Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 18 - Permen Stroberi
Tubuh Aylin terasa merinding saat dia keluar dari ruangan sang dosen. Dua ciuman yang dia berikan pada pak Aland rasanya tak mampu Aylin lupakan. Selalu mampu membuat tubuhnya berdesir seperti ini.
Sampai-sampai Aylin merasa basah di bawah sana, ingin pipis dan membersihkan tubuhnya sebersih- bersihnya.
"Hii! Benar-benar menjijjikkan," kesal Aylin, dia berlari menuju kamar mandi terdekat.
Saat kembali ke meja kerja, sudah ada Nora dan William di sana. Aylin telat 2 menit, membuat Nora menatap remeh pada musuh bebuyutannya tersebut. Hari pertama saja Aylin sudah membuat ulah, dia yakin belum 1 tahun Aylin bekerja di sini tapi nona muda tersebut sudah dipecat secara tidak terhormat.
Nora sudah bisa menilai bahwa Aylin bekerja di perusahaan ini karena William, jika bukan karena itu tak seharusnya Aylin bekerja di sini sementara keluarganya sendiri pun memiliki perusahaan properti.
*
*
Jam 5 sore para karyawan mulai meninggalkan meja kerja mereka masing-masing, ada pula beberapa karyawan yang memgambil lembur untuk mengejar deadline.
Aylin yang sudah janjian dengan sang dosen untuk pulang bersama jadi memilih untuk keluar paling akhir. Aylin lantas pura-pura sibuk sendiri, belum ingin beranjak dari meja kerjanya.
"Aylin, apa yang kamu kerjakan? Ayo kita pulang," ajak William, tidak ada Nora diantara mereka berdua. Nora sudah pergi lebih dulu karena dia memiliki janji temu dengan Sella.
"Pulanglah lebih dulu Wil, aku masih menunggu kakakku, kami akan pulang bersama," jawab Aylin, sejujurnya dia masih menjaga jarak pada pria tersebut. Pria yang kini tampilannya benar-benar berubah, terkadang Aylin justru merasa dia tidak mengenal William.
Baginya William yang sesungguhnya adalah William yang menggunakan kaca mata dan nampak culun, bukan William yang saat ini.
"Apa masih lama? Katakan padanya bahwa kamu akan pulang denganku," balas William.
"Tidak, mungkin 10 menit lagi sampai. Kamu pulang lah lebih dulu."
"Kalau begitu aku akan temani kamu menunggu."
"Tidak usah Will, pergilah."
"Kenapa? Kamu tidak merasa nyaman?"
"Sejujurnya iya, sebelumnya kita juga tidak terlalu akrab kan. Jadi lebih baik seperti dulu saja, kita hanya akan bekerja secara profesional di sini," balas Aylin yang tak ingin basa basi, dia bahkan menatap dengan sorot matanya yang serius.
Memang seperti inilah Aylin, terkadang dia terlihat begitu dingin. Seperti tak mudah disentuh.
Namun sikap Aylin seperti inilah yang membuat William makin mengaguminya, Aylin tak pernah berubah, tak peduli meski dia cupu ataupun tidak.
Diam-diam William tersenyum kecil sekali, sampai Aylin sendiri tak mampu menyadarinya.
"Baiklah, aku akan pergi lebih dulu. Tapi ku rasa kita tidak bisa seperti dulu lagi, karena aku ingin kita jadi teman yang dekat," balas William, dia mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Sebuah benda kecil yang kemudian dia ulurkan pada Aylin.
"Menunggu pasti membosankan, aku punya permen stroberi untuk mu. Tadi aku ambil di kantin," ucap William.
Sebuah permen dengan bungkus merah muda dia berikan pada Aylin dan gadis tersebut tak punya pilihan untuk menolak.
Aylin menerimanya tanpa protes sedikitpun, "Terima kasih," kata Aylin dengan suara yang terdengar datar.
Tapi seperti itu saja sudah membuat William merasa puas. William mengangguk dengan senyumnya yang terukir lebar.
"Aku pergi dulu, sampai bertemu besok pagi," pamit William.
Aylin hanya mengangguk saja, dia tidak sadar jika sejak Aland terus memperhatikan pembicaraannya dengan William.
Di kursi kerjanya Aland tak sengaja melihat ke arah Aylin, siapa sangka gadis itu justru tengah terlibat pembicaraan inttim dengan William.
Karena Aylin pernah berkata akan menjadikan William kekasihnya, jadi kini Aland tak bisa memalingkan wajah. Dia justru menebak-nebak sendiri apa yang sedang dibicarakan oleh kedua orang itu.
Jujur saja penampilan William yang sudah berubah membuat Aland pun terkejut dan kini makin terkejut ketika melihat kedekatan William dan Aylin.
"Apa sebenarnya mereka memiliki hubungan?" gumam Aland.
"Siang tadi dia menciumku sampai dua kali dan sore ini dia menggoda pria lain," ucap Aland lagi.
Entah kenapa dia merasa tak suka dengan tindakan Aylin tersebut. Aland lantas mematikan komputernya dengan kasar. Di luar mulai nampak sepi dan akhirnya Aland keluar.
Aylin yang melihat pergerakan sang dosen pun langsung mengikuti, sampai akhirnya mereka berdiri di depan pintu lift hanya berdua saja.
"Apa kamu dan William memiliki hubungan?" tanya Aland langsung, dia paling tak suka memendam pertanyaan.
"Hah?" balas Aylin, bingung sendiri dengan pertanyaan tersebut.
"Selama jadi kekasih ku jangan menggoda pria lain," balas Aland lagi, yang tak ingin Aylin terlibat dengan banyak pria. Bagaimana pun kini Aylin adalah kekasihnya, jadi Aylin hanya boleh terlibat dengannya.
"Memangnya siapa yang aku goda?" tanya Aylin.
Aland belum sempat menjawab, namun pintu lift sudah terbuka. Jadi pria itu langsung masuk dan Aylin mengikuti.
"Aku menggoda siapa? Perasaan yang aku goda cuma Bapak," balas Aylin lagi. Sumpah, tak terbesit nama William di dalam benaknya. Karena baginya memang William bukan siapa-siapa.
William tak pernah mengusik hidupnya seperti pak Aland.
Dan mendengar penjelasan Aylin itu, Aland jadi terdiam. Mempertanyakan juga pada dirinya sendiri kenapa jadi seperti ini. Kenapa dia sampai menuntut Aylin dengan berlebihan.
'Tidak mungkin aku cemburu,' batin Aland.