah terpajang dalam kamar, persiapan hampir rampung. Tapi, pernikahan yang sudah didepan mata, lenyap seketika.
Sebuah fitnah, yang membuat hidup Maya jatuh, kedalam jurang yang dalam. Anak dalam kandungan tidak diakui dan dia campakkan begitu saja. Bahkan, kursi pengantin yang menjadi miliknya, diganti oleh orang lain.
Bagaimana, Maya menjalani hidup? Apalagi, hadirnya malaikat kecil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Egha sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Bukti

Rumah sakit.

Zamar mondar mandir, diruang UGD. Hampir 20 menit, ia menunggu dan belum mengetahui apa yang terjadi didalam. Gelisah, karena khawatir. Darah segar, yang mengalir jatuh, terus terbayang dalam pikirannya.

"Tuan, dia sudah sadar dan saya sudah menyelidiki, apa yang Anda minta," ujar sang sekretaris, yang baru saja tiba.

Zamar tidak langsung menjawab. Ia menghela napas berat, sembari menatap sang sekretaris.

"Bajingan itu, mengatakan apa?"

"Dia belum membuka mulut. Katanya, dia ingin Anda mendengarnya langsung."

"CCTV?"

"Malam itu, CCTV tidak menyala. Pemilik gedung, mengatakan itu sudah lama rusak dan belum sempat diganti. Tapi, kami mendapatkan rekaman CCTV di lobi."

"Apa yang kalian dapatkan?"

"Pria itu sudah menunggu, sebelum Nona pulang ke apartemen. Dan sepertinya, mereka saling menelepon. Saya sudah memastikan, dari kontak panggilan terakhir diponsel nona Maya dan pria itu."

"Sialan!!" Bugh. Kepalan tinju, mendarat di tembok bercat putih. Wajah Zamar sudah merah padam, ritme napasnya sudah tidak beraturan. Kekhawatirannya, sudah menguap begitu saja.

"Sandra? Apa ada wanita itu, dalam CCTV?"

"Tidak ada, Tuan."

"Panggil pelayan, untuk menjaganya dan rahasiakan ini, dari ibuku."

"Saya mengerti, Tuan."

Zamar terduduk lesu, dibangku rumah sakit. Amarahnya kembali terpantik, mendengar laporan sang sekretaris. Apalagi bayangan Maya menghabiskan malam, bersama pria lain dan ditambah kebohongan Maya, untuk menutupi aibnya. Membuat dadanya bergemuruh.

Ia bingung, harus bersikap apa sekarang? Pernikahannya sudah didepan mata. Bagaimana ia akan menjelaskannya pada sang ibu? Membatalkan pernikahan, itu tidak mungkin. Undangan sudah disebar, keluarga besarnya sudah tahu, ia tidak mau sang ibu menanggung malu.

"Pak Zamar," panggil seorang dokter.

"Bagaimana dokter?" Zamar langsung bangkit.

"Pasien mengalami gejala keguguran, tapi beruntung masih bisa tertolong. Pasien_"

"Sebentar, dokter," potong Zamar cepat, "Keguguran? Maksud dokter, dia hamil?" tanya Zamar, yang ingin memastikan pendengarannya.

"Benar. Pasien sedang mengandung 4 minggu."

Seperti, tersambar petir disiang bolong. Zamar sudah tidak mendengar, penjelasan dokter didepannya. Ia seolah berada ditempat lain dan bayangan Maya sedang bercumbu dengan pria lain, memenuhi penglihatannya. Kepalan tangan Zaim, sudah gemetar hebat dan kedua matanya memanas.

"Pak, Pak," Zamar tersentak. Lalu, menyeka ujung matanya. "Anda baik-baik saja?"

"Iya, dokter. Silahkan lanjutkan perawatan," ujar Zamar dengan tenang.

Zamar melangkah pergi, meninggalkan rumah sakit. Diparkiran, Huan sudah menunggu dengan membuka pintu mobil.

"Bawa aku, menemui bajingan itu," perintahnya.

Sepanjang jalan, Zamar membisu dengan air mata yang jatuh, tanpa ia sadari. Pandangannya, fokus pada jendela kaca disampingnya. Rahangnya sudah mengetat, dengan sorot mata tajam

Kenapa, May? Kenapa? Kenapa kau begitu tega?

Biasanya, pikiran Zamar dipenuhi senyuman Maya yang manis kepadanya. Sekarang, semuanya berubah menjadi sebaliknya. Maya sedang bercumbu dengan pria lain dan menertawakannya.

"Kenapa?" teriak Zamar, yang membuat Huan hampir mengerem mendadak.

Huan kembali fokus menyetir, tidak berani berkomentar. Ia hanya akan bicara, jika diminta.

Dikursi belakang, hanya terdengar suara isak yang tertahan dan Huan tidak berani untuk menoleh.

Tiba di tujuan. Sebuah gudang, yang sepertinya sudah tidak digunakan. Ada tumpukan drum dan ban mobil, yang sudah rusak.

Pria yang belum diketahui identitasnya, duduk dengan tangan terikat dan wajahnya sudah babak belur.

Zamar duduk dihadapannya, bersikap tenang, menekan amarah yang ingin menyerang dengan membabi buta.

"Anda akhirnya datang. Anda tidak perlu bertanya, saya_"

"Siapa yang menyuruhmu?" tanya Zamar langsung.

Bukannya menjawab, pria itu justru tertawa, seolah mengejeknya. Zamar akhirnya naik darah, hingga langsung menendang kursi, tempat pria itu duduk. Alhasil, jatuh tidak berdaya.

"Jawab aku, sialan!" desis Zamar kasar.

Anak buah Zamar, membantu pria itu untuk bangun.

"Aku dan Maya, tumbuh bersama dipanti asuhan. Dia wanita cerdas dan pekerja keras. Aku menjadi kakak sekaligus kekasihnya." Pria itu, menarik napas, tampak kedua matanya memerah. "Dia bercita-cita menjadi dokter, untuk membantu saudara kami dipanti. Lulus sekolah, ia berusaha mendapatkan beasiswa. Ia lulus dan kami berbahagia untuknya. Tapi, ia berubah pikiran. Sekolah kedokteran bukanlah hal mudah. Ia tidak memiliki waktu, untuk bekerja sampingan. Ia butuh uang untuk biaya hidup. Kau tahu, aku kasihan padanya. Karena, dia berjuang sendirian, untuk orang-orang yang tidak memiliki hubungan darah dengannya."

Tes, tes, pria itu terisak. Entah dia sedang berpura-pura atau tidak. Yang jelas, ada ketulusan di wajahnya, saat menceritakan tentang Maya. Tapi, menit berikutnya, tiba-tiba, wajah pria itu kembali menyeringai.

"Karena, Anda sangat menyukainya. Jadi, aku berpikir untuk memijamkannya, sebentar, sampai dia lulus kuliah."

"Kau bajingan, sialan! Kau pikir aku percaya? Pria mana, yang mau kekasihnya disentuh orang lain?"

"Hahahahaha.... Anda lucu sekali. Jaman sekarang, selaput darah bukanlah hal penting. Lagi pula, aku masih bisa menidurinya, selama Anda pergi keluar kota."

Bugh, bugh, pukulan tanpa henti, mendarat di wajah pria itu. Dia tidak berteriak atau mencoba melawan. Dia pasrah, dengan memejamkan mata. Membiarkan rasa perih, di sekujur tubunnya.

"Tuan, hentikan. Anda bisa membunuhnya." Huan memegang tubuh Zamar, yang sudah gelap mata.

"Aku akan membunuhmu, sialan! Katakan, padaku, siapa yang menyuruhmu?" teriak Zamar, yang meronta untuk melepaskan tubuhnya, dari Huan.

"Tidak ada. Aku melakukannya, karena Maya mulai lupa akan tujuannya. Uang bulanan untukku, sudah lama tidak ia kirim." Pria itu tertawa, dengan raut wajah mengejek.

Zamar sudah tidak bisa mengendalikan diri. Pria ini, harus mati, pikirnya. Senyum dan tawanya, membuat seluruh pembuluh darah Zamar berdenyut.

"Tuan, sadarlah. Kita masih membutuhkannya." Huan bersusah payah, menahan tubuh Zamar. Dibantu anak buahnya, Zamar dibawa keluar, untuk menenangkan diri.

"Pak. Ini data yang Anda minta sebelumnya."

Zamar menerimanya dengan kasar. Ia membolak-balik kertas, dengan mata menyala. Ada sesuatu dalam dokumen itu, yang membuatnya semakin murka.

"Ini, apa maksudnya?"

"Nona mengirim uang setiap bulan pada rekening yang sama dan itu milik Riko. Itu dimulai, dari tiga tahun lalu."

Zamar tertawa, penuh kekecewaan. Tiga tahun lalu, mereka mulai berkencan. Ia bersusah payah, mengejar gadis yang selalu menolaknya. Dan, apa ini? Gadis itu, mengirim sejumlah uang pada pria lain.

Zamar merasa sesak, ingin berteriak, mengeluarkan sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Ia merasa ditipu, dibodohi dengan sikap polos Maya selama ini.

"Haaaaa..... " Berteriak juga akhirnya, bahkan memukuli dadanya, berulang kali. Ia tidak pernah sesakit ini. Cinta pertama, yang membuat luka dan trauma.

"Huan, keluarkan semua barang-barang Maya, dari apartemen. Dia tidak boleh, membawa satu barang pun, yang aku berikan padanya."

"Baik, Tuan. Lalu, bagaimana dengan pria itu?"

"Lepaskan dia!"

"Lepaskan?" tanya Huan kembali.

"Kenapa?" Zamar memicingkan mata.

"Ah, maaf. Saya akan melakukannya."

Huan kembali masuk dalam gudang. Memberikan instruksi pada anak buahnya. Tapi, ia memberikan tugas lain, pada tiga anak buahnya yang lain.

"Kalian hanya melapor padaku, mengerti!" tegas Huan

"Mengerti, Pak."

"Ingat, kalian tidak boleh katahuan. Dan kamu," tunjuk Huan pada, pria berkumis. "Kunjungi panti asuhan ini. Cari tahu semuanya dan laporkan padaku."

"Siap, Pak."

Huan kembali menemui Zamar, yang sudah duduk dalam mobil. Pria itu, termenung dengan beban pikiran yang menggunung.

Tuan, maafkan saya, melawan perintah. Tapi, saya melakukannya untuk Anda, agar tidak menyesal suatu hari.

🍋 Bersambung.

1
itin
jangan jangan ulah mamanya sandra nih ya. sempat ada ditulis sandra harus menjalankan sesuai persyaratan nyonya besar kalau bukan mamanya sendiri
itin
biasanya tokoh bernama MAYA tuh karakter sebagai pelakor atau wanita rubah tapi disini tokoh utamanya ya. hehe
Yuli Yuli
trnyta Huan mlihat maya
Yuli Yuli
trnyta bner orgtua Sandra yg mejebak maya
Yuli Yuli
Marsa suka SM Ansel trnyata
Yuli Yuli
apa mgkn tu prbuatan ibunya Sandra ya, spya Sandra g JD djdohkan dgn tmene ayahnya yg Uda tUa itu
Yuli Yuli
SM jg😇😇😇 bcane
Yuli Yuli
bkin zamar yg ngidam thor
Yuli Yuli
mgkn sandra jg menyukai zamar
💞my heart💞
Buruk
💞my heart💞
Kecewa
💜jiminaa💜🐣
kasian ya gak punya siapa² dlm kean hmil sudah pastri pikiran bercelaru
Siti Sopiah
biarlah Maya bahagia dgn hidupnya menikah dgn dokter yang baik hati... sementara biarkan 2 manusia siluman itu menyesali kesalahan nya seumur hidup
Nila Kirana Hasibuann
Kecewa
Nila Kirana Hasibuann
Buruk
Siti Sopiah
lalu siapa yg menjebak Maya kalau BKN Sandra
Sutri Ana
Luar biasa
pipi gemoy
Ansel 🌹
Dh4rMA
mantabzzz
Umi Syafaah
cerita yg bagus ,suka sama alur ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!