Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.
"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."
"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."
"Yes or yes?"
"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"
"Jadi?"
Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pagi harinya, Gevan kedatangan tamu tak diundang di apartemen nya.
Yaitu mommynya. Tentu Gevan sudah tau tujuan Mommy datang untuk apa. Alih-alih melihat kondisi anaknya atau memasakkan sesuatu untuk anaknya, Mommy malah membawa foto-foto wanita yang akan dijodohkan dengan Gevan.
Itu salah satu alasan kenapa Gevan mengajak Ara bertunangan. Dia ingin menghindari perjodohan konyol yang diciptakan sang Mommy.
"Ayo, Gevan. Pilih gadis mana yang kamu suka," ucap Mommy Gevan (Isabella).
Wanita paruh baya itu menunjukkan foto-foto wanita yang ada di ponselnya. Dia mendapatkan itu semua dari teman-teman sosialita nya.
"Mom, jangan paksa aku," ucap Gevan. Dia memijat pelipisnya. Pusing sekali menghadapi kemauan sang Mommy. Padahal umurnya baru 24 tahun, tapi Mom Bella ngebet minta dia menikah.
"Kalau kamu gak dipaksa, gak akan dapat jodoh, Gevan! Hidup kamu itu terlalu kaku. Coba Mommy tanya, pernah gak kamu kenalin pacar kamu ke Mommy, nggak kan? Makanya Mommy yang turun tangan," ucap Mom Bella panjang lebar.
"Gak papa kalau gak langsung menikah, kalian bertunangan atau pacaran dulu juga boleh, untuk pendekatan. Ayo, cepat pilih," lanjut wanita itu masih mendesak Gevan.
"Gak. Aku bisa cari calon istriku sendiri," ucap Gevan. Dia berusaha tidak bicara nada tinggi meskipun ubun-ubun nya sudah mengepulkan asap.
"Sifat mu persis banget sama Daddy. Keras kepala!" cetus Mom Bella.
"Cepat pilih ini. Mommy gak menerima penolakan, Gevan!" lanjut Mom Bella. Dia mengulurkan ponselnya pada Gevan, menyuruh sang anak memilih.
Bukannya memilih, Gevan malah buang muka, tak ingin menatap mommynya. Pagi-pagi Mom Belle datang hanya untuk menyuruhnya memilih wanita. Yang benar saja.
"Mommy lebih milih mementingkan wanita-wanita itu dari pada kesehatanku?" tanya Gevan.
"Itu karena selain pagi, kamu gak ada di rumah. Kamu lebih milih sibuk sama pekerjaanmu dari pada berkumpul sama keluarga," ketus Mom Bella. Memang benar apa yang dia katakan, Gevan jarang ada waktu bersama keluarga.
"Ini yang bikin aku jarang pulang ke rumah, Mommy selalu maksa aku supaya cepat menikah! Biarkan aku cari pasanganku sendiri, Mom. Mommy ataupun Daddy gak berhak mencampuri tentang hal ini." Gevan menatap tajam Mom Bella. Sudah cukup dia diam selama ini.
Sayangnya, Mom Bella tidak menghiraukan ucapan anaknya.
"Terserah, deh. Mommy beri waktu tiga hari, kalau kamu masih gak bawa calon mantu Mommy ke rumah, maka Mommy akan nekat jodohin kamu, Gevan. Camkan itu!" ucap Mom Bella menatap Gevan dengan tatapan mengintimidasi. Setelah itu, dia langsung pergi dari apartemen sang anak.
Gevan menggeram dan langsung menendang meja di depannya sampai pecah. Dia kesal, sangat kesal. Gevan bukanlah pria penyabar. Terlebih Mom Bella selalu memaksanya ini itu, seolah Gevan tidak memiliki pendirian.
****
Ara bersenandung kecil sambil mengendarai motornya menuju parkiran. Dia melepas helm dan sedikit membenarkan kunciran nya dan menambah sentuhan lip balm di bibirnya.
"Perfect!" ucapnya sambil tersenyum manis ke arah kaca spion motor.
Ara turun dari motornya. Dengan langkah riang, Ara berjalan menuju kantin. Masih terlalu pagi untuk pergi ke kantin. Tapi, hari ini Ara memang tak sarapan, karena dia hampir kesiangan tadi. Akibat nonton bareng Gevan tadi malam. Ara bahkan tidak tau jam berapa Gevan pulang, karena saat pagi hari dia terbangun, dia sudah berada di ranjang dalam kamarnya.
"Masih pagi udah ke kantin aja, Ra," celetuk seorang cowok yang duduk anteng di salah satu kursi kantin. Ara mengenali cowok itu.
"Laper!" ketus Ara. Dia kembali melanjutkan langkahnya menuju stand mie ayam.
"Bu, mie ayam pake telur rebus 2 porsi jadiin satu, ya!" pesan Ara.
"Siap!"
Ara mengambil sebotol air mineral dan juga susu kotak. Setelah itu dia mencari tempat duduk tak jauh dari stand mie ayam.
Gadis itu membuka room chat nya dan langsung mendapat pesan dari Gevan.
[Setelah pulang sekolah, saya jemput kamu]
Kening Ara mengerut. Dia pun mengetikan balasan untuk pesan Gevan.
^^^[Mau kemana, Pak?]^^^
[Nanti saya kasih tau pas jemput aja]
Bibir Ara mencebik. Dia pun membalas pesan Gevan dengan emoticon jempol.
"Sok cool banget," gumam Ara.
Tak lama kemudian mie ayam pesanan Ara sudah jadi. Dia pun mengucapkan terimakasih pada ibu stand mie ayam itu.
"Makannya banyak, tapi gak gemuk-gemuk," celetuk cowok yang tadi menyapa Ara. Namanya Tristan.
"Sewot aja kamu!" ketus Ara. Tristan memang suka julid orangnya.
Ara memakan mie ayamnya sambil memainkan ponselnya. Makan 2 porsi sekaligus bukanlah yang pertama untuk Ara. Kalau dia sudah kelewat lapar, dia pasti selalu memesan 2 porsi sekaligus. Bukan rakus atau apa, yang namanya kelaparan ya kelaparan. Tau sendiri kalau orang kelaparan bagaimana tingkahnya.
Saat Ara hendak kembali menyuap makanan, ponselnya berdering. Ara melihat siapa si penelpon, seketika dia langsung tersedak.
Uhuk! Uhuk!
Buru-buru Ara meminum airnya dengan tergesa.
"Sehari gak ganggu bisa gak sih, Om?!" gumam Ara geram. Ia menghela nafas sebelum menjawab panggilan video dari Gevan.
"Kenapa?!" tanya Ara ngegas. Dia menyandarkan ponselnya di tempat sendok, sedangkan dirinya lanjut makan.
Di seberang sana Gevan tersenyum tipis melihat Ara lahap makan.
"Sepagi ini, kamu makan mie lagi?" tanya pria itu.
"Iya. Aku gak sarapan soalnya," jawab Ara setelah menelan makanannya.
Dia menatap was-was sekelilingnya, takut ada yang menguping, untungnya tidak ada siapa-siapa kecuali para penjaga stand makanan. Tristan sudah pergi setelah mengejek Ara tadi.
"Sarapan itu makan nasi, Ara," ujar Gevan memperingati.
"Iya, besok Ara sarapan pake nasi kok, Pak," ucap Ara.
"Kenapa nelpon pagi pagi?" tanya Ara.
"Kangen, ya?" lanjutnya genit. Ia bahkan tersenyum lebar, namun senyum menggoda. Alisnya pun naik turun.
"Iya. Makanya saya langsung telpon kamu."
Uhuk! Uhuk!
Lagi-lagi Ara tersedak saat mendengar jawaban Gevan.
"Pelan-pelan," ucap Gevan. Suaranya lembut mendayu-dayu di telinga Ara, membuat si gadis bersemu.
"Udah dulu, ya, Pak," ucap Ara mengalihkan pembicaraan.
"Jangan panggil saya dengan sebutan seperti itu."
"Iya deh. Tapi, matiin ya."
"Coba panggil saya. Jangan pakai Om atau Pak," pinta Gevan. Entah kenapa dia ingin mendengar Ara menyebutkan namanya.
"Kakek Gevan..." panggil Ara. Setelah itu dia tertawa keras sampai tersedak lagi.
Uhuk! Uhuk!
"Itulah akibatnya berani sama yang lebih tua. Kena batunya kan kamu," ucap Gevan.
"Lanjutkan makannya, saya tutup dulu. Nanti sepulang sekolah langsung siap-siap."
Ara hanya mengangguk karena dia sedang minum. Setelah itu Gevan memutuskan panggilannya.
"Dasar tua!" geram Ara. Gara-gara Gevan dia terus tersedak.
***
LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE LIKE
indah banget, ga neko2
like
sub
give
komen
iklan
bunga
kopi
vote
fillow
bintang
paket lengkap sukak bgt, byk pikin baper😘😍😘😍😘😍😘😍😘