Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Penyelamat
“Saya hanya asal saja, anda juga mencengkram tangan saya dan nampak tidak nyaman dengan Pangeran Mahkota.” Ucap Mattias, antara bohong dan benar disatukan dalam kata-kata itu.
“Itu benar, terima kasih banyak telah membantu saya Tuan Duke. Sejak tadi anda nampak begitu risau, apa yang sebenarnya menganggu pikiran anda Tuan?” Tanya Alena, Mattias terdiam dan memang dia ingin mengutarakan sesuatu padanya.
“Terima kasih karena sudah menolong saya tempo hari. Anda adalah malaikat bagi saya, saya belum sempat mengatakan ini, namun saya sangat berterima kasih.” Alena tertegun, terimakasih untuk apa pikir Alena.
“Aku tak melakukan apapun Tuan Duke, mungkinkah anda salah faham?” Alena kini merasa tidak nyaman, akankah cinta dan pengakuan sebelum mati itu hanya salah faham belaka.
“Tidak, ini nama anda. Saat itu saya berada di ambang kematian di pembuangan, anda berada di sana bersama tenaga medis keluarga Arganta. Anda yang membantu saya saat itu dan berkata pada saya. Bila saya harus hidup, setidaknya cukup satu alasan untuk bertahan hidup dan cukup untuk satu orang anda ingin hidup. Bila tak ada orang untuk anda jadikan alasan, maka bertahanlah untuk saya yang menginginkan anda hidup.” Ucap Duke Mattias, dia menyerahkan sapu tangan yang dulu diberikan Alena pada dirinya dan bertuliskan nama Alena di sana, Alena kini teringat dengan kejadian 3 tahun lalu itu.
Saat itu usia Alena memang masih sekitar 17 tahun, dia sering menjadi relawan dan membantu orang banyak bersama para pendeta dan tenaga medis. Alena juga sering memberikan donasi yang cukup besar bagi beberapa panti asuhan.
“Ah ya saat itu, maaf kala itu saya tak mengenali anda dengan baik.” Alena tersentuh, ternyata bukan salah faham. Namun, akankah cinta itu hanya rasa hutang budi saja?
“Tidak apa-apa, sejak saat itu anda adalah orang yang menjadi alasan saya untuk hidup. Setidaknya ada orang yang mengharapkan saya hidup di dunia ini.” Ucap Mattias tulus, dia memang menjadikan Alena sebagai sosok yang membuatnya terus bertahan di dunia yang selalu ingin menjatuhkannya.
Sang Ayah yang merupakan seorang Raja sangat menyayanginya, namun rasa sayang itu juga membuat para selir dan Permaisurinya cemburu. Alhasil Mattias memilih untuk tinggal bersama sang Kakek saat ibunya meninggal, dia meninggalkan gelarnya sebagai Pangeran dan memilih menjadi Tuan muda dari keluarga Duke Mattias. Alhasil kini dia mewarisi kediaman itu dan sangat jarang memasuki Istana.
“Anda jangan merasa terbebani oleh saya karena telah menyelamatkan anda, saya juga sangat tulus ingin membantu.” Ucap Alena, Mattias menggelengkan kepalanya.
“Tidak, sepertinya tidak hanya itu. Setelah hari ini saya kembali bertemu dengan anda, sepertinya saya menginginkan sesuatu dan harus memperjuangkannya sampai akhir.” Alena tertegun, dia nampak salah tingkah sejenak.
Pikiran aneh Alena mulai bekerja dalam otaknya, ungkapan yang dilakukan Mattias tak lain adalah pengakuan perasaannya sendiri. Nyatanya, Duke Mattias sama sekali tak berniat untuk menutupi rasa tertariknya pada Alena sedikitpun.
‘Dasar pria aneh! Apa dia tengah mengutarakan perasaannya dengan wajah serius seperti itu? Yang benar saja!’ Alena tak habis pikir dengan Mattias yang nampak amat serius.
“Bolehkah saya tahu apa itu?” Tanya Alena, Mattias terkekeh.
“Mungkin nanti juga anda akan tahu, namun saat ini saya harap anda fokus pada bisnis baru anda.” Ucap Mattias, Alena cemberut.
“Apa anda ingin menginvasi bisnis saya Tuan?” Tanya Alena marah, Mattias tertawa mendengarnya.
“Feet, hahaha mana ada yang seperti itu? Saya tak berniat melakukannya. Sungguh!” Alena tertegun melihat tawa nyaring Mattias, suasana malam yang kian dingin itu masih terasa hangat bagi mereka berdua. Meski nyatanya, musim akan segera berubah dan hanya tinggal menunggu salju turun saja.
“Awas saja bila anda berani merebut bisnis saya, saya akan buat anda bertanggung jawab seumur hidup!” Ancam Alena, Duke Mattias kian tertawa mengangguk.
“Baik, bila saya melakukannya saya bahkan siap menanggung apapun itu. Meski saya harus menanggung semua biaya hidup anda dan keluarga anda. Saya akan berusaha menanggungnya sampai akhir.” Ucap Mattias yakin, Alena tertawa.
“Wah enaknya, sepertinya enak sekali seperti itu. Aku jadi ingin agar anda menyentuh bisnis saya ya.” Goda Alena, Mattias juga ikut tersenyum.
“Sudah sangat larut Tuan, apa anda akan kembali. Atau akan menginap saja? Banyak tamu di kediaman ini malam ini, jadi sepertinya tak akan masalah menerima satu orang lagi.” Alena menatap langit yang gelap, Mattias menggelengkan kepalanya.
“Ada sesuatu yang akan saya selesaikan pagi ini, sepertinya saya tidak bisa menginap. Namun lain kali, saya tidak akan menolaknya.” Alena tersenyum, Mattias bersiul dan sebuah kuda hitam sampai di sana dari kandang kuda langsung.
“Saya pulang dulu,” Mattias nampak tidak rela, Alena juga melihatnya dengan jelas. Namun sebelum mengucapkan selamat tinggal, kuda itu telah berlari menuju gerbang dan penjaga membukakan pintu hingga kuda itu hilang di kegelapan malam.
Duke Arganta diam-diam mendengarkan percakapan mereka, dia juga seorang pria dan tahu maksud dari Duke Mattias. Anak kesayangan Raja yang tersisihkan.
Permaisuri sebelumnya adalah ibu Mattias, mereka awalnya hidup dengan sangat damai dan tentram sebelum akhirnya seorang wanita muncul dalam kehidupan mereka dan menjebak sang Raja melakukan cinta satu malam.
Wanita itu hamil dan menjadi selir Raja, namun perhatian Raja hanya diberikan pada sang Permaisuri. Rasa cemburu sang selir kian gila dan meracuni Permaisuri hingga membuat Mattias kecil kehilangan arah.
Perhatian sang Raja terus di tujukan pada Mattias, meskipun ibu dari Pangeran Carli atau Pangeran Mahkota saat ini telah menjadi Permaisuri. Hingga berbagai percobaan pembunuhan terus terjadi di Istana Mattias, dan Mattias kecil hanya dapat menangis.
Sang Kakek yang merupakan Duke Mattias akhirnya meminta sang Raja untuk menyerahkan cucunya padanya saja, sang Raja amat berat namun pada akhirnya dia merelakannya demi keamanan Putranya sendiri.
Setelah berpindah kediaman, Mattias kembali ceria. Dia juga berlatih pedang dan juga berbagai hal yang dia sukai. Di bawah pengawasan Kakek yang amat menyayanginya dan sang Ayah yang begitu melindunginya, namun Mattias tidak tumbuh dengan manja. Dia selalu teringat dengan kematian sang Ibunda dan selalu ingin lebih kuat.
Hingga tiga tahun lalu sebuah pembunuhan terjadi di kediaman Duke Mattias, Raja juga jatuh sakit. Seluruh kediaman itu porak poranda, Duke Mattias sengaja membiarkan Mattias di tempat pengungsian dan akhirnya Duke Mattias sendiri mati dan Mattias akhirnya tertolong berkat Alena.
Namun sejak saat itu, wanita bertubuh besar dengan senyum cantik itu adalah sinar bagi Mattias yang di penuhi dengan kegelapan dalam hidupnya. Setelah Raja mengetahui segala yang terjadi, dan dalang di Baliknya adalah Permaisuri. Alhasil dia menjatuhi hukuman penjara seumur hidup pada Permaisurinya sendiri.
Sedangkan Mattias kembali membangun kediaman Duke dan memberikan loyalitasnya pada Kerajaan, dia juga selalu melindungi sang Ayah dari mereka yang selalu mengidamkan posisinya.
Mattias sejak hari itu selalu berperang dan diam-diam menyimpan mata-mata di kediaman Duke Arganta demi melindungi mereka. Mattias juga mencari tahu banyak hal tentang penyelamatnya.
Awalnya Mattias memang merasa bila itu hanya perasaan hutang budi semata, namun semuanya hancur saat pertemuan kedua mereka. Dan Mattias yakin, bila dirinya bukan merasa berhutang budi, namun karena sebuah alasan lain.