Viola Maharani, wanita berusia 27 tahun ini terkenal karena profesi nya sebagai seorang wanita penghibur. Pekerjaan ini sudah di geluti nya sejak Vio, begitu panggilan nya, masih duduk di bangku kuliah..
Tidak main main, semua client nya bukanlah orang sembarangan. Selain di kenal sebagai primadona nya para kupu kupu malam, vio juga di kenal sangat selektif dalam menerima pelanggan nya. Wanita itu hanya akan menerima tawaran dari client yang bisa membayarnya dengan nilai yang fantastis..
Sebenarnya kenapa seorang Viola yang memiliki paras cantik dan hidup yang nyaris sempurna itu bisa terjerumus ke dalam dunia malam, lalu bisakah vio terlepas dari kehidupan nya yang kelam ini ??
💜
Hai..
Selamat datang di karya ke-7 dari Autor ratu_halu
Menerima kritik dan saran dengan bahasa yang sopan 🙏
Happy Reading 🥳
Enjoy 🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Kontrak pertama di mulai....
Zafi sudah rapi dengan balutan jas lengkap dengan dasi kupu kupu yang bertengger di kerah lehernya. Tak lupa dia memakai jam tangan rolex edisi terbatas yang hanya di jual 5 saja di seluruh dunia.
"Tuan, anda terlihat sangat berkelas.." Azka yang membantu menyiapkan segala keperluan tuan nya langsung memberi pujian saat zafi keluar dari kamar utama..
"Bukankah setiap hari aku selalu seperti itu ?!" ucap zafi dengan kepercayaan diri nya yang setinggi langit..
Azka tak bisa berkata lagi jika sudah seperti itu..
"Jemput viola. Aku tunggu di mobil.." Zafi melangkah lebih dulu keluar dari apartemen. Sesungguhnya zafi merasa sebal dengan vio, padahal zafi susah payah menurunkan ego nya memberikan lebih dulu kartu nama tanpa di minta, tapi sampai kontrak di mulai viola tidak juga menghubungi nya..
"Tuan, tunggu sebentar, saya ingin bicara.."
Zafi kembali memutar langkah,
"Ada apa ? Katakan dengan singkat! Kita tidak punya cukup waktu.." Sahut zafi seraya melirik jam di pergelangan tangan nya..
"Tuan, jika kontrak anda dengan nona viola berakhir, apakah boleh saya mendekati nona viola ?"
Deg.
Zafi di buat melongo dengan apa yang di katakan asisten nya tersebut. Namun sangat jelas tatapan nya terlihat tak suka..
"Emm, sebenarnya saya menyukai nona viola sejak pertama kali bertemu, tuan.. Jika kontrak anda dengan nona viola berakhir, rencana nya saya akan mendekati dia. Semoga saja nona viola memiliki perasaan yang sama dengan saya.." Lancar sekali azka bicara sampai membuat dada zafi terasa sesak tak karuan..
"Terserah kau saja!" Ucap zafi dengan nada nya yang ketus dan kembali berbalik untuk melanjutkan langkah...
Azka menatap punggung zafi yang sudah hilang masuk ke dalam lift. Rasa rasanya jawaban zafi itu malah terdengar seperti sebuah larangan bagi nya..
"Semoga hanya perasaan ku saja.." gumam azka..
Setelah itu dia pun segera menjemput viola di lantai 7..
Ting! Tong!
Azka menekan bel di depan pintu. Tak lama seorang wanita tua yang pernah dia temui sebelum nya muncul dari balik pintu tersebut...
"Apa nona viola sudah siap ?" tanya azka tersenyum ramah pada asisten rumah tangga vio..
"Sudah, pak azka. Sebentar, bibi panggilkan dulu.."
Azka menunggu dengan sabar..
Deg.
Jantung azka berdebar debar saat viola keluar dari dalam apartemen nya..
Gaun hitam sebatas lutut dengan model sabrina, begitu indah membentuk tubuh viola yang sempurna. Riasan nya yang tak terlalu menor pun sudah cukup membuat penampilan nya anggun dan berkelas. Rambut nya yang di kuncir kuda semakin membuat leher nya yang putih bersih nampak jelas menggairahkan..
Azka tak tau lagi kata apa yang tepat untuk menggambarkan betapa cantiknya viola malam ini...
"Dimana tuan zafian ?" tanya vio namun azka masih melamun dan terus memandang nya dengan tatapan aneh. Sejujurnya vio risih, namun vio berusaha tak terlalu memperdulikan nya..
"Pak azka.. Non vio nanya itu loh, ko malah bengong to..." si bibi yang tau kemana arah pandangan mata lelaki buaya darat seperti azka langsung ikut bicara..
"Oh, m-maaf, tuan zafian sudah menunggu di mobil.."
"Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang.." kata vio sebelum berpamitan pada si bibi..
Vio berjalan lebih dulu menuju lift, azka berdiri di belakang nya..
Mereka berdua masuk ke dalam lift, vio sengaja memberi jarak agar tak terlalu dekat dengan azka. Sedikit banyak vio sudah tau siapa azka. Lelaki itu pelanggan tetap di rumah bordir mami norma. Dan azka sudah masuk dalam daftar hitam di kehidupan vio. Bagi vio, lelaki seperti azka sangat berbahaya. Suka jajan dan tak pernah puas dengan satu wanita terlebih pasti dia juga tak setia..
Beruntunglah vio tak mudah jatuh cinta. Buktinya sampai saat ini belum ada satu lelaki pun yang mampu melulukan hati nya. Menurut vio, semua lelaki sama saja. Mana ada kucing yang menolak jika di beri ikan segar..
"Silahkan, nona.." Azka membuka pintu mobil untuk vio..
"Terimakasih.." Vio masih bersikap ramah
Vio masuk ke dalam mobil, "Selamat malam, sayang.." ucap vio dengan senyumnya yang di buat semanis mungkin namun sontak membuat zafi dan azka terlonjak kaget..
"Kenapa ? Bukankah panggilan itu bagus untuk meyakinkan orang orang kalau kita memang memiliki hubungan spesial ?"
Seolah bukan sesuatu yang mengejutkan, wajah vio nampak biasa saja. Dia justru sibuk memperbaiki posisi gaun nya..
Azka memperhatikan reaksi zafi dari balik kaca spion dalam, entah kenapa dia jadi takut sendiri untuk mengartikan arti pandangan mata sang tuan..
EKHEM!
Azka sengaja berdehem cukup keras untuk mengembalikkan kesadaran sang tuan..
"Apa kau tidak memiliki gaun yang lebih bagus dari itu ?" tanya zafi tiba tiba seraya mengalihkan pandangan ke arah lain..
"Memang kenapa dengan gaun ku ini ? Apa masih terlalu panjang ? Aku punya yang jauh lebih pendek dari ini, apa kau mau aku mengganti nya ?"
"Sudahlah! Azka, cepat jalan!"
"Huft! Gaun yang lebih pendek katanya ? Astaga! Kenapa dia suka sekali memamerkan kulit tubuh nya seperti itu.. Oh, ya.. Aku lupa, dia wanita malam, pastilah dengan berpakaian seperti itu dia ingin menggoda para lelaki di luar sana.. Dasar M*rahan!!"
"Baik, tuan.."
Azka segera melajukan kendaraan mewah itu dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan dengan lalu lintas yabg tak terlalu padat. Sekitar setengah jam, barulah mobil itu menepi lagi di parkiran sebuah gedung yang sudah ramai oleh para tamu undangan...
Menurut informasi, seluruh keluarga besar zafian sudah berada di sana sejak siang hari. Rencana nya keluarga besar zafian akan berlibur di hotel tersebut kurang lebih tiga hari tiga malam..
"Jangan sampai ada kesalahan apapun!!"
Sebelum turun, Zafi memberi ultimatum terlebih dulu pada viola. Ini seperti pertaruhan hidup dan mati. Karena jika vio membuat kesalahan di pertemuan pertama, tamatlah riwayatnya. Perjodohan dengan anna pasti akan tetap di laksanakan..
"Baik, tuan..." ucap vio dengan sengaja membuat zafian semakin kesal..
Azka sudah turun lebih dulu, kemudian dia membukakan pintu untuk zafi dan vio..
"Seperti ini, kan ?" tanya vio..
Zafi langsung menoleh ketika tangan viola melingkar di lengan nya,
"Bukan.. Tapi seperti ini..."
Zafi menggenggam tangan vio. Hangat tanga zafi terasa di kulit tangan vio yang dingin. Dan semakin bertambah dingin karena perlakuan lelaki tampan itu..
Zafi tersenyum simpul, tak lama kemudian zafi menautkan jemari nya dengan jemari vio. Sungguh vio merasa sangat gugup, padahal sedari tadi dia lah yang terus menggoda zafi. Semua rasanya berbaur, namun akal sehat nya segera memberi pengertian..
"STOP, VIOLA!! Kau harus berhenti memikirkan yang tidak tidak.. Kau itu hanya wanita sewaan. Ingat tugas mu! Lakukan pekerjaan ini dengan profesional seperti biasanya. Jangan pernah gunakan perasaan mu!!"
Di balik interaksi manis mereka, ada hati yang merasa panas. Azka. Dia lah pemilik hati itu. Cemburu, ya, azka cemburu melihat bagaimana zafi dan vio saling melempar senyum dan menatap dengan tatapan yang dalam. Sentuhan demi sentuhan yang mereka lakukan semakin membuat dadanya sesak saja..
Zafi membawa vio masuk ke dalam. Para pegawai hotel nya langsung menyambut kedatangan orang paling berpengaruh di hotel tersebut..
"Silahkan, tuan.. Keluarga besar anda sudah menunggu.." Ucap manager hotel pada sang tuan dan calon nyonya besar nya..
Zafi dan vio mengikuti kemana pelayan itu akan membawa mereka..
Di sebuah ruangan khusus, terlihat sudah ramai oleh keluarga besar zafian. Mereka tidak terlalu fokus dengan kedatangan zafi sebab sedang sibuk dengan kegiatan masing masing..
"Zafian..." Lirih suara seorang wanita yang mampu membuat keluarga besar nya berhenti beraktifitas...
Semua orang memandang ke arah pintu masuk..
"Sepertinya kalian sedang sibuk! Kalau begitu silahkan di lanjutkan.." Zafi hendak membawa vio pergi, namun mama hani langsung mencegah nya..
"Tidak sopan! Kenapa tidak kau perkenalkan wanita yang datang bersama mu itu pada kami ? Oh.. Mungkin kau berpikir dia tidak pantas untuk berada di keluarga kita, begitu kan ?" Mama hani menaikkan satu sudut bibirnya, sengaja mengejek.. "Baguslah! Memang tidak ada yang bisa menggantikan Anna sebagai calon menantu ku.."
Vio berusaha untuk tidak terbawa emosi. Dia masih diam sebab zafi belum menyuruh nya bicara..
Sejujurnya vio amat terkejut dengan sikap wanita itu. Terlihat berpendidikan namun minim sekali adab...
"Ya, mama benar.. Aku memang tidak berniat mengenalkan wanita ku pada kalian! Aku takut jika wanita ku ini bergaul dengan kalian, sikap nya akan buruk seperti kalian semua!!"
Deg.
Vio reflek menoleh dan menatap zafi dari samping. Keluarga macam apa yang di miliki zafi sampai di pertemuan pertama ini terjadi perdebatan yang cukup sengit. Bahkan zafi berani melawan dan bicara seperti itu pada wanita yang dia panggil mama...
"Ayo, sayang.. Kita pergi! Kamu tidak pantas bergaul dengan mereka..." Zafi melepaskan genggaman nya, dia meraih pinggang ramping vio kemudian memaksa vio ikut melangkah bersama nya..
"ZAFIAN!! BERHENTI!!" Mama hani memekik cukup kuat. Membuat vio lagi lagi terheran heran akan sikap wanita itu..
Sambil melangkah vio terus menatap zafi dari samping..
"Berhenti melihat ku dengan tatapan seperti itu!!"
Spontan vio langsung mengalihkan pandangan nya, melihat lurus ke depan..
Zafi membawa vio ke sebuah kamar. Saat sudah di berada di dalam kamar, zafi pun melepaskan lingkaran tangan nya dari pinggang vio...
Zafi melepas dasi kupu kupu nya, membuka kancing kemeja nya lalu melempar jas nya ke sembarang tempat. Kemudian lelaki itu berjalan menuju lari pendingin, mengambil air kemasan botol lalu meneguk isi di dalam nya sampai tandas..
Vio tak mengerti dengan keadaan ini. Namun vio yakin zafi sedang tidak baik baik saja sekarang..
Zafi berdiri di balik dinding kaca yang besar. Memandangi jalanan ibu kota di malam hari dari balik kaca itu. Nafasnya masih terdengar memburu..
Vio mencoba untuk menghampiri. Lalu vio mengambil posisi berdiri tepat di samping pria itu..
"Apa kau tak ingin menanyakan sesuatu padaku ?" tanya zafi tanpa melihat ke arah lawan bicara nya..
"Tentang apa ?"
"Yang kau lihat tadi."
Vio tersenyum, "Tidak! Tapi jika kau ingin bercerita, aku siap menjadi pendengar mu.."
🖤