Catherine, seorang psikolog berbakat dengan kemampuan membaca pikiran, selalu mengira bahwa bakatnya akan melindunginya dari kebohongan dan manipulasi. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu Leo, seorang pria misterius yang pikirannya bisa dia baca, tetapi perasaannya tetap menjadi teka-teki. Apa yang Catherine tidak tahu, Leo adalah kakak dari mantan kekasihnya—seorang pria yang menyimpan dendam karena kematian adiknya.
Dulunya, adik Leo adalah kekasih Catherine, yang sakit hati dan bunuh diri. Leo, yang mengetahui kemampuan Catherine, bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan hidupnya. Dengan kecerdikannya sebagai mafia, Leo dengan sengaja memanipulasi pikiran Catherine, membuatnya terjebak dalam permainan pikiran yang semakin dalam dan penuh misteri.
Namun, rencana Leo terancam gagal saat ia mulai merasakan cinta yang tulus kepada Catherine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benarkah Aku Mulai Mencintainya
Leo’s POV
Melihat Cathy setengah telanjang dibawa naik ke atas mobil dalam keadaan tidak sadarkan diri, membuatku merasa sangat iba. Aku tidak menyangka bahwa Don dan Cathy akan sehancur itu. Apalagi Don, saat ini yang aku hancurkan bukan hanya harga dirinya tetapi juga rumah tangganya. Walau ada rasa puas membuat mereka berantakan, tetapi juga ada rasa kasihan. Bagaimana pun aku manusia, rasa ibaku pasti ada.
Aku ingin bicara dengan Cathy. Aku ingin dia sadar, bahwa saat ini tidak ada pilihan lain baginya kecuali mengabdi padaku. Waktu dua tahun tidaklah singkat tetapi juga tidak terlalu lama. Siapa tahu aku bosan mempermainkannya sebelum dua tahun, maka bisa saja aku beri dia keringanan. Bagaimanapun menjadi istri kontrak itu jauh lebih mudah daripada masuk bui.
Pagi ini Mark menemuiku lagi. Entahlah temanku yang satu ini, seakan tidak setuju dengan apa yang aku lakukan pada Cathy.
“Permainan apa lagi yang kau lakukan? Tidak cukup kah kau merusak nama baiknya di seantero amerika. Haruskah hal macam ini kau upload diharian surat kabar pagi?” kata Mark sambil menunjukkan foto Cathy dan Don Saat digerebek
“Salah sendiri. Dia berencana melarikan diri, tentu saja aku tertantang untuk membuatnya lebih hancur,” kata ku pada Mark.
Mark menggelengkan kepalanya sambil mengusap wajah,” Kau ingin kehancuran macam apa Leo? Lebih baik habisi saja nyawa wanita itu. Perbuatanmu yang seperti ini, hanya akan membuat mentalnya down dan bisa bisa dia bunuh diri. Jika itu yang terjadi, kau sendiri yang akan repot,”
“Aku ingin dia merasakan apa yang adik ku rasakan. Kegilaan isi kepala adikku juga karena ulah mereka. Apakah Salah jika aku melakukan hal yang setimpal pada mereka?’
“Leo, kematian Nick karena bunuh diri, belum tentu karena mereka sengaja berbuat jahat pada adikmu, itu. Bisa jadi adikmu sendiri lah yang overthinking atau over expectation,’
“What ever, aku tidak peduli. Aku hanya ingin menyiksanya selama dua tahun, lalu aku akan melepasnya. Setelah dua tahun yang mengasyikkan ini, aku hanya ingin dia pergi jauh dan tidak lagi muncul dalam hidupku,”
Marks menghela nafas panjang, dan berkata padaku,” Aku hanya ingin agar jangan sampai kau melakukan kesalahan fatal. Jangan sampai kau permainkan hidup orang yang ternyata tidak melakukan kesalahan apapun,”
Tak berapa lama pembantu yang aku minta awasi Cathy tergopoh gopoh lari ke ruang kerjaku dan dengan bergetar dia berkata, “Tuan, nyonya Cathy….nyonya Cathy bunuh diri tuan,”
Mendengar kata kata pembantu itu, darahku seperti habis tersedot ke kaki, jantungku berdetak keras dan aku sangat terkejut, ternyata ketakutan Mark sepertinya jadi kenyataan.
Aku bergegas menuju kamar Cathy, sepanjang jalan pikiranku kacau, ada rasa menyesal muncul dalam diriku. Rasa menyesal yang mencekik leherku. Sungguh aneh.
Sesampainya di kamar Cathy, aku melihat tempat tidurnya berlumuran darah, tubuh cathy lemas, dia mengiris nadinya sendiri. Matanya terpejam, nampak sisa air mata yang mengering di pipi dan bulu matanya.
Spontan aku memeluk dia dan mendekatkan dirinya ke dadaku, dan aku pun mulai berteriak, “Cathy..Cathy…ayo bangun,”
Sontak aku menggendongnya keluar dari kamar ketika sudah tidak ada respon dari dirinya. Aku mengangkutnya dengan mobil menuju rumah sakit terdekat.
*****
Sudah dua jam mereka menangani Cathy di kamar operasi. Dokter bilang nadinya putus dan jantungnya jadi bermasalah. Sekarang Cathy berada di ICU. Aku tidak habis pikir, mengapa ini bisa terjadi. Apakah permainanku kali ini sudah kelewat batas?
“Inilah yang aku takutkan Leo. Kau terlalu dalam menghancurkan wanita itu. Sudahlah, lepaskan dia jika kau tidak mencintainya. Namun jika kau jatuh cinta padanya, akui saja dan lupakan semua dendammu,” ujar Mark dengan nada Prihatin.
Aku berusaha keras menyembunyikan air mataku. Tidak pernah kusangka aku begitu kaget dengan kejadian ini dan aku hampir tidak mampu menerimanya. Entah mengapa aku seperti kehilangan, entah kehilangan apa. Hatiku terasa berlubang, seperti ada yang tercabut dari sana dan menjadi luka yang menganga.
“Tuan Leo…atas nama Tuan Leo? “ seorang perawat berteriak memangil namaku.
“Tuan, dokter ingin bertemu anda,” Ujar perawat itu lagi lalu mempersilahkan aku masuk ke ruang Konseling iCU.
“Silahkan duduk tuan Leo,” ujar dokter ICU
“Bagaimana Kondisi Istri saya dok?’
‘Masih belum stabil tuan. Kita lakukan yang terbaik. Untung anda segera membawanya ke rumah Sakit. Sedikit saja anda terlambat, istri anda tidak tertolong. Luka irisannya cukup dalam. Kami sudah melakukan operasi untuk jaringan pembuluh darah besar yang terputus. Saat ini nyonya Catherine masih belum melewati masa kritis. Jika nanti nyonya bertahan sampai besok pagi, maka bisa dikatakan masa Kritisnya lewat, dan bisa pindah ke ruang biasa. Namun saya ingatkan anda untuk menghubungi Psikiater, mengingat hal seperti ini hanya dilakukan oleh orang tertentu yang memang cenderung suicidal, atau orang dalam depresi berat. Anda bisa berkonsultasi dengan psikiater untuk mencegah hal yang sama terulang kembali,”
“Baik dok,” jawabku.
Aku hanya bisa melihatnya dari balik jendela kaca. Banyak slang dan alat bantu kehidupan yang menempel pada tubuh cathy. Rasa bersalah kembali merambati diriku. Ingin rasanya aku memutar kembali segalanya dan mengenal dia dalam situasi yang berbeda.
Marks menepuk punggungku dan berkata,” Kau mencintai Cathy Leo, jangan pungkiri itu lagi. Nanti jika dia selamat dan mampu melalui semua ini, lupakan balas dendam mu. Kalau kau tidak mencintainya lepaskan, kalau kau mencintainya hiduplah berdamai dengan kedaan dan jangan lagi menyiksa dia,”
Aku hanya terdiam. Aku tidak tahu harus berpikir bagaimana. Apakah Mark benar, bahwa aku mencintai Cathy? Ataukah ini hanya penyesalan biasa saja. Aku tidak mampu memberikan jawaban pada diriku sendiri.
*****
Sudah dua hari Cathy ada di ICU. Menurut pengamatan dokter masa Kritisnya sudah lewat. Dia hanya butuh pemulihan sebelum nanti pada akhirnya dipindah ke ruang rawat biasa. Pagi itu aku mendapat kabar bahwa Cathy makin membaik kondisinya. Hanya psikis dan mentalnya yang masih down dan perlu pemulihan. Sekarang dia dibawah pengawasan Psikiater. Dan sudah pindah ke ruang rawat VVIP.
Pagi itu aku berencana menengoknya. Aku sudah berada di koridor rumah sakit menuju ruang VVIP. Tepat di depan pintu kamar Cathy, aku mendengar suara wanita menangis meraung raung berteriak.
“Buat apa aku kalian selamatkan? Buat apa? Kalian hanya membuatku makin menderita dengan menyelamatkan nyawaku,”
Terus terang aku terkejut Cathy bisa berpendapat macam itu. Aku pikir dia senang dirinya masih bisa bertahan dan hidup dan kembali sehat. Ternyata sebegitu hancur dirinya.
Aku menjauh dari kamar itu dan menuju ke cafetaria rumah sakit. Di san aku lihat Mark sudah menungguku dengan kopi di tangan.
“Mengapa kau sudah ada di sni Mark?” tanyaku
“Bibiku masuk Rumah Sakit semalam, karena diare. Kamarnya satu lantai dengan Cathy. Kau tahu Leo, Cathy berteriak sepanjang malam dan beberapa kali mendapat suntikan obat penenang. Aku sempat dengar dia berkata mengapa dirinya diselamatkan. Dia ingin mati,”
Aku menghela nafas panjang dan menjawab, “ Dasar wanita aneh,”
“Kau yang aneh Leo!” ujar Marks sambil menyeruput kopinya.
“Mengapa kau bisa beranggapan begitu?” tanyaku
“Bukankah kondisi Cathy sudah sama persis dengan kondisi adikmu? Bravo Leo, kau sudah berhasil. Jika saja kau tidak menyelamatkannya dengan membawanya ke Rumah Sakit, bukankah Cathy akan mati? Dengan kematian yang sama persis seperti yang adikmu alami? Bunuh diri?”
Aku meneguk Kopi panas itu sedikit tergesa sehingga menyisakan rasa panas yang menjalar di tenggorokanku.
“Buat apa kau selamatkan dia Leo? Buat apa? Hidupnya sudah hancur dan kau sudah membuatnya frustasi. Tanpa kau suruh dia sudah melakukan upaya bunuh diri. Bukankah itu sudah impas? Buat apa kau selamatkan dia?” tanya Mark dengan nada berbisik.
“Aku….aku hanya..’’
“Kau mulai mencintai dia Leo. Kau mencintai dia. Itulah alasan kau tidak ingin dia mati bunuh diri. Kau mulai menanggung hukum karma leo. Segeralah ubah pikiran gilamu itu, lupakan semuanya dan bangun kehidupan bersama Cathy dari nol lagi,”
Aku hanya termangu memandang meja kosong di depanku. Sebuah pertanyaan besar muncul dalam benakku. Benarkah aku mulai mencintai Cathy?
*****
semangat