Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
*****
Ambar melajukan mobil nya menuju rumah yang kini di tinggali oleh Seno dan istrinya, sesampainya di rumah ia di sambut dengan Bik Inah yang sedang menggendong anak dari Seno.
Ambar heran mengapa malah Bik Inah yang menggendong bayinya dan di mana ibu dari bayi itu?
"Non..." ucap Bik Inah tersenyum sembari terus mengayun tubuh si bayi.
"Ibunya kemana bik? Kenapa bibi yang menggendong?"
"Nyonya meminta saya menjaganya karena dia ingin keluar sebentar" jawab Bik Inah.
"Sebentarnya sampai jam berapa?"
"Biasanya kalau berangkatnya sebelum makan siang akan kembali sebelum den Seno pulang"
"Begitu kok sebentar bik?"
Bik inah hanya tersenyum kikuk dengan pertanyaan Ambar.
Ambar meminta tolong bik Inah membuatkannya kopi latte kesukaannya, bayi tersebut di letakkan bik Inah di sofa yang agak besar sehingga bayi mungil tersebut tidak akan jatuh.
Ambar mendekati bayi mungil yang asik menghisap jemarinya bayi tersebut sadar bahwa ada yang memperhatikannya, bayi mungil itu menampakkan senyuman manis nya pada Ambar namun Ambar hanya diam.
Tak lama muncul lah Bik Inah dengan nampan berisikan secangkir kopi latte dan cemilan yang terakhir kali di buat oleh Ambar.
Setelah menerima nampan tersebut Ambar melangkahkan kaki menuju ke arah kamar nya di lantai atas, saat ia tengah menginjakkan kakinya di anak tangga ia mendengar suara yang tidak asing menurut nya.
"Hay.. Kamu kenapa kamu ke rumah ini? Bukan nya kamu dan mas Seno sudah berpisah?"
Ucapan Clarissa membuatnya muak ia segera melanjutkan langkah kakinya menapaki tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
Brakkk...
Bantingan pintu membuat Clarissa terjingkat dan sumpah serapah di tujukan pada Ambar, beruntunglah baby Diva sudah di masukkan ke kamar oleh si bibi jika tidak mungkin saja bayi mungil tersebut akan menangis.
"Sialan mantan istri nggak tau diri, masih untung aku mau menampungnya di sini. Eh tunggu kenapa dia masih di kamar atas ya? Harusnya kan aku ? Ah.. Nanti aku akan meminta mas Seno pindah ke kamar yang di atas, aku yakin kamar yang ditempati oleh wanita tidak tahu di untung itu lebih besar dan luas" ucap Clarissa memasuki kamarnya.
Hari sudah menjelang malam Seno pun sudah berada di rumah, kini Seno dan Clarissa sedang menikmati makan malam mereka.
"Mas kenapa kita nggak pindah saja ke kamar atas? Kamu tahu wanita tak tahu di untung itu pulang dan berada di kamar nya sekarang" ucap Clarissa mencebikkan mulutnya.
Seno mengkerut ia pun tak tahu jika Ambar pulang ke rumah ini.
"Ambar pulang?"
Clarissa hanya mengangguk sebagai tanda.
Seno segera bangkit menyudahi makan malamnya ia bergegas menaiki tangga dan mengetok pintu kamar milik Ambar.
Clarissa tersenyum puas akhirnya ia akan menempati kamar utama di rumah ini.
Ceklek...
"Ada apa?" ucap Ambar heran.
"Kapan kamu pulang?"
"Tadi sore"
"Turunlah ada yang mau aku bicarakan" ucap Seno meninggalkan Ambar di ambang pintu.
Ambar menutup pintu kamarnya dan mengikuti langkah Seno menuruni anak tangga.
Setelah semuanya duduk di kursi ruang tamu Seno pun membuka obrolan.
"Ambar kemana saja kamu selama hampir satu bulan ini? Tidak pulang ke rumah" ucap Seno.
"Aku kan sudah bilang kalau aku sedang bekerja di perusahaan lain untuk belajar dan setelah aku memahaminya aku memutuskan akan memimpin perusahaan ayah lagi mas" ucap Ambar santai.
Clarissa menyorot tajam pada Ambar bagaimana bisa Ambar yang akan memegang kendali pada perusahaan suaminya? Ambar kan sudah jadi mantan dan otomatis perusahaan itu hanya suaminya yang berhak.
"Ha ha ha... Apa kata mu memimpin perusahaan suami ku? Jangan mimpi kamu Ambar!" ucap Clarissa menatap sinis.
"Dia belum juga kamu beritahu mas? Segera beritahu dia mas, aku hanya kasihan jika nanti akan ada orang yang mengkhayal memiliki perusahaan dan rumah mewah seperti ini, dan lagi berkhayal menempati kamar utama di rumah ini" ucap Ambar menahan tawa melihat wajah bingung istri mantan suaminya itu.
Clarissa hanya menatap Ambar dan Seno secara bergantian.
"Oh ya mas aku juga mau bilang kalau lusa aku akan ke luar negri, ada sebuah proyek yang mengharuskan aku pergi. Aku minta besok pagi bawa barang kalian dan tinggalkan rumah ini" ucap Ambar.
Clarissa melotot dengan penuturan Ambar, ia tak mau jika harus keluar dari rumah mewah ini sudah banyak teman-temannya yang tahu bahwa rumah ini milik nya dan soal perusahaan Clarissa sudah menjanjikan temannya akan ia masukkan di perusahaan itu sebagai manager.
"Tidak! Aku tidak mau pergi dari rumah ini kamu saja yang pergi Ambar, lagi pula kamu sudah bukan lagi istri dari mas Seno" ucap Clarissa geram ia mengepalkan tangannya meredam amarah.
"Justru karena aku dan suamimu bukan lagi suami istri makanya aku mengingatkan agar mas Seno dan istrinya yang baru meninggalkan rumah ini, karena rumah ini milik ku paham!" ucap Ambar tanpa melihat wajah Clarissa yang saat ini sudah merah padam.
Seno bingung harus tinggal di mana lagi ia dengan Clarissa beserta bayinya jika di apartemen miliknya tentu akan sangat sempit dan lagi tidak ada yang membantu menjaga bayinya.
"Ambar tolong beri aku waktu, jangan besok pagi sampai aku mendapatkan rumah untuk Clarissa dan bayi ku" ucap Seno memohon.
Ambar tersenyum samar apakah Seno masih belum menyadari bahwa bayi yang dilahirkan oleh istrinya itu bukan darah dagingnya dan lagi apakah begitu bodohnya lelaki yang menjadi mantan suaminya itu?
"Aku sudah memberi kamu waktu sampai besok pagi mas, tinggal saja di apartemen mu kan itu masih menjadi milik mu aku tidak akan meminta apartemen itu. Karena itu hadiah dari Ayah untuk mu agar kamu memiliki tempat tinggal yang tidak terlalu jauh" ucap Ambar.
Apartemen yang dulunya sempat di tinggali oleh Seno adalah hadiah dari Bambang mantan mertuanya karena ia berhasil memenangkan tender, sebelum nya Seno adalah seorang lelaki yang ulet dan pekerja keras hingga Bambang mencobanya mengerjakan satu tender dan ia berhasil. Ia dulu juga pernah menjadi manager marketing karena kerja kerasnya, namun sebagai hukuman Ambar menempatkan Seno kembali menjadi karyawan biasa.
Clarissa masih terdiam ia hanya bisa menatap Ambar yang pergi meninggalkan ia dan suaminya di ruang tamu.
"Mas apa benar yang di katakan wanita itu? Apa benar rumah dan perusahaan itu miliknya? Lalu kamu punya apa mas?" Ucap Clarissa histeris.
"Aku tidak punya apa-apa selain mobil yang aku bawa bekerja dan apartemen sebagai hadiah, ayo bantu aku membereskan barang-barang besok pagi kita akan menempati apartemen itu" ucap Seno meninggalkan Clarissa di ruang tamu.
Clarissa yang masih belum terima ia menjatuhkan dirinya di lantai terduduk seperti bersimpuh.
Ia menangisi nasibnya mengapa ia harus meninggalkan rumah semewah ini? Dan juga mengapa dulu ia harus setuju dengan kerja sama nya dengan Abi?
Ia mengira bahwa Seno benar-benar tajir makanya ia tidak menolak kerja samanya dengan Abi, tapi sayang semuanya hanya khayalan Clarissa saja.
Di tengah lamunan nya mendengar suara bayinya menangis bukan nya menghampiri bayi nya yang menangis ia malah menyusul Seno dan menyuruh suaminya untuk mengurus bayi yang menangis itu.
Ia menutup kedua telinganya dan terus mengatakan jika bayi itu berisik dan pembawa sial, setelah bayi itu lahir ia harus menerima kenyataan jika Seno bukan pemilik perusahaan dan lagi ia harus meninggalkan rumah mewah yang ia pamerkan pada teman-temannya.