Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Semakin Aneh
Dengan sangat terpaksa Steven mengantar Ayuna dan juga Mega datang ke rumah sakit tempat neneknya dirawat.Meskipun sangat malas, ia tak ingin Ayuna diantarkan oleh Allard, sungguh aneh pria itu, benci namun dalam hati tidak rela Ayuna didekati oleh pria lain.
'Enak sekali dia mau cari perhatian sama si Yuna. Udah punya cewek masih juga mata keranjang sama cewek lain. Apa di dunia ini semua cewek akan dinikahinya,' gerutu Steven di dalam hatinya.
Tak henti-hentinya Steven mengamati Ayuna dari kaca spion.
Mega yang tak sengaja, diapun menautkan kedua alisnya menatap spion melihat putranya tengah mengamati Ayuna.
Stev! Kalau bawa mobil yang fokus nak, ini jalan raya. Mama nggak mau mati sebelum menyaksikan kamu menikah. Dan Mama sendiri juga ingin sekali momong cucu," celetuk Mega.
Steven langsung memalingkan mukanya dan fokus menyetir kembali.
'Sialan!' umpat Steven membatin.
"Kalau aja dia nggak jutek, mungkin aku nggak geram sama dia. Sayang sekali, cantik sih, tapi macam macan liar," gumam Steven.
Ayuna hanya diam tanpa bergeming. Di otaknya dipenuhi berbagai macam pertanyaan.
'Kenapa oma dan opanya tidak peduli dan sayang padanya. Kenapa juga semua anggota keluarganya tunduk pada peraturan yang dibuat oleh oma dan juga opanya.'
"Yuna! Kamu kenapa? Kok sedari tadi kamu diem aja sayang? Ayo ngobrol sama Mama," celetuk Mega.
"Iya bu," jawab Ayuna sembari tersenyum.
"Kamu lagi termenung, apa yang tengah kamu pikirkan?" tanya Mega.
"Aku teringat sama keluargaku bu," jawab Ayuna.
"Iya, Mama paham kalau kamu itu ingat pada keluarga. Nggak ada salahnya kamu peduli pada keluarga kamu. Tapi kamu juga perlu berfikir. Apa keluargamu itu punya rasa empati padamu," celetuk Mega.
Ayuna menghela nafasnya berat. Merindukan sosok Mamanya yang telah jauh dan sulit untuk bisa ditemuinya.
"Apa yang kamu rasakan Ayuna?" tanya Mega.
"Aku sangat rindu sama Mama. Apa Mama sekarang baik-baik saja. Setelah pergi dari rumah, aku sudah nggak pernah bertemu lagi sama Mama. Aku juga tidak bisa berkomunikasi sama mereka semua. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada mereka, kenapa mereka begitu saja melupakanku," celetuk Ayuna menatap Mega dengan matanya yang berkaca-kaca.
"Kamu yang sabar ya nak," tutur Mega dengan mengusap punggungnya memberikan sedikit ketenangan.
Air mata Ayuna kembali menetes, rasa khawatir mulai menyerang perasaannya.
Takut terjadi hal yang buruk pada kedua orang tuanya, termasuk Mamanya yang tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari omanya.
'Mama! Aku merindukanmu, aku sangat mengkhawatirkanmu. Apa sekarang Mama baik-baik saja? Mudah-mudahan Mama tidak apa-apa? Aku sangat merindukanmu Mama, tapi kenapa ponsel Mama atau yang lain tidak dapat dihubungi, ada apa dengan kalian?"
Steven sesekali melirik ke arah spion, melihat Ayuna yang tengah menangis. Tapi tetap saja, dia tidak bisa menurunkan egonya yang terlalu tinggi hingga tidak mau memaafkan Ayuna yang sudah mengusik kehidupannya.
'Ck! Dasar gadis bodoh. Bisa-bisanya dia menyengsarakan hidupnya dan berpisah dari keluarganya sendiri hanya karena ingin membantu nenek. Kalau dia sadar dengan apa yang dilakukannya, aku yakin dia akan sangat menyesal karena terlalu gegabah dalam mengambil keputusan.'
Steven tersenyum smirk dengan melirik ke arah spion mendapati Ayuna yang tengah menangis.
Setelah membutuhkan waktu beberapa menit, kini mereka telah tiba di area rumah sakit di mana Ane telah dirawat.
Steven langsung menuju parkiran dan meminta pada Mamanya agar segera turun, tanpa berucap satu katapun pada Ayuna.
"Udah sampai Ma, Mama turun sekarang," ucap Steven dengan membuka sabuk pengaman yang dipakainya.
"Iya, ayo sayang? Kita keluar," ajak Mega dengan membuka pintu mobilnya.
Ayuna hanya mengangguk dan langsung membuka pintunya.
Mereka bertiga keluar dari mobil menuju ke tempat Ane dirawat.
Ayuna meminta izin pada Mega, untuk menemui rekannya yang sudah membantunya merawat Ane, yang tidak lain adalah pasiennya.
"Bu, saya minta izin untuk pergi sebentar menuju ke ruangan rekan kerja saya ya?"
Ayuna mendekat pada Mega dan mensejajari berjalan di sebelahnya.
"Memangnya kamu mau ke mana Yuna?" tanya Mega.
"Aku mau bertemu dengan rekan kerjaku di ruangannya," jawab Ayuna.
"Iya boleh. Kalau begitu Mama akan menuju ruang ICU di tempat nenek dirawat ya?"
"Iya bu. Kalau begitu aku tinggal dulu."
Ayuna langsung bergegas pergi menuju ruangan Dokter Nuri, rekan kerjanya.
Kini tinggalah Steven dan Mega yang berjalan menuju ruang ICU.
Mega menggerutu menyayangkan perbuatan anaknya yang seperti es balok berjalan. "Orang kok nggak ada sumehnya, cemberut mulu," gumam Mega.
"Apa tadi Mama bilang?"
Steven masih bisa mendengar mamanya yang tengah mengerutu mencibir dirinya.
"Apaan sih, kamu itu mbok ya senyum. Atau nyapa gitu sama Yuna," tutur Mega.
"Emangnya kamu nggak nyesel udah mengejeknya, sebentar lagi dia bakalan jadi kakak iparmu," celetuk Mega.
"Kenapa aku harus nyesel Ma. Nggak ada yang namanya penyesalan buat Steven. Lagian Mama ngapain pakai jodohin abang dengan dia sih, abang itu sudah punya kekasih Ma, jangan buat abang kecewa dengan kelakuan Mama ini," tegur Steven.
Mega pun langsung memelototkan bola matanya mendapatkan cercaan dari anak bungsunya.
"Kau itu!" sentak Mega.
"Kalau saja kamu mau dijodohkan dengan Yuna, nggak mungkin juga Mama punya niatan buat jodohin Allard dengan Ayuna. Demi memenuhi permintaan dari nenek kamu, Mama lakukan ini semua. Dan Allard juga tidak mempermasalahkan perjodohannya dengan Ayuna. Sepertinya Allard juga mulai menaruh hati pada Ayuna," jawab Mega.
'Apa Mama bilang? Abang menaruh hati pada Ayuna? Oh tidak. Aku tidak akan pernah biarkan semua ini terjadi. Apapun caranya, aku tidak akan membiarkan mereka berdua itu menikah. Aku harus memikirkan cara, gimana aku harus memisahkan mereka agar tidak pernah bisa bersatu,' gumam Steven dalam hati.
"Mama harap kamu bisa menghormati Ayuna sebagai kakak iparmu. Mama sudah putuskan, kalau Allard harus berpisah dengan kekasihnya. Ini semua Mama lakukan demi memenuhi keinginan dari nenek kamu, dan lagi, Allard nggak salah pilih kok, memilih istri seperti Ayuna. Sudah pinter, cantik, baik, dokter lagi. Hanya orang bodoh saja yang menolak untuk menikah dengan gadis seperti dia," oceh Mega.
'Tidak akan, aku tidak akan tinggal diam saja. Sekali Mama menikahkan Ayuna dengan bang Allard, aku akan bertindak lebih buruk. Aku tidak akan membiarkan pernikahan ini berlangsung. Aku harus segera bertindak, ya.... Aku tidak boleh diem aja kayak gini.'
Steven diam larut dalam lamunannya. Pikirannya mulai kacau, tidak rela jikalau abangnya harus menikahi Ayuna.
Tiba di depan ruang ICU, Steven menghentikan langkahnya.
"Ma! Sepertinya ada yang aku lupakan. Aku udah ada janji sama klien pagi ini. Aku tidak bisa menemani Mama. Kalau nenek sudah sadar, salam buat dia. Aku akan pergi untuk bertemu dengan klienku sekarang," ucap Steven.
"Kamu pergi sekarang?" tanya Mega kecewa karena Steven tidak mau menemui neneknya terlebih dulu.
"Iya, aku akan pergi sekarang. Aku tidak mau mengecewakan orang lain karena sudah menungguku," jawab Steven.
Benar-benar sangat menjengkelkan pria itu. Di depan orang tuanya sendiri bahkan dia tega mengatakan orang lain jauh lebih penting. Entah di mana nalurinya?