Kisah ini menceritakan tentang perantauan ku ke Kalimantan dan bertemu dengan seseorang perempuan yang ternyata perempuan itu menganut ilmu hitam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amak Tanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Tiba-tiba terdengar suara ketukan diluar mes sambil memanggil nama Bagas.
"Pak Bagas.. pak Bagas" suara yang tak asing lagi ditelinga Bagas, diluar Samsul sedang menunggu sosok yang ia panggil membukakan pintu. Hari itu Samsul mendapat panggilan dari manager perusahaan S pak Samidi ia dan Bagas diminta untuk segera datang ke pabrik untuk membantu pak Samidi merampungkan beberapa laporan yang masih belum selesai. Bagas bergegas menuju pintu lalu membukakan pintunya, tampak Samsul yang berdiri di ambang pintu.
"Ada perlu apa sul" Bagas bertanya pada Samsul
"Pak Bagas kita di minta pak Samidi untuk datang ke pabrik" Samsul menyampaikan pesan dari pak Samidi.
"Lhoo bukan kah hari ini diliburkan ya sul?" Bagas nampak tak mempercayai perkataan Samsul
"Iya pak Bagas, karyawan yang lain emang tidak bekerja, tetapi pak Samidi meminta kita untuk membantu beliau menyelesaikan laporan akhir bulan pak" jelas Samsul kepada Bagas
"Baiklah saya ikut kamu tapi dengan satu syarat ya" ucap bagas
"Aolahhhh pak...pak..pakai syarat-syarat segala, emang apa sih syaratnya" Samsul tampak kesal dengan Bagas.
"Syaratnya kamu jangan panggil saya pak lagi, umur kita tidak beda jauh sul, lagian saya juga bukan bapak mau" seloroh Bagas sambil tersenyum
"Bapak ini kan atasan saya sudah sepatutnya saya panggil pak"Samsul yang tak enak masih tetap memanggil Bagas dengan pak
"Yasudah sul, kalau kamu tetap memanggil saya dengan sebutan pak saya nggak ikut kamu ya" Bagas mengancam, akan tetapi itu hanya gurauan semata mana mungkin Bagas berani untuk tidak pergi ke pabrik, bisa-bisa ia disemprot sama pak Samidi
"Yasudah...yasudah Bagas" tampak Samsul agak takut jikalau harus pergi sendirian mengingat sekarang sudah pukul 15:00 dan otomatis pulangnya akan malam hari, Samsul yang asli warga kampung E tentunya sudah hafal betul dengan semua keadaan desa E di malam hari.
"Nah gitu dong sul" Bagas tersenyum ke Samsul namun tidak dengan Samsul yang tampak kesal.
"Yasudah ayokk berangkat gas, nanti klo kelamaan di marahin lho sama pak Samidi"
"Tunggu sebentar sul ambil jaket dulu" Samsul masuk dan mengambil jaketnya lalu keluar lagi.
"Ayok sul, satu motor ya pake motor mu"
"Ya satu motor lah gas kamu kira aku berani sendirian pulang dari pabrik nanti, ogah aku gas mending tidur di teras kantin"
Mereka pun berangkat menggunakan motor Samsul, Bagas duduk dibelakang dan Samsul lah yang membawa motornya. Setelah 30 menit berlalu mereka pun tiba di pabrik, setelah memarkirkan motornya mereka segera menuju ke lantai atas dimana ruangan mereka berada, namun sebelum melanjutkan pekerjaannya masing-masing mereka menemui pak Samidi terlebih dahulu.
"Selamat sore pak" Bagas dan Samsul secara bersamaan
"Sore pak Bagas, pak Samsul, duduk dulu pak" pak Bagas mengeluarkan beberapa berkas yang perlu di perbaiki dan meletakkan diatas meja
"Ini berkasnya nanti kalian cocok ini dengan file yang ada di komputer ya, semua komputer sudah diisi file-filenya kalian tinggal ubah saja beberapa sesuaikan dengan berkas ini" pak Samidi menjelaskan kepada Bagas dan Samsul, "setelah selesai kalian boleh pulang" sambung pak Samidi
"Baik pak" jawab Bagas "kalau tidak ada yang di sampaikan lagi kami mau langsung mengerjakan file nya ya pak" sambung Bagas lagi.
"Oo iya silahkan, kerjakan sesuai apa yang saya jelaskan tadi ya pak"
"Baik pak, permisi" Bagas dan Samsul pun keluar dari ruangan pak Samidi hendak menuju ke ruangan masing-masing, namun dengan segera Samsul menarik Bagas memaksa untuk ikut dirinya
"Gas kamu ngerjainnya di sini aja ya ruangan tempat aku banyak komputer anak-anak yang lain gas, kamu bisa pakai dulu" tampak di raut wajah Samsul menyimpan ketakutan.
"Eeh nggak usah deh sul saya di ruangan saya aja" tolak Bagas
"Tapi gas saya takut sendirian" Samsul tampak seperti anak kecil yang minta ditemani oleh ibunya
"Hedeuhhhhh yasudah... Iya saya temani kamu di ruangan kalian, gitu aja takut kamu sul" Bagas mengejek Samsul yang seperti anak kecil
"Kamu tidak tahu aja gas gimana horornya pabrik ini kalau sudah malam hari" tampak Samsul bergidik ngeri
"Alasan kamu aja sul, bilang aja kamu mau berduaan sama saya kan, awas ya kamu sul nyari kesempatan dalam kesempitan, tak pukul kepala mu ya" seloroh Bagas yang membuat Samsul geli sendiri
"Aku jomblo-jomblo gini masih normal juga gas, jangan sembarang kamu ya, nanti tak jahit muncung mu itu" Samsul tampak kesal dan tak terima dengan gurauan Bagas.
"Hahaha sudah sudah ayok mulai ngerjainnya biar cepat selesai" Bagas mulai menyalakan komputernya begitu pula dengan Samsul, mereka mulai memperbaiki laporan-laporan yang belum selesai dan yang ada kesalahan sebelumnya, tidak terasa malam pun tiba, tepat pukul 19:00 semua pekerjaan mereka selesai.
"Akhirnya selesai juga sul" ucap Bagas sambil menggeliat
"Iya gas, tau gini kenapa karyawan diliburkan tadi gas, malah kita yang kerja, mending kalau dikasih uang lembur"
"Udah tidak apa-apa sul, jangan kebanyakan ngeluh kamu nanti Tuhan tarik pekerjaan kamu gimana?"
"Jangan begitu dong pak Bagas doanya itu lho yang baik-baik"
"Habisnya kamu sul di kasi kerjaan bukannya bersyukur malah mengeluh"
"Iya maaf ustad Bagas"
Setelah selesai mematikan mematikan komputer mereka pun menuju ke ruangan pak Samidi untuk berpamitan pulang, setibanya di ruangan pak Samidi mereka celingukan mencari pak Samidi sambil memanggilnya akan tetapi nihil, pak Samidi tidak ada di ruangannya.
"Bagaimana ini gas apa kita tungguin atau kita langsung pulang saja?" Tanya Samsul
"Kita tungguin saja sebentar" jawab Bagas
"Yasudah gas" mereka pun duduk di bangku yang ada di ruangan pak Samidi akan tetapi 10 menit berlalu belum juga pak Samidi menampakkan batang hidungnya. Setelah 20 menit berlalu Bagas memutuskan untuk mencari pak Samidi.
"Sul saya mau cari pak Samidi, mana tau beliau ada di ruangan yang lain" Bagas hendak beranjak dari tempat duduknya namun Samsul segera mencegahnya.
"Saya ikut gas, nggak berani saya sendirian disini, serem gas" Samsul meminta untuk ikut dengan Bagas. Mereka pun menyusuri seluruh ruangan yang ada dan sampai namun tidak kunjung ketemu, ditengah kegiatan mereka yang lagi memeriksa ruangan tiba-tiba terdengar suara benda jatuh di arah dapur pabrik seperti suara piring terjauh, mereka pun segera pergi memeriksanya, meskipun dengan sedikit gemetaran. Setibanya disana mereka tidak menemukan sesuatu, dan mereka memutuskan untuk lanjut mencari pak Samidi ke tempat yang lain, ketika hendak berbalik badan mereka dikagetkan dengan suara cekikikan kuntilanak, yang tidak mereka ketahui dari mana sumber suaranya. Tanpa aba-aba mereka berdua lari terbirit-birit menuju ke parkiran dengan niat langsung pulang saja karena sudah merasa ketakutan yang amat sangat. Namun di tengah perlarian mereka melihat seperti ada tubuh seseorang tergeletak di lantai bawah tepatnya di tangga terakhir, mereka berdua berhenti dan saling pandang, "gimana ini gas" ucap Samsul setengah berbisik "kita periksa saja sul siapa tau itu pak Samidi" ujar Bagas.
Mereka berdua berjalan pelan menuju tubuh yang tengah terbaring di lantai bawah, setelah mendekat ternyata benar itu pak Samidi dalam kondisi pingsan. Mereka pun berusaha membangunkan pak Samidi namun nihil, setelah beberapa menit mereka menggoyangkan badan pak Samidi,
Tiba-tiba....
BERSAMBUNG.....
***
di tungguin