Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTMC 29
Brian yang membawa tubuh Kaila dalam gendongannya nyatanya mampu membuat beberapa tamu mengalihkan atensi mereka.
Keluarga pun yang melihat hal itu langsung berjalan menghampiri Brian dengan perasan khawatir.
"Kaila kenapa Bri?" tanya om Andreas yang lebih dulu sampai di hadapan Brian.
Karena kebetulan dirinya dan sang istri sedang berbincang dengan salah satu kolega bisnisnya yang duduk tak jauh dari posisi Brian.
"Kaila terkunci di toilet om." jawab Brian dengan nada dingin. Terlihat dengan jelas sekali jika pria itu saat ini sedang berusaha menekan amarahnya.
"Apa!" seru Tante Wanda. "Kok bisa?" tanyanya dengan heran dan Brian hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Mau langsung tanya-tanya pada Kaila, tapi melihat Kaila yang menangis tersedu-sedu membuat dirinya tak tega.
"Cepat bawa ke kamar Bri, tenangin Kaila." saran tante Wanda. "Ayo " ajaknya namun langsung di tolak oleh Brian.
"Tante di sini saja, biar Kaila sama Brian ... ini acara kalian, jadi kalian harus tetap di sini." kata Brian pada sang tante.
"Tapi ... " kata tante Wanda.
"Gak apa-apa tan, biar aku coba buat tenangin Kaila dulu." potong Brian yang membuat tante Wanda mau tak mau setuju dengan keputusan tersebut.
Semua tamu undangan terutama pihak keluarga menatap nanar kepergian Brian yang membawa Kaila.
"Kenapa semua ini bisa terjadi." kata kakek Bili dengan heran.
"Aku juga gak tau pa." sahut om Andreas. "Tapi aku yakin ada sesuatu yang gak beres di sini, heran aja kok tiba-tiba Kaila bisa terkunci di dalam toilet." sambungnya mengungkapkan praduga yang ada di kepalanya.
"Mama sepemikiran dengan papa." sahut tante Wanda.
Tanpa membuang waktu, Samuel yang juga ada di sana langsung bergegas menuju ke ruang keamanan di mana kontrol cctv semua sudut hotel terakses di sana. Kebetulan hotel ini adalah milik keluarga Davis, jadi hal itu lebih memudahkan Samuel untuk mencari tau.
❤️
Sesampainya di kamar, Brian langsung membaringkan tubuh Kaila di ranjang dan tak lupa menyelimutinya. Wanita itu sudah tertidur lelap sejak di dalam gendongannya tadi, mungkin efek dari kelelahan.
Brian kemudian melemparkan jas yang dia kenakan ke sandaran sofa, baru setelah itu menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa itu juga.
Menyandarkan tubuhnya dengan tangan yang mulai membuka satu persatu kancing kemeja bagian atas hinga tiga kancing terlepas. Dia juga melepas kancing di pergelangan tangannya dan menggulungnya hingga siku.
Baru saja ingin memejamkan kedua matanya, namun langsung di urungkan karena. mengingat sesuatu.
Di raihnya ponsel yang masih tersimpan di saku celana untuk menghubungi seseorang.
"Bagaimana?" tanyanya to the poin tanpa basa-basi sedikit pun begitu panggilan tersambung.
" . . . "
"Bagus." sahut Brian dan langsung mematikan sambungan.
Brian menegakkan badannya sebentar dengan mata terus menatap ke arah Kaila.
"Maaf, karena berada di sampingku kamu jadi terluka beberapa kali." lirih Brian yang merasa begitu sangat bersalah pada Kaila. "Aku janji bakal bales orang-orang yang sudah dengan lancang nyakitin kamu yank." sambungnya lagi. Kini tatapan matanya yang tadinya sendu berubah menjadi tatapan penuh kilatan amarah di dalamnya.
Dia yakin kejadian yang menimpa Kaila kali ini pasti juga ada sangkut pautnya dengan dirinya.
❤️
"Tolong ... hiks ... hiks ... buka pintunya."
Brian yang tertidur di sofa tiba-tiba terbangun kerena mendengar sayup-sayup suara seseorang.
"Tolong."
"Kaila." gumam Brian dan langsung menghampiri Kaila yang masih terbaring di ranjang dengan mata tertutup.
Sepertinya kejadian terkunci di toilet masih begitu membekas pada gadis itu hingga terbawa hingga ke alam bawah sadarnya.
"Kai, sayang ... " lirih Brian begitu sudah dekat.
Namun pria itu kaget ketika tangannya menyentuh pipi Kaila yang ternyata terasa panas.
Brian pun beralih menyentuh kening dan lengan Kaila untuk memastikan keadaannya.
"Kai, sayang ayo bangun dulu." kata Brian dengan lembut di iringi elusan di pipi Kaila agar wanita itu lekas bangun.
"By." lirih Kaila yang langsung duduk dan memeluk tubuh Brian. "Jangan tinggalin aku ya by, aku takut." kata Kaila.
"Aku gak akan ninggalin kamu sayang, sekarang lepas dulu ya ... aku mau hubungi Samuel untuk siapin mobil, kita ke rumah sakit ... badan kamu panas sayang." ucap Brian panjang lebar.
"Gak mau ... aku gak mau kerumah sakit by." tolak Kaila. "Aku baik-baik saja, bentar lagi juga panasnya bakal turun." imbuhnya lagi.
Brian tetap menghubungi Samuel begitu pelukan mereka terlepas karena Kaila kembali tertidur. Demi kesehatan Kaila, tentu saja Brian tak akan menyerah begitu saja hanya karena penolakan gadis tersebut ... jika Kaila tak ingin di bawa kerumah sakit, maka Brian meminta Samuel untuk membawa sang tante memeriksa wanitanya.
"Bri." panggil tante Wanda yang datang bersama Samuel juga om Andreas. Mereka sudah mengunakan piyama karena memang hari sudah hampir dini hari.
Pintu kamar memang sedikit Brian buka, jadi memudahkan mereka untuk langsung masuk tanpa harus mengetuk atau di bukakan pintu terlebih dahulu.
"Badan Kaila panas tan." jawab Brian.
Tante Wanda langsung mengeluarkan alat periksa dari dalam tas yang di bawanya.
Mengeluarkan termometer untuk mengetahui suhu tubuh Kaila saat ini, juga mengeluarkan stetoskop untuk memeriksanya, tak lupa pula memeriksa tekanan darahnya.
"Bagaimana tan?" tanya Brian saat keduanya sang tante sudah selesai memeriksa dan mulai menuliskan sesuatu di kertas.
"Panasnya cukup tinggi Bri, hampir 39° ... tekanan darahnya juga rendah, tante rasa kejadian di toilet tadi cukup membuat Kaila syok hingga sakit seperti ini." jawab tante Wanda yang membuat tangan Brian terkepal. "Ini resep obat untuk Kaila." sambungnya dengan memberikan secarik kertas pada Brian.
Brian pun langsung menerimanya dan memberikan pada Samuel. Tanpa harus menunggu di perintah, pria itu dengan sigap bergegas pergi untuk menebus obat ke apotek yang buka 24 jam.
"Sam, tolong sekalian carikan makanan untuk Kaila ya, di harus makan sebelum meminum obatnya." kata tante Wanda sebelum Samuel menghilang di balik pintu.
Samuel hanya menganggukkan kepalanya dan kembali berjalan keluar.
Tante Wanda masuk ke dalam kamar mandi, begitu keluar beliau membawa satu wadah berisi air hangat dan juga membawa sebuah handuk kecil di tangannya.
"Untuk apa tan?" tanya Brian keheranan.
"Untuk mengompres Kaila sambil menunggu obatnya datang." jawab tante Wanda.
Begitu wanita paruh baya itu hendak menyelupkan handuknya ke wadah, Brian lebih dulu bersuara sehingga membuat pergerakan tante Wanda terhenti.
"Biar Brian aja tan." kata Brian.
Dengan senang hati Tante Wanda memberikan handuk tersebut lalu menggeser posisinya.
Brian terlihat sangat begitu telaten mengompres kening Kaila dengan harapan panasnya cepat turun.
"Cepat sembuh ya sayang." gumam Brian menatap wajah pucat Kaila.
Sedangkan tante Wanda dan om Andreas memilih untuk duduk di sofa menunggu hingga Samuel datang membawa obat-obatan yang di butuhkan untuk Kaila.