Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15.
“Sudah habis sarang yang penuh madu di pohon ini Nek, kita cari di batang batang yang sudah mati saja Nek, aku lihat kemarin di sana ada banyak..”
“Syukurlah kalau kamu tidak naik ke pohon yang lain, aku takut kalau ada ular besar atau monyet besar di atas pohon.” Ucap Nenek padahal dia sebenarnya lebih takut sendirian menunggu di bawah pohon..
“Hmmm nenek juga takut kan kalau berdiri sendiri di bawah, sudah dibilang tunggu saja di luar tidak banyak binatang kalau di luar.. Kakek sepertinya juga tidak ke sini Nek..” ucap Mawar Ni sambil terus melangkah sambil membawa karung dan menggandeng tangan Nenek, sedangkan golok warisan dan nasi bungkus dibawa oleh Nenek.
Mawar Ni pun mengambil sarang sarang lebah yang penuh madu di balik batang batang pohon yang sudah mati. Dia pun sudah mengusir lebah lebah dengan cara pengasapan. Mawar Ni mengambil dengan hati hati sesuai petunjuk sang Kakek.
Sesaat kedua mata mereka melotot karena melihat ada ular besar melingkar di balik batang batang yang ada sarang sarang madu yang terlihat penuh isinya..
Mawar Ni dan Nenek pun cepat cepat memundurkan tubuh mereka...
“Nek kita pulang saja Nek, aku rasa sudah cukup madu yang kita ambil untuk hari ini.” Ucap Mawar Ni sambil mengikat ujung karung. Karung itu pun sudah terasa berat meskipun masih lebih berat yang kemarin.
“Ni tapi itu tadi masih banyak sarang yang penuh madunya, sayang Ni...” ucap Nenek
“Ada ular besar Nek, aku takut kalau dia merasa terganggu.. ayo kita cepat keluar, sebelum binatang bintang buas bangun karena kelaparan. Kata Kakek kemarin kita tidak boleh serakah Nek..”
“Iya iya Ni, kita juga sudah dapat banyak uang.”
“Iya Nek, ini untuk pesanan Juragan Handoko dan jaga jaga kalau ada yang pesan di aplikasi.” Ucap Mawar Ni sambil membopong karung yang sudah berisi sarang lebah penuh madu itu.
Mereka berdua berhasil keluar hutan dengan aman dan selamat. Sesampai di tempat sepeda terparkir Nenek minta istirahat lebih dulu untuk makan nasi bungkus yang sejak tadi dia pegang.. Setelah selesai makan nasi bungkus mereka berdua pun segera naik ke atas sepeda dan segera pulang ke rumah..
Beberapa menit kemudian mereka pun sudah sampai rumah dan segera membawa hasil hutan ke dapur untuk diproses...
“Nek, aku lihat ada lebah di kebun kita, aku akan pasang sedikit sarang ini di atas pohon siapa tahu dia masuk ke sarang lalu bisa berkembang.” Ucap Mawar Ni saat sudah membuka karung..
“Iya Ni, moga moga yang ini juga ada lebah nya lagi, hati hati kamu nanti bukanya jangan sampai kena sengat lebah..”
“Nenek tenang saja aku kemarin sudah diberi tahu Kakek, bagaimana cara mengatasi kalau disangat lebah..” ucap Mawar Ni sambil mengeluarkan isi karung dengan sangat hati hati ..
Nenek terlihat sibuk membersihkan botol botol sedang Mawar Ni mengambil madu madu dan dia taruh pada waskom besar yang sudah bersih..
Setelah selesai, sambil menunggu botol botol kering Mawar Ni pergi ke kebun belakang sambil membawa satu potong sarang lebah yang dia taruh pada kotak kayu.
Mawar Ni cepat cepat memanjat pohon rambutan dan memasang sarang lebah itu di atas pohon rambutan dengan hati hati..
“Semoga berhasil..” gumam Mawar Ni yang sudah selesai memasang sarang lebah itu di atas pohon rambutan. Di saat Mawar Ni masih nangkring di atas pohon.. terdengar suara Nenek berteriak...
“Ni, kalau botol sudah kering cepat kamu masukkan madu dan cepat kamu antar ke juragan Handoko, atau kamu titip saja ke Pak mandor sawah, aku kok takut kalau Juragan Handoko atau anaknya itu marah!” teriak Nenek yang berdiri di depan pintu belakang rumah.
“Iya Nek, benar aku titip Pak Mandor saja, sebelum dia pulang dari sawah. Aku juga takut kalau anaknya itu melarang aku pergi ke hutan lagi dan hutan akan dikuasai nya juga.” Teriak Mawar Ni juga lalu dia cepat cepat turun dari atas pohon rambutan.
“Hmm aku pikir lebih baik aku besok mengambil sarang yang masih berisi lebah... aku taruh di sini agar berkembang di sini, kalau aku dilarang ke hutan sudah ada ternak lebah di sini..” gumam Mawar Ni di dalam hati.
Setelah selesai mengisi madu ke dalam botol botol. Mawar Ni cepat cepat menyiapkan botol botol madu pesanan Juragan Handoko dan setelahnya dia mengantar madu pesanan itu ke sawah tempat Pak Mandor sawah masih bekerja, agar tidak bertemu langsung dengan Juragan Handoko atau pun Irawan. Kali ini Nenek tidak mau ikut dia lebih baik istirahat menunggu di rumah saja.
Mawar Ni mengayuh sepeda dengan cepat.. Agar cepat sampai di lokasi sawah Juragan Handoko sebelum Pak Mandor pulang..
Namun sayang, sesampai di lokasi persawahan ternyata Pak Mandor sudah pulang dan dengan terpaksa mau tak mau Mawar Ni pun melanjutkan mengayuh sepeda menuju ke rumah mewah Juragan Handoko.
Beberapa menit kemudian sepeda Mawar Ni telah memasuki lokasi pedukuhan tempat rumah Juragan Handoko berada, pedukuhan yang penghuninya kalangan orang orang kaya.. rumah rumah yang ada di dukuh itu kebanyakan dipagar tembok tinggi tinggi atau pagar besi baja yang kokoh..
Jantung Mawar Ni berdetak lebih kencang, dia sangat takut jika setelah mengantar madu ini dia selanjutnya dilarang pergi ke hutan untuk mengambil madu lagi, rasa deg deg an nya bagai saat akan mendapat berita PHK..
Sesaat sepeda Mawar Ni sudah melewati pagar tembok kokoh yang di atasnya ada pagar besi baja, dan di dalam pagar itu ada rumah paling megah diantara rumah rumah bagus lainnya, itulah rumah Juragan Handoko. Mawar Ni pun menghentikan sepeda nya di depan pintu gerbang, setelah melapor pada petugas pintu gerbang Mawar Ni menitipkan sepeda nya pada petugas itu dan dia masuk ke dalam halaman sambil membawa satu kantong plastik besar berisi botol botol madu pesanan Juragan Handoko.
Mawar Ni disuruh pelayan Juragan Handoko duduk menunggu di kursi teras, dan botol botol madu pesanan sudah dibawa masuk ke dalam rumah oleh pelayan Juragan Handoko.
“Semoga nanti yang memberi uang pelayan tadi, jadi aku tidak usah ketemu Juragan Handoko.” Gumam Mawar Ni di dalam hati telapak tangannya pun terasa sangat dingin karena begitu khawatir hatinya..
Sudah beberapa menit menunggu pintu rumah mewah Pak Handoko masih tertutup rapat..
“Kok lama sih..” gumam Mawar Ni di dalam hati sambil menoleh ke arah pintu.. namun pintu masih juga tertutup rapat..
Se saat telinga Mawar Ni mendengar suara pintu itu terbuka. Mawar Ni tidak berani menoleh ke arah pintu.. hanya mampu menunduk sambil berdoa di dalam hati..
Tidak lama kemudian telinga Mawar Ni mendengar suara langkah kaki mendekati dirinya..