NovelToon NovelToon
Dunia Tempat Kamu Berada

Dunia Tempat Kamu Berada

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:789
Nilai: 5
Nama Author: rsoemarno

The World Where You Exist, Become More Pleasant

_______

"Suka mendadak gitu kalau bikin jadwal. Apa kalau jadi pejabat tuh memang harus selalu terburu-buru oleh waktu?"
- Kalila Adipramana

_______

Terus-terusan direcoki Papa agar bergabung mengurus perusahaan membuatku nekat merantau ke kabupaten dengan dalih merintis yayasan sosial yang berfokus pada pengembangan individu menjadi berguna bagi masa depannya. Lelah membujukku yang tidak mau berkontribusi langsung di perusahaan, Papa memintaku hadir menggantikannya di acara sang sahabat yang tinggal tempat yang sama. Di acara ini pula aku jadi mengenal dekat sosok pemimpin kabupaten ini secara pribadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rsoemarno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02.) Yayasan Muda Berguna

Chapter 2: Yayasan Muda Berguna

Selepas gelar sarjana resmi kuperoleh, Papa mulai rewel memintaku ikut bergabung di perusahaan. Aku yang sejak semula tidak pernah tertarik ikut campur mengurus perusahaan keluarga menolak keras permintaan Papa tersebut. Sebagai salah satu sumber penopang terbesar hidup mapan dan nyaman keluarga, aku tidak akan membiarkan diri ini mengacau perkara coba-coba yang sering digaungkan banyak pihak demi membujukku ikut andil dalam perusahaan.

Jiwa dan hatiku tidak pernah berada di bisnis keluarga.

Mama yang mengerti keinginanku menyarankan untuk merintis yayasan sosial dengan donatur utama dan tetapnya adalah perusahaan Adipramana. Dengan begitu aku tetap bisa ikut berkontribusi pada bisnis keluarga tapi tidak mengesampingkan keinginanku.

Aku tentu saja sangat setuju dengan usul Mama tersebut. Empat bulan penuh aku melakukan riset mendalam mengenai yayasan seperti apa yang ingin aku bentuk. Bertemu dan berdiskusi dengan banyak orang dan pihak pun terus aku lakukan. Dalam prosesnya yang panjang dan melelahkan tersebut Mama senantiasa mendampingiku mewujudkan mimpiku yang juga impian Mama sejak lama.

Mama sering mengajakku ikut serta dalam berbagai kegiatan sosialnya sejak aku kecil. Saking aktifnya Mama berkegiatan sosial, jiwa filantropiku pun juga ikut terbentuk karena Mama hampir selalu mengajakku ikut serta bila tidak ada halangan. Bahkan ketika menempuh pendidikan pun aku lebih aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi yang bersifat sosial daripada kegiatan belajar mengajarnya sehingga prestasi akademikku pun tidak begitu cemerlang.

Meski begitu, Papa dan Mama tidak pernah menekanku karena tidak memiliki prestasi yang cemerlang. Mereka berdua menyadari jika setiap anak punya keistimewaannya masing-masing. Bahkan Mama sangat senang ketika aku setuju untuk merintis yayasan sosialku sendiri.

“Terimakasih sudah membantu mewujudkan mimpi Mama, Kak.” bisik Mama ketika seluruh syarat legal pendirian Yayasan sudah kukantongi.

Tak ingin menunda waktu yayasan untuk segera beroperasi, aku langsung berangkat menuju kabupaten. Wilayah ini dipilih sebagai tempat dimulainya Yayasan Muda Berguna karena potensi anak mudanya yang menjanjikan. Semua sudah dipersiapkan dengan baik mulai dari kantor yayasan yang berada lokasi strategis hingga para relawan pegiat filantropi yang memiliki minat di bidang pengembangan pemuda.

Dan bisa-bisanya risetku melewatkan hal penting mengenai siapa pemimpin kabupaten ini sekarang.

“Waow… Apa ini?” seru Renata, salah satu relawan YMB seraya melambaikan sebuah kertas yang terlihat seperti undangan.

“Apa tuh?” tanya anak-anak relawan lain kepo. Mereka bergegas mengerumuni Renata.

Aku tersenyum melihat anak-anak muda yang sudah memiliki jiwa sosial tinggi di usianya sekarang. Selain Renata, ada 5 orang pemuda yang ikut bergabung menjadi relawan di YMB ini. Mereka bernama Arabella, Santika, Rama, Putra dan Yudha. Semuanya merupakan anak daerah asli sini yang juga masih aktif menjadi mahasiswa di kota sebelah.

“Undangan gathering ormas dari pemerintah kabupaten.”

“Waah… bukannya YMB baru berdiri beberapa hari ini ya? Tapi sudah bisa dapat undangan bergengsi dari pemerintah gini?” celetuk Rama.

“Koneksi Mbak Kalila kan ga main-main, Ram.”

“Ini undangan untuk 2 orang… Siapa yang diajak hadir, Mbak? Pingin ikut…” tanya Renata kepadaku penuh harap.

“Pastinya sama pasangannya, dong. Kamu jangan jadi obat nyamuk gitu, Ren.”

“Yee.. aku kan kepo, kalau acara pemerintah gini tuh kayak gimana.”

“Halah. bilang aja mau liat Mas Bupati secara langsung.”

“Bonus itu… Siapa sih yang ga mau ketemu langsung sama Mas Bupati ganteng yang masih single itu?”

“Yakin masih single? Rumornya kemarin bawa gandengan tuh Bupati di Open House keluarganya.”

Aku menegang mendengar celetukan terakhir Rama. Kemungkinan besar rumor tersebut berpotensi mengarah kepadaku, mengacu pada latar kejadian di acara open house Om Radja. Agar lebih pasti, aku berjalan mendekati anak-anak yang duduk mengelompok.

“Tau dari mana, Ram? Emang kamu hadir di acara itu?”

“Budheku yang pengusaha itu kan rekannya Pak Radja, jadi kemarin dapet undangan ke acara itu. Katanya sih budheku liat sendiri calonnya Pak Satya. Cantik banget gitu.”

“Liat fotonya! No Pic, Hoax ya.”

“Ga ada. Ketat banget acaranya, masuk aja semua alat komunikasi harus dititipin. Gimana mau foto coba?”

Aku menghela nafas lega mendengar keterangan yang disampaikan Rama. Baru tau juga jika acara kemarin mewajibkan semua alat komunikasi untuk dititipkan. Kemarin ponselku tidak diminta, jadi tetap kubawa masuk ke lokasi acara meski tidak keluar dari tas sama sekali.

“Lah, tamunya pada ga bisa pamer foto sama Mas Bupati dong?”

“Yaa kan kemarin juga bukan open housenya, Mas Bupati?”

“Tetep masih bisa pamer sih. Semua dokumentasi acara aman diurus sama WO keluarga Pak Radja. Jadi setiap tamu yang foto sama tuan rumah langsung dikirim hasilnya ke email masing-masing tamu.”

“Yaah…. Strict banget ya. Jadi gabisa liat muka calonnya Mas Bupati.”

Dalam hati aku bersyukur karena keluarga Om Radja yang sangat memperhatikan privasi. Bisa-bisa wajahku ini menghiasi kolom gosip panas kabupaten. Sepertinya aku harus menjaga jarak aman bila bertemu Mas Satya.

“Lagi pada bahas apasih? seru banget keliatannya.” sapaku.

Keenam anak muda ini berbalik menghadapku.

“Eh, Mbak Kalila. Ini lho ada undangan gathering ormas dari pemerintah.”

“Undangannya buat 2 orang lho, mbak.” info Renata. “Ntar perginya sama siapa, Mbak? Pacarnya ya?”

Aku tersenyum menanggapi kekepoan Renata. “Ga ada pacar. Kamu aja yang jadi plus one ku ntar gimana?” tawarku. “Atau yang lain ada yang mau?”

“Mau, Mbak. Mau banget aku. Kapan lagi bisa ketemu deket sama Mas Bupati?” sahut Renata antusias.

Aku menggeleng gemas. “Yang lain gimana? Ada yang kepengen juga?” tawarku ke anak-anak yang lain. “Kalau ada kalian aja yang datang mewakili. Kapan lagi kan bisa ketemu Mas Satya langsung?”

Mereka berenam berseru heboh.

“Waduh, manggilnya mesra banget, Mbak? Mas Satya.”

“Kenal dekat sama Mas Bupati ya, Mbak?”

Aku tersenyum tenang menanggapi godaan remaja di hadapanku ini. Kalau gugup malah makin menjadi nanti godaannya.

“Aku kan cuma ngikutin cara kalian manggil Bupatinya. Lagian namanya benar Satya kan? alamat riset lagi nih aku kalau salah.”

“Yaa bener sih. Tapi jarang aja ada yang manggil kaya Mbak Kalila gitu. Biasanya Pak Satya atau Mas Bupati.”

Aku tertawa. “Baiklah… Baiklah… Ntar aku ikut warga sini aja bagaimana manggilnya.” kataku menyerah. “Dimaklumi yaa… Kan bukan penduduk asli sini.” tambahku ngeles.

“Nikah sama orang sini aja, Mbak. Biar jadi penduduk tetap.”

Kembali aku tertawa. “Ya mohon doanya. Biar dapat jodohnya orang sini.” balasku menanggapi godaan mereka.

Kompak mereka mengamini perkataanku.

“Jadinya gimana nih? Ada yang mau pergi ke gatheringnya selain Renata?” tanyaku mengembalikan topik pembicaraan.

Mereka berlima kompak menggeleng. “Ga dulu, Mbak. Kami berlima ini orang sibuk. Cuma Renata aja yang gabut.”

“Waa ngajak berantem nih kalian? Awas aja ya kalau iri pengen ketemu Mas Bupati juga.”

“Sudah.. Sudah.. Renata siap-siap ya jadi plus one ku. Kapan sih acaranya?” leraiku.

“Nanti malam, Mbak.” jawab Renata seraya menyerahkan undangan kepadaku.

“Yang benar aja?” seruku kaget. Aku segera mengecek undangan yang sudah berada di tanganku. “Ini panitianya waras atau gimana? Ngasih undangan kok beberapa jam sebelum acara? Kalau ga niat ngundang yaudah gausah ngundang.”

Arabella terkikik mendengar gerutuanku. “Biasaaa, Mbak. Pemerintah kalau buat acara emang sukanya bikin gedandapan.”

Aku mendengus kesal. “Ga sehat ini iklimnya, kalau gini.” komentarku. “Kalau bukan gara-gara baru merintis, gamau aku hadir ke undangan kaya gini. Ga menghormati tamunya.”

“Sabar, Mbak…” kata Yudha. “Orang sabar jodohnya Mas Bupati.” lanjutnya.

“Aku juga mau sabar kalau itu ganjarannya.” seloroh Santika.

Aku segera berpamitan kepada anak-anak untuk mempersiapkan diri hadir di acara gathering nanti malam. “Duluan ya, teman-teman. Mau siap-siap dulu cari busana yang cocok.” pamitku.

”Renata, ntar aku jemput ke rumahmu setengah jam sebelum acara. Sudah harus siap ya.” peringatku yang sangat paham bagaimana cewek kalau berdandan.

“Siap, Mbak. Begitu mobil Mbak Kalila sampai depan rumahku, Aku sudah siap sedia di depan rumah.”

1
Shion Fujino
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
sweet_ice_cream
karya ini bikin aku merasa seperti ikut dalam ceritanya, sukses terus thor 🤗
Apaqelasyy
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!