Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Ginran berlari seperti orang gila. Ia tidak peduli apapun yang dia tabrak. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya Kaiya. Dia memikirkan gadis itu seperti orang gila, semua orang yang melihatnya menatap dengan aneh. Apalagi ketika melihat Darrel, Naomi dan Jiro juga ikut berlari kencang dibelakangnya, semua orang jadi penasaran.
"Ada apa, kenapa mereka berlari seperti itu?"
"Ayo ikut. Gue juga penasaran." sekelompok cewek yang penasaran pun mengikuti Ginran dan yang lain.
Ketika Ginran mencapai jurusan musik, ia membuka semua ruangan kelas yang dia lewati, mencari-cari keberadaan Kaiya. Namun hampir semua kelas yang dia masuk, tidak di dapatinya gadis yang sedang dia cari. Semua mahasiswa dan dosen yang tengah belajar pun dibuat kaget dan heran. Namun pas ditanya, Ginran langsung keluar dan pergi ke ruangan lain.
Entah ruangan ke berapa yang akan pria itu masuki sekarang. Namun Ginran berharap dia akan segera melihat Kaiya.
BRAKKK!!!
Pintu di buka dengan kasar. Secara otomatis membuat semua orang yang berada di dalam kaget, terkecuali satu orang. Seseorang yang duduk tenang di dalam kelas, sekilas tampak memperhatikan dosen yang mengajar, namun tidak ada yang sadar kalau sekarang tatapannya sedang kosong. Ia bahkan tidak bergeming di saat semua orang kaget pintu ruangan kelas mereka tiba-tiba di buka dengan kasar.
"Apa-apaan ini? Ginran, ada apa?" seorang dosen wanita yang sudah memasuki umur kepala lima berseru dengan nada tinggi. Ia tampak kesal saking kagetnya. Bagaimana tidak kesal coba kalau cara Ginran membuka pintu seperti minta ribut.
Para penghuni kelas juga ikutan kesal. Namun yang cewek-cewek tidak jadi kesal saat melihat yang masuk adalah Ginran. Ada teman-temannya juga yang baru muncul di belakangnya. Mereka semua ngos-ngosan.
Ginran tak mempedulikan ucapan si dosen, matanya sibuk mencari-cari. Lalu ketika menemukan gadis yang dia cari, dia langsung berlari ke sana.
"Ginran, mau kemana kamu? Jangan ganggu mahasiswa yang lagi mengajar, kamu pikir karena kamu berkuasa di kampus ini kamu bisa berbuat seenak kamu begitu? Hah?!"
Perkataan marah si dosen tetap tak diindahkan oleh Ginran. Laki-laki itu melewati beberapa anak tangga hingga mencapai tempat duduk Kaiya. Gadis itu duduk dibagian belakang dekat jendela. Lory yang duduk disebelahnya langsung berpindah, memberikan jalan ke Ginran.
Pandangan Kaiya sekarang menatap keluar jendela. Ia belum sadar sama sekali dengan keberadaan Ginran. Bahkan saat lelaki itu memanggil namanya, gadis itu tak bergeming sama sekali. Jiwanya seperti tidak ada dalam tubuhnya. Orang-orang dalam kelas itu pun dibuat bingung.
Ginran menyadari tatapan kosong Kaiya. Dan kini dia sadar betul bahwa gadis itu sedang tidak bereaksi apapun pasti karena pukulan berat yang sedang dia hadapi. Di tambah lagi dengan kalimat-kalimat menohok yang dia dan Jiro ucapkan beberapa hari lalu.
Hati Ginran sesak melihat keadaan gadis itu. Dia merasa sangat bodoh dan tidak berguna. Hatinya dipenuhi dengan penyesalan karena telah menyakiti gadis yang amat dia cintai, harusnya dia tidak berasumsi sendiri.
Lo sangat bodoh Ginran, lo bodoh.
Lelaki itu terus menyalahkan dirinya sendiri. Rahangnya mengeras, tangannya menggapai bahu Kaiya. Menyentuh bagian itu dengan lembut. Kali ini ia berharap Kaiya akan menyadari keberadaannya.
Kaiya merasakan seseorang menyentuh bahunya. Ia pun menghadap ke depan lagi masih dengan wajah yang sama. Tak ada ekspresi dan tatapan kosong. Namun kesadarannya tiba-tiba datang begitu melihat wajah seorang laki-laki yang saat ini sedang berdiri di depannya.
Kaiya bergeming. Tatapan kosong tadi berubah, jiwanya seakan kembali ke dalam tubuhnya lagi. Ia dan laki-laki di depannya itu saling bertatapan.
Ginran ...
Kaiya menyebut nama Ginran dalam hati. Mereka terus bertatapan lama. Semakin lama bertatapan, Ginran bertambah emosional. Sesaat kemudian pria itu berlutut di kaki Kaiya dengan kepala bersandar di paha gadis itu dan terisak kuat.
"Ma ... af ..." Ginran mengucapkan satu kata itu dan kembali membenamkan kepalanya di atas paha Kaiya. Lalu menangis sejadi-jadinya. Ia tidak peduli apa kata orang, laki-laki itu hanya sedang meluapkan emosi, rasa sedih, rasa bersalah dan rasa tak berdayanya di depan Kaiya. Hanya gadis ini yang sanggup membuatnya porak-poranda seperti sekarang.
Kaiya terdiam. Belum ada reaksi apa-apa. Ia hanya menatap Ginran yang terus menangis di pahanya. Seisi kelas termasuk dosen yang marah-marah tadi dibuat heran bukan main. Seorang Ginran yang terkenal sangat dingin itu, menangis dan berlutut di depan seorang perempuan? Suasana hening seketika. Semua orang dibuat speechless karena Ginran.
Kali ini pandangan Kaiya berpindah ke arah lain. Ia melihat Darrel, Naomi dan Jiro berdiri di sana. Mata Naomi bengkak sekali. Gadis itu juga menangis? Sekarang Kaiya melihat Naomi juga menangis. Darrel, Jiro juga. Ada apa ini? Kenapa mereka tiba-tiba, lalu ia melihat Darrel membuat gerakan tangan. Ia selalu memakai bahasa tangan ke Kaiya yang dia buat sendiri kalau mereka berdua mau mengatakan sesuatu yang tidak tidak boleh diketahui oleh orang lain, hanya mereka berdua yang tahu karena Darrel hanya mengajari Kaiya seorang. Arti dari gerakan tangan Darrel adalah,
Jason sudah cerita semuanya. Kamu begitu menderita selama ini, tapi kami malah menambah penderitaanmu. Maaf ...
Saat itu juga airmata Kaiya jatuh. Jemarinya menyentuh kepala Ginran yang terus terisak. Naomi, Darrel dan Jiro berlari, mereka semua berpelukan sambil menangis tersedu-sedu. Orang lain dalam kelas itu makin tidak dapat berkata-kata.
"Semuanya keluar, biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka. Kelas dibubarkan sampai minggu depan."
Kata dosen wanita. Ia yang awalnya marah, mendadak hilang amarahnya melihat kejadian yang barusan terjadi. Tidak tahu apa masalah anak-anak itu, yang pasti mereka membutuhkan ruang sendiri sekarang.
Lory bekerja sama dengan si dosen menyuruh teman-temannya keluar. Yang lain tidak ingin keluar, namun karena dipaksa, mereka pun hanya bisa pasrah. Lory menutup pintu kelas dan berjaga di depan, mencegah kalau-kalau ada yang masuk.
Di luar kelas itu sudah berkumpul banyak orang, bahkan dari jurusan lain pun ada karena mereka kepo.
"Itu kenapa sih? Cewek itu siapanya Ginran, kok bisa bikin Ginran sampe berlutut minta maaf sama dia? Teman-temannya Ginran juga."
"Lihat-lihat, mereka semua menangis karena tuh cewek."
"Pasti setelah ini berita mereka masuk majalah kampus."
Para cewek berbicara sambil berbondong-bondong menonton dari balik kaca kelas. Ada Sandra juga di sana yang terlihat tidak senang. Cowok incarannya malah berlutut dan menangis di depan cewek lain.
kl kyk ginran naomi apalagi jiro, mereka kyk bukan teman, tp org lain yg hanya melihat "luar"nya saja
2. teman d LN