Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
"Ayo pulang sudah jam 10." ajak bi Yati pada kemenakannya.
"Bi, aku nginap di Mb Anti ya. Boleh?"
"Iya sudah gak apa², jangan ngompol ya!" peringat bibi.
"Iya bi." jawabnya malu², pasalnya masih ada teman² laki² juga yang tadarus.
"Ayo Tik kita pulang." Tika merupakan kemenakan tersayangnya bi Yati.
"Iya bi, ayo!" seru Tika. "Pulangnya jangan malam² ya Mb Anti dan Reni." ucapnya perhatian.
"Iya." jawab Reni dan Mb Anti bersamaan.
"Satu kali lagi ya baru kita pulang!" ucap Mb Anti. Maksudnya tadarusnya satu kali putaran lagi.
"Iya Mb."
***
"Ayo pulang!" ajak Mb Anti. Menunjukkan pukul 10.30 malam.
"Iya Mb. Berani gak Mb?"
"Berani kan kita pulangnya berdua, dekat juga."
"Tapi gelap Mb." memang dasarnya Reni yang takut gelap.
"Mau diantar kah?" tawar Roy. "Nanti sekalian aku juga mau pulang!" lanjutnya.
"Lah rumah kamu berlawanan dengan rumahku Roy! Ada² saja kamu ini." ucap Mb Anti.
"Gak apa² Mb, hanya dekat juga kembalinya. Ayo." Roy sudah jalan mendahului Mb Anti yang disampingnya ada Reni yang menjadi pendengar.
"Orang ngantar malah duluan! Hahaha." tawa Mb Anti.
"Nanti dibarengi gak mau, ya aku duluan."
"Kamu bawa sepeda kan Roy? Kenapa kamu tinggal?" tanya Mb Anti heran.
"Nanti aku kesini lagi ambil sepedaku. Masih ada anak² yang lain juga di Musola Mb."
"Oh ya sudah." ucapnya singkat. "Makasih ya Roy sudah nganterin kita pulang." setelah tiba didepan rumah Mb Anti berucap.
"Sama² Mb, aku langsung pulang ya!"
"Iya hati² Roy." ucapnya. "Ayo Ren masuk. Mungkin budemu sudah tidur sama pakde." lanjutnya.
"Iya Mb, apalagi nanti sahur kan harus cepat bangun Mb."
"Iya. Simpan situ saja alat sholatmu Ren." tunjuknya pada meja dalam kamar Mb Anti, apalagi mukenahnya Reni sudah dilipat rapi.
"Iya Mb, aku ke kamar mandi dulu ya Mb, temani yuk Mb. Hehehe." kamar mandi di samping rumah tapi harus keluar dari pintu samping.
"Ayo. Aku juga mau kencing." lalu turun dari ranjang menuju kamar mandi. "Ayo tidur karena nanti sahur. Puasa kan?"
"Iya lah Mb, harus belajar puasa sejak kecil." ucapnya jujur.
***
"Anti sahur! Loh ada Reni ternyata. Ayo sahur Ren." saat bude Ijah masuk kamar untuk membangunkan Mb Anti.
"Iya bude, aku nginap disini." jawabnya tersenyum sambil menguap karena masih mengantuk.
"Ayo sana sahur, ambil sendiri di dapur."
"Iya bude. Mb ayo bangun."
"Iya. Ayo Ren." beranjak menuju kamar mandi lalu ke dapur. Seusai makan sahur sambil nonton, saatnya menunggu waktu subuh.
"Kamu nanti kalau ibumu datang apa mau ikut pulang?" tanya pakde kepada Reni.
"Iya pakde, mau sekolah di kampung lagi."
"Apa sekolah disini gak enak?" tanya bude.
"Enak kok bude, tapi lebih enak di kampung. Hehehe." jawabnya.
"Disini enak banyak keluarga." ucap pakde mengompori.
"Iya enak disini Ren." lanjut bude. "Kapan ibumu kesini?" tanya bude.
"Gak tau bude, katanya bulan puasa kesini." dengan wajah sendu Reni menjawab.
"Gak jadi kesini ibumu, kamu sekolah disini saja." kata pakde. Selesai bercengkrama, Reni shalat subuh lalu tidur lagi, bangun jam 7 pagi.
"Mb Anti mana ya?" lalu melangkahkan kaki keluar kamar. "Oh itu pale menjemur." gumamnya pelan.
"Sudah bangun?" tanya Mb Anti.
"Iya Mb, aku mau pulang dulu ya Mb!" pamitnya.
"Kenapa pagi² sudah mau pulang?"
"Iya. hehehe." jawabnya kikuk.
"Iya hati². Lewat sini saja Ren lebih dekat." tunjuknya pada jalan pintas.
"Iya Mb." lalu jalan menyusuri jalanan pintas yang masih banyak pohon coklatnya. "Lewat sini serem banyak nyamuknya. Lariiii." gumamnya.
"Huh akhirnya sampai juga, gelap lewat sana serem! Gak pernah dilewati kapang!" gerutunya dalam hati.
***
"Tadi sahur Ren?" tanya nenek.
"Iya nek." jawabnya singkat.
"Berarti puasa hari ini? Anak kuat!" tanya nenek sekaligus memuji cucunya.
"Iya nek. Reni kuat puasa!" jawabnya sambil tersenyum. "Kapan ya ibuku kesini nek?" tanyanya penasaran.
"Mungkin satu minggu sebelum lebaran, ibumu pasti masih sibuk menjahit di rumah. Kenapa? Sudah rindu ibu ya?" tanya nenek sambil mengusap kepala Reni dengan penuh sayang.
"Masih lama ya nek! Ini saja baru dua hari puasa." ucapnya cemberut.
"Sabar. Nikmati masa² bermainmu disini, main sama teman, kumpul keluarga, sepupu, karena kalau sudah pulang ke Tenggara lama lagi baru kesini. Hm. Paham?" tanya nenek sambil menjelaskan kepada cucunya dengan bijak.
"Iya nek." jawabnya sambil mengangguk tanda paham dengan penjelasan nenek.
"Sudah mandi?" tanya nenek.
"Belum nek, masih pagi dingin. Berr." nenek melihat Reni hanya geleng² kepala. Lalu Reni pergi main di teras rumah sendirian.
"Ren. Hai! Main apa?" tanya Wati.
"Main jual²an, kamu mau kemana?"
"Mau ke rumah bapakku, antar ini." jawabnya seraya mengangkat barang yang dibawanya.
"Emang apa itu?" tanya Reni penasaran.
"Gado² atau pecel. Aku kesana dulu ya! Nanti aku kesini lagi." ucap Wati.
"Iya, nanti kesini ya?" tanyanya memastikan.
"Ok." Jawab Wati singkat seraya melangkahkan kakinya menuju rumah bapaknya.
Reni bermain masak² dan jualan bunga sendiri karena memang kurang temannya di kampung tersebut.
***
"Kenapa kamu tadi gak jadi datang main masak² sama aku? Aku tungguin tau!" kesal Reni saat bertemu di masjid.
"Maaf ya Ren, tadi bapakku nyuruh aku bantu mamak di rumahnya." ucapnya.
"Gitu. Ya udah deh!"
"Kamu gak marahkan Ren?" tanyanya.
"Sudah lewat juga."
"Baiknya teman aku ini." seraya mendekat untuk memeluk Reni. "Yuk shalat tarawih. Nanti tadarus ya!" lanjutnya.
"Iya. Tapi aku gak janji, aku tanya bibi dulu ya." ucapnya seraya bisik².
"Ssttt jangan ribut, orang shalat tarawih malah cerita." ucap ibu² ketus.
"Ssttt jangan berisik Wati. Hihihi." Reni dan Wati ketawa tanpa suara ngikutin gaya bicaranya ibu² tadi. Selesai shalat tarawih mereka tadarus bersama, cukup ramai hingga mendapatkan 4 Juz bacaan al-Qur'an. Masya Allah.
"Ayo pulang." ajak bibi.
"Ayo Wati pulang!" ajak Reni. "Kita ramai² biar seru." Ucapnya lagi. Akhirnya mereka pulang jalan kaki bersama.
"Bi, itu ponakan bibi cantik." Celetuk Roy.
"Ponakan bibi cantik semua Roy, ini perempuan semua." mereka bercanda tawa sambil mengobrol saat diperjalanan.
"Iya ya bi, perempuan semua."
"Kenapa memang kalau cantik Roy? Kamu naksir?" canda bibi. "Masih kecil Roy, sekarang itu belajar dulu biar sukses." nasehat bibi. "Biar kalau besar hidupnya mapan, punya ilmu yang banyak, jadi orang berpendidikan." lanjutnya.
"Iya bi." ucap Roy lesu.
"Kamu kelas berapa Roy?"
"Kelas tiga SMP bi, sudah mau ujian ini."
"SMP dimana kamu?"
"Di Kota bi, di Palopo. Ada keluarga disana."
"Bagus itu Roy, mau lanjut SMA disana juga?"
"Gak tau ini bi masih bingung, katanya mama di Masamba saja biar dekat."
"Iya supaya bisa kumpul keluarga Roy, seandainya di desa sini ada ya disini sekalian. Eh, sudah sampai rumah, ayo singgah semua!" ujar bi Yati.
"Terima kasih bi, kalau diundang buka puasa bersama (bukber) kami mau bi." ucap Roy.
"Terima kasih bi." ucap yang lain bersamaan.
"Wah bibi gak bisa janjikan, nanti kalau ada acara insya Allah bibi undang kalian. Kalian hati² ya." jelas bibi.
"Iya bi." mereka melanjutkan langkah menuju ke rumah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading ♡♡♡
Dukung terus karya author ☆☆☆