Tak ada satupun orang tahu bahwa sang casanova rupanya masih perjaka. Telah banyak wanita yang tidur dengannya, tapi rupanya tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya bergairah.
Trauma di masa lalu membuat Andra Struick menjadi seorang pria impoten. Sehingga dia mencoba mengencani banyak wanita untuk bisa membuatnya sembuh dari impontennya.
Tapi bagaimana kalau ternyata satu-satunya wanita yang bisa membuatnya bergairah adalah musuh bubuyutannya? Apakah Andra akan menerima takdirnya? Atau memilih tidak menikah sama sekali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Bukannya kamu tidak terima karena aku sudah mencium kamu? Apakah kamu ingin aku mengembalikan ciuman itu agar impas dan menganggap bahwa kita tidak pernah berciuman?" Tanya Andra dengan tatapan menggoda.
Bukannya tergoda, tapi Sadrina malah mencubit pinggang Andra, membuat pria itu merintih kesakitan. Dia sedikit menjauhkan jaraknya dari Sadrina sambil mengusap-usap pinggangnya.
"Shhh.... arrrghhh!"
"Sudah ku katakan, aku akan menghajar kamu jika kamu berani berbuat macam-macam padaku lagi!" Ancam Sadrina sambil menunjukkan bogemannya kepada Andra.
Andra mendengus kesal, dia malah menonyor kepala wanita itu. "Siapa juga yang ingin mencium kamu lagi? Kamu sama sekali tidak bisa diajak bercanda. Baru kali ada seorang pembantu yang sudah membuat kening majikannya benjol, menendang kaki majikan, dan mencubit pinggang majikan. Berapa kerugian yang harus aku tuntut padamu?" Protesnya.
Sadrina tidak ingin kalah, dia kembali membahas ciuman yang tadi. "Lalu berapa kerugian yang harus aku tuntut padamu? Kamu sudah merebut ciuman pertama aku. Itu sama saja kamu telah menghancurkan mimpi aku."
"Oke, karena kita sama-sama dirugikan, aku anggap masalah kita impas. Asalkan kamu tahu, semua karyawan mentertawakan aku gara-gara kening aku benjol begini." Andra berkata sambil menunjuk keningnya yang benjol.
Sadrina hanya bisa menahan tawa ketika memandangi keningnya Andra. "Salahkan dirimu sendiri, kenapa semalam main masuk ke kamar aku tanpa mengetuk pintu dulu. Hm, ya sudah aku mau kembali ke mansion. Pekerjaan aku masih banyak." Pamitnya kepada Andra.
Namun, Andra mencegah Sadrina untuk pergi. "Tunggu dulu! Ada yang ingin aku bicarakan kepadamu. Ini sangat penting."
...****************...
Sudah hampir setengah jam Andra dan Sadrina duduk di sofa, Sadrina dibuat kesal kepada Andra karena pria itu sampai kini belum berbicara juga kepadanya. Padahal Sadrina sangat penasaran, hal penting apa yang ingin Andra bicarakan kepadanya.
Bagaimana tidak berat untuk mengatakannya. Bagi Andra ini adalah keputusan terberat di dalam hidupnya, karena dia harus memutuskan untuk mengikuti saran dari Farrel, menjadikan Sadrina sebagai istrinya. Walaupun hanya sementara, karena tidak mungkin dia mau tinggal bersama dengan wanita itu dalam waktu yang lama. Yang penting dia menikah, ayahnya meresmikan dia menjadi pemimpin di perusahaan, dan rahasianya akan aman.
"Katanya ingin bicara, mengapa belum bicara juga, Grandong?" tanya Sadrina dengan nada kesal.
"Tunggu sebentar! Sebenarnya ini adalah hal yang paling berat di dalam hidup aku. Makanya aku berat untuk mengatakannya." Ucap Andra, dia nampak berkeringat dingin dan tangannya sedikit gemetaran.
Sadrina mengerutkan keningnya, dia tidak paham, memangnya apa yang ingin dikatakan oleh Andra kepadanya sampai pria itu merasakan berat untuk mengatakannya?
Sadrina membelalakkan mata ketika dia mencoba untuk menebak apa yang akan dibicarakan oleh Andra. "Apakah mungkin dia ingin melunaskan semua hutang aku karena tidak tahan hidup bersama aku selama satu minggu ini? Makanya dia berat untuk mengatakannya." Seru hatinya.
Karena memang selama ini Sadrina berusaha agar membuat Andra tidak tahan dengan kelakuannya, agar pria itu menyerah dan memecat Sadrina.
Sadrina pun berkata kembali di dalam hatinya, "Yes, itu artinya rencana aku berhasil. Akhirnya aku bisa bebas dari si Grand..."
Sadrina tidak meneruskan perkataan yang ada di dalam hatinya itu ketika mendengar perkataan Andra, membuatnya hampir mau pingsan.
"Mak Lampir, menikahlah denganku!"