Masa lalu Arneta yang begitu kelam, karena diceraikan dalam keadaan hamil anak dari pria lain. Membuat wanita itu memutuskan kembali ke Indonesia dan membesarkan anaknya seorang diri.
Wanita itu ingin mengubah masa lalunya yang penuh dengan dosa, dengan menjadi seorang Ibu yang baik bagi putri kecilnya. Tapi apa jadinya jika mantan pria yang membuatnya hamil itu justru menjadi atasannya di tempat Arneta bekerja?
Akankah pria itu mengetahui jika perbuatan semalam mereka telah membuat hadirnya seorang putri kecil yang begitu cantik? Dan akankah Arneta memberitahu kebenaran tersebut, di saat sang pria telah memiliki seorang istri.
Ini kisah Arneta, lanjutan dari You're Mine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah sampai di ruang kerja atasannya. Arneta segera menyerahkan berkas yang diminta oleh Lio Richard, dengan perasaan tak nyaman karena hanya ada mereka berdua di dalam ruangan tersebut. Entah kemana assisten pribadi Lio yang biasanya ada di dalam ruangan kerja pria itu.
"Aku sudah menyuruhmu untuk membawa berkas kontrak kerja dengan perusahaan Marriot, kenapa yang kau bawa kontrak perusahaan lainnya?" Lio melempar berkas yang diberikan Arneta tepat di wajah wanita itu, hingga mengenai pipi Arneta karena wanita tersebut sempat menolehkan wajahnya ke samping.
"Maaf Tuan, aku—"
"Maaf.. maaf, kau itu sebenarnya bisa bekerja tidak!" sentak Lio dengan emosi. "Apa keahlianmu itu hanya bisa memuaskan para pria hidung belang di atas ranjang?"
Arneta yang sempat ketakutan kini mengepalkan kedua tangannya dengan penuh emosi. Sungguh rasa sakit pada pipinya tidak sesakit luka hati yang dirasakan Arneta yang kembali dihina dan direndahkan oleh Lio. Hingga membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk mengambil berkas yang terjatuh di atas lantai.
"Ya, Anda memang benar. Keahlianku hanya bisa memuaskan para pria hidung belang di atas ranjang, salah satunya Anda!"
Brak.
Lio memukul meja kerjanya dengan wajah yang mengeras penuh amarah, karena tak terima disebut sebagai pria hidung belang. Ia pun berjalan menghampiri Arneta, lalu mencengkram rahang wanita itu dengan kuat.
"Apa kau bilang?"
"Kau salah satu pria hidup belang yang pernah aku puaskan!" ucap Arneta meskipun dengan terbata-bata karena rahangnya di cengkram hingga membuatnya kesulitan untuk berbicara.
"Benarkah?" tanya Lio dengan tersenyum sinis. "Aku bahkan lupa rasanya seperti apa di puaskan olehmu, jadi tidak ada salahnya bukan kalau kau mengingatkan rasa itu?"
Dengan kasar Lio mendorong tubuh Arneta ke atas sofa yang ada di dalam ruangannya, lalu menghimpit tubuh ramping tersebut setelah menekan tombol untuk mengunci pintu ruang kerjanya.
Kali ini Lio akan memberikan pelajaran bagi Arneta karena sudah berani melawan bahkan menyindirnya sebagai pria hidung belang. Lio juga ingin membuktikan jika perubahan wanita itu hanyalah palsu, karena sekalinya wanita murahan maka akan tetap menjadi seorang murahan.
"Jangan!" Arneta menahan Lio yang ingin mencium bibirnya. "Aku mohon jangan!" Arneta meminta dengan sangat.
Namun pria itu justru mencium bibirnya dengan paksa lalu ********** dengan kasar. Bahkan tangan Lio kini menjamah tubuhnya yang masih terbungkus pakaian.
"Jangan Lio!" mohon Arneta dengan panik saat pria itu menarik bawahan yang dikenakannya dengan paksa.
"Kenapa? Bukankah kau sangat menikmati jika disentuh oleh pria?" ucap Lio dengan tersenyum mengejek sembari menarik kemeja yang dikenakan Arneta hingga semua kancingnya terlepas. "Oh, atau jangan-jangan kau hanya ingin disentuh oleh Bara?"
Arneta menggelengkan kepalanya, dengan kedua tangan menyilang untuk menutupi tubuh bagian depannya.
"Aku tidak ingin disentuh oleh siapa pun, apalagi kau!"
Lio tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Arneta. "Mana mungkin seorang wanita murahan sepertimu tidak mau disentuh oleh pria!"
"Aku bukan wanita murahan, aku..." bibirnya tak dapat berucap saat Lio kembali menciumnya dengan sebuah ******* kasar.
Arneta bahkan merasakan rasa asin pada lidahnya, saat Lio melukai bibirnya hingga berdarah. Tubuhnya yang sudah lemas karena terus memberontak, kini gemetar ketakutan saat melihat pria itu membuka ikat pinggangnya dan bersiap untuk memasukinya.
"Aku mohon hentikan!" teriak Arneta dengan menangis histeris. "Cukup satu kali kau membuatku menjadi wanita ******, jangan lakukan itu lagi!" pintanya dengan terisak, sampai membuat Lio terdiam tak meneruskan niatnya untuk melecehkan Arneta.
Padahal hampir saja ia memasuki Arneta. Tapi tidak jadi dilakukannya saat mendengar kata-kata wanita itu yang kini tengah menangis histeris.
"Aku mohon jangan membuatku menjadi seorang wanita murahan lagi. Sekarang aku seorang Ibu yang harus menjaga harga dirinya, agar putriku tidak merasa malu pada Mommynya sendiri."
Deg.
Lio yang masih bingung dengan perkataan Arneta sebelumnya, kini merasa tertampar oleh ucapan Arneta barusan. Ia pun langsung beranjak dari atas tubuh wanita itu, tanpa mengalihkan tatapannya pada Arneta.
"Apa maksud ucapanmu tadi? Kenapa kau bilang aku yang sudah membuatmu menjadi seorang ******?"
Arneta yang sedang menangis kini merasa terkejut karena baru menyadari telah kelepasan bicara. Ya, karena terlalu panik ia sampai tak sadar dengan apa yang sudah dikatakannya.