Jatuh cinta kepada seorang Arthur Mayer yang memiliki masa lalu kelam tidak dipermasalahkan Shannon Claire karena ia sungguh mencintai pria itu.
Namun bagaimana ketika terungkap dimasa lalu Arthur lah dalang dari peristiwa yang menyebabkan Shannon kehilangan orang yang disayanginya? apakah Shannon memilih bertahan atau meninggalkan Arthur? simak kisahnya di novel hasil menghalu dari Ratu Halu Base 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD #11
Up 2 bab hari ini.. Tinggalkan komentar, like, dan jangan lupa untuk rate ⭐5 ya. Terimakasih ❤
...****************...
Hari menjelang siang, Shannon berada di dapur membantu Bibi Gabriella memotong bahan-bahan makanan yang akan di masak untuk menu makan siang ini.
"Stok paprika sudah habis, " keluh Gabriella. "Aku akan menghubungi Rudolf untuk mengambilnya di kebun."
"Tidak perlu, Bibi. Biar, aku saja yang mengambilnya di kebun."
"Baiklah, Shannon."
Shannon keluar dari dapur menuju kebun, dan tidak di dapatinya Paman Rudolf disana. Shannon pun berinisiatif masuk ke dalam kebun. Gadis itu berjalan pelan agar tidak menganggu si penjaga yang kata Chloe, mengerikan itu yang sedang tidur. Harley maksudnya.
Dengan keranjang yang ada di tangannya, Shannon memilih, dan memetik paprika merah.
"Kurasa Ini cukup." Shannon berbalik. Seperti tadi, ketika melintas di depan Harley, Shannon juga berjalan pelan-pelan, penuh kewaspadaan.
Begitu sampai pagar, Shannon menghela napasnya. Ia merasa lega, karena berhasil keluar dari kebun tersebut. Akan tetapi..
Grr...
Deg...
Shannon tersentak, ia membulatkan matanya. Lalu, gadis itu pun berbalik. "Astaga, aku dalam masalah." Shannon tersenyum, ketakutan.
Sejujurnya Shannon menyukai hewan peliharaan, termaksud seekor anjing sekalipun. Tidak pernah terbesit olehnya akan kejadian seperti ini. Tidak pernah sama sekali. Namun, kembali lagi.. Nasib atau takdir seseorang tidak ada yang mengetahui kecuali Tuhan, dan sekarang Shannon menerima takdirnya dengan berlapang dada meskipun keadaanya sangat genting.
Shannon memperbanyak doa dalam hatinya agar dirinya selamat. Mengenai anjing, mendadak ia tidak menyukai anjing kecuali Kitty, anjing milik Nyonya Amber yang menggemaskan itu kerap memakai dress, dan memakai pita di kepala.
Sekarang, lupakan tentang Kitty yang suka memakai dress, dan fokus pada nyawamu Shannon.
"Te-tenanglah Harley. Aku kesini hanya mengambil beberapa paprika saja. A-aku tidak mengganggumu, bukan." Ucap Shannon berharap Harley mengerti maksud dengan ucapannya.
Tapi, sepertinya itu tidak mungkin. Harley menatapnya, dengan menunjukkan gigi taringnya yang seperti drakula menciptakan suasana mencengkam.
Shannon berjalan mundur pelan-pelan. Harley, si anjing jenis Doberman Pinscher mengikutinya.
"Oh.. Ya Tuhan bagaimana ini." Keluh Shannon. Ia menggigit bibir bawahnya, tidak sadar hingga terluka. Bahkan, peluh sebesar biji jagung sudah memenuhi tubuhnya. "Tenanglah Shannon, tenanglah."
Grrr...
Shannon masih bergerak mundur. Dan anjing itu juga masih mengikutinya. "Aku harus segera kabur dari sini. Ya itu benar. Hitungan ke tiga aku berbalik, lalu berlari. 1.. 2.. 3." Shannon berbalik kemudian ia berlari sekencang-kencangnya. Harley menggonggong, mengikutinya. Shannon berlari tanpa arah. Ia berbelok ke arah rumah utama karena rumah utama paling dekat dengan kebun. Ia pun masuk, berlari terbirit-birit, melupakan aturan yang diucapkan Bibi Gabriela saat kemarin. Lagipula, bagaimana ia bisa mengingat, kondisi yang dialaminya tidak memungkinkan untuk mengingat aturan-aturan tersebut.
Harley menggonggong membuat Shannon mempercepat larinya. Wajahnya sudah pucat, pertahanan kakinya sudah lemah. Tapi gadis itu masih berusaha untuk menyelamatkan dirinya.
Sumpah demi apapun, jika ia berhasil lolos dari kejaran Harley, ia akan membalas perbuatan anjing itu. Mungkin dengan kembali mengejar Harley dengan membawa sendal, lalu menimpuknya. Persetan dengan pemiliknya yang kata Chloe, mengagumkan, Shannon harus tetap membalasnya.
Shannon menjerit ketakutan, tidak ada siapa-siapa di rumah yang sekiranya bisa menolongnya. Harapannya saat ini, hanya Tuhan. "Selamatkan aku, Tuhan. Selamatkan aku."
Arthur baru saja menyelesaikan aktifitas paginya, nge-gym. Pria itu meraih handuknya, mengusap peluh yang memenuhi wajahnya. Lalu, ia mengambil botol minum. Membuka penutup, kemudian ia meminumnya.
"Ahh, " desah lega diloloskan Arthur. Ia meletakkan botolnya kembali ke atas nakas. Ponselnya bergetar, ia menyambar benda pipih itu. Jane.
Arthur menerima panggilan dari asistennya, lalu keluar dari ruang gym menuju kolam renang. Seperti itulah rutinitas Arthur di hari libur.
"Ya Jane... Kau rubah lagi schedule ku untuk besok. Oke. Aku akan menghubungimu lagi." Arthur menyelesaikan sambungannya, ia menuruni anak tangga yang langsung menuju private pool.
Guk.. Guk.. Guk...
Byur...
"Harley." Gumam Arthur mempercepat langkah kaki panjangnya. Terdengar samar-samar di indra pendengarannya, suara seorang wanita meminta pertolongan.
"Help.. " Shannon mengangkat kedua tangannya. Kepalanya timbul tenggelam untuk mencari udara. "Help." Lirih Shannon dengan tubuhnya semakin lemah dan gadis itu tenggelam.
"Astaga." Ujar Arthur begitu sampai bawah. Tanpa pikir panjang, Arthur melempar ponselnya ke sofa. Kemudian, ia berlari, melompat, menyembur ke dalam kolam. Arthur berenang mendekati Shannon. Kemudian, ia menarik tubuh Shannon, dan membawa Shannon yang sudah kehilangan kesadarannya hingga ke pinggiran kolam.
Arthur berhasil menaiki tubuh Shannon ke tepi kolam. "Nona.. Bangunlah." Arthur menepuk pipi Shannon dengan pelan. "Dia tidak sadar." Dengan cepat, Arthur memencet hidung Shannon, kemudian menempelkan bibir mereka memberi napas buatan.
Shannon belum juga sadar. Arthur menekan dada gadis itu, menempelkan lagi bibir mereka, dan memberikan napas kembali.
Akhirnya Shannon sadar. Gadis itu membuka matanya, terbatuk-batuk, dan mengeluarkan air dalam mulutnya. Arthur menarik napas panjang, lalu menghembuskannya. Tanpa sengaja manik legamnya melihat siluet tubuh Shannon yang tercetak jelas dari kemeja putih yang Shannon pakai.
Toska. Arthur mengeram pelan. Buru-buru ia mengalihkan tatapannya seraya menekan libidonya. Ia mengambil handuk miliknya yang berada diatas kursi untuk menutupi tubuh gadis itu. "Pakai handukku, Nona." Arthur menyematkan handuknya pada tubuh Shannon yang bergetar.
"Suara ini, " Shannon menoleh ke sumber suara yang tidak asing untuknya. "Tu- Tuan." Sebut Shannon menatap tidak percaya pria yang ada di dekatnya. Apa dia sedang bermimpi sekarang!? apa berhalusinasi?
Keduanya saling melempar pandang. Melihat wajah pria itu, dada Shannon bergemuruh. Rasa rindunya yang menggebu-menggebu seperti terobati.
Arthur berdeham pelan membuat Shannon tersentak lalu mengerjap matanya. "Kita bertemu lagi, Tuan."
"Kenapa kau bisa berada disini? di rumahku?"
"Ru- rumahmu? jadi, ini rumahmu?" tanya Shannon. Bibirnya sedikit pucat, dan bergetar.
"Menurutmu?"
Pertanyaan Arthur membuat Shannon mengerti. Saat ini, ia bekerja di rumah pria yang telah mencuri atensinya. Ini adalah takdir yang digariskan untuknya. Seketika, ia menarik sumpahnya ketika dikejar Harley tadi.
"Jawablah, pertanyaanku Nona. "
Kendalikan hatimu Shannon, kau cukup bersikap sesantai mungkin. Batinnya di antara gemuruh yang mengusik dirinya.
"Aku baru saja berkerja disini, Tuan. Hatchim." Shannon merapatkan handuk Arthur yang terpasang di tubuhnya sambil menikmati pemandangan yang ada di dekatnya. Tubuh kekar pria itu terpampang sangat jelas, dan juga basah.
"Lalu, jelaskan apa yang terjadi barusan? Gabriella sudah menjelaskan aturan yang diterapkan disini, bukan?" Shannon mengangguk. "Lantas, mengapa kau melanggarnya?"
"Urgent.. Lagipula, ini bukan salahku. Akan tetapi kesalahan anjingmu yang telah mengejarku." Jelas Shannon.
👍👍
Shannon jangan lemah hadapi ulat bulu, Brantas ulat bulu Shannon
pasti dia tidak mau wanitamya dilecehkan dan pasti akan mnjaga wanitanya..