NovelToon NovelToon
SETELAH KAU JANDAKAN

SETELAH KAU JANDAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Penyesalan Suami
Popularitas:881.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Mama Mia

Ina meninggalkan keluarganya demi bisa bersama Ranu, dengan cinta dan kesabarannya, Ina menemani Ranu meski masalah hidup datang silih berganti.

Setelah mengarungi bahtera selama bertahun-tahun, Ranu yang merasa lelah dengan kondisi ekonomi, memutuskan menyerah melanjutkan rumah tangganya bersama Ina.

Kilau pelangi melambai memanggil, membuat Ranu pun mantap melangkah pergi meninggalkan Ina dan anak mereka.

Dalam kesendirian, Ina mencoba bertahan, terus memikirkan cara untuk bangkit, serta tetap tegar menghadapi kerasnya dunia.

Mampukah Ina?
Adakah masa depan cerah untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Hari berganti, minggu berlalu, bulan pun terus berjalan. Tanpa terasa sudah tiga bulan Ina bercerai dari suaminya. Perjalanan terasa lebih ringan baginya, dengan dukungan dari keluarga dan teman yang menyayanginya.

Ina sedang sibuk mengecek pesanan di meja kasir Restoran. Aroma rempah-rempah khas masakan Indonesia memenuhi ruangan. Jenong, sahabatnya sekaligus partner bisnis, sedang asyik mengobrol dengan seorang pelanggan di meja pojok.

Suasana restoran ramai, dipenuhi pelanggan yang menikmati hidangan siang. Tiba-tiba,,,,,

Brukkk!

Sebuah benturan kecil mengagetkannya. Ina menoleh, seorang gadis kecil mungil, mungkin berusia sekitar enam tahun, berdiri terhuyung-huyung di dekatnya, matanya berkaca-kaca. Di tangannya, ia menggenggam erat sebuah boneka kelinci kecil yang tampak lusuh.

"Maaf, Tante," ucap gadis kecil itu, suaranya terbata-bata, bibirnya bergetar. Boneka kelincinya jatuh, tergeletak di lantai yang mengkilap. Rambutnya yang panjang terurai, menutupi sebagian wajahnya yang memerah. Ina tersenyum lembut, membungkuk untuk mengambil boneka itu.

"Tidak apa-apa, Sayang," kata Ina, Ia membersihkan debu yang menempel di boneka kelinci. "Kamu tidak apa-apa, kan?" Ia memeriksa tubuh mungil gadis itu, memastikan tidak ada luka. Gadis kecil itu menggeleng pelan, masih terisak. Ina mengulurkan boneka itu kembali. "Nih, kelincinya."

"Makasih, Tante," ucap gadis kecil itu, menerima bonekanya dan memeluknya dengan erat. Ia masih terisak, matanya berkaca-kaca.

Ina mengusap lembut kepalanya. "Jangan nangis lagi, ya. Sudah tidak sakit lagi, kan?"

“Mama,, Mama,,,,?" gadis kecil itu menatap Ina dengan sorot sendu, suaranya semakin terisak. Tangan mungilnya terulur, Ingin menggapai wajah Ina.

Ina tertegun sejenak. Kenapa gadis kecil ini memanggilnya ‘mama’?

Ina menggendong gadis kecil itu, merasakan tubuh mungil yang gemetar karena tangis. "Tenang, ya. Mama pasti sedang mencari kamu. Kita tunggu di sini, ya?" Ina mengusap lembut punggung gadis kecil itu, mencoba menenangkannya. Ina berpikir, mungkin saja gadis kecil itu terlepas dari perhatian mamanya.

Ina memanggil Jenong, menjelaskan situasi. Jenong, dengan sigap, membantu Ina, menenangkan gadis kecil itu, dan menyuruh seorang pegawai untuk mengumumkan melalui speaker tentang gadis kecil itu, yang kemungkinan terpisah dari orang tuanya.

*

Ina masih sibuk menenangkan gadis kecil itu, yang tak mau turun dari pangkuannya. Sesekali mengusap lembut punggungnya.

Tiba-tiba, dari arah kursi pengunjung, seorang laki-laki berlari tergopoh-gopoh ke arah mereka. Ia tampak panik dan wajahnya penuh keringat.

Gadis kecil yang masih berada dalam pelukan Ina, mendongak melihat laki-laki tersebut. Matanya yang sembab itu melebar, dan isakannya tiba-tiba berhenti. Ia dengan cepat turun dari pangkuan Ina, dan berlari kecil menghampiri laki-laki tersebut.

Laki-laki itu, yang tampaknya sudah mengenali gadis kecil tersebut, segera berjongkok dan membuka kedua tangannya. “Rara,,,” panggilnya.

Gadis kecil yang dipanggil dengan sebutan Rara itu langsung menghambur ke pelukan laki-laki tersebut, memeluknya erat-erat sambil menangis tersedu-sedu.

“Papa,,,!” Gadis kecil itu terisak di pelukan.

Ina dan Jenong saling berpandangan, lega melihat pertemuan mengharukan tersebut.

Laki-laki itu mengelus lembut rambut putrinya, sambil membisikkan kata-kata penghibur. Ia tampak lega dan bersyukur telah menemukan putrinya.

Laki-laki itu, yang ternyata adalah Papa dari gadis kecil itu, berdiri sambil menggendong putrinya. Ia menoleh ke arah Ina dan Jenong, wajahnya dipenuhi rasa syukur dan permintaan maaf. "Terima kasih banyak, Bu. Saya tak tahu harus bagaimana membalas kebaikan kalian," ujarnya dengan suara bergetar.

Tadi dia hanya ke toilet sebentar, siapa sangka putrinya yang sudah dia pesan untuk duduk menunggu di kursi mereka, malah pergi mencarinya. Dia sempat panik saat tak menemukan putrinya, beruntung ada seorang pelayan yang memberitahu keberadaan putrinya

Ina tersenyum simpul. "Tidak apa-apa, Pak. Yang penting sekarang anak Bapak sudah ditemukan."

"Kami senang bisa membantu,” Jena menambahkan.

Suasana tegang di restoran perlahan mereda, digantikan oleh rasa lega dan syukur.

Ina tersenyum simpul, lega melihat Rara sudah aman. Tapi saat melihat lebih dekat wajah Papa Rara, sesuatu yang familiar menyambar ingatannya. Wajah itu… ada sesuatu yang sangat mirip dengan seseorang yang pernah ia temui.

Garis-garis wajahnya, sorot matanya, juga suaranya yang tadi dia dengar, semuanya terasa begitu dekat. Ingatan tentang seorang sopir taksi di Surabaya, yang pernah menolongnya, tiba-tiba muncul.

"Pak," Ina memulai, sedikit ragu, "Maaf, saya mungkin agak lancang bertanya… tapi…bukankah Bapak yang menolong saya waktu di Surabaya beberapa bulan yang lalu?”

Papa Rara mengerutkan dahi, sedikit bingung. "Benarkah, Bu? Sebelum ini saya memang tinggal di Surabaya untuk urusan pekerjaan, mungkin Ibu pernah melihat saya."

"Bukan hanya mungkin, Pak," Ina melanjutkan, hatinya berdebar. "Tapi saya benar-benar ingat. Bapak yang menolong saya waktu saya mencari suami saya. Saya tidak mungkin lupa dengan orang yang telah berbaik hati pada Saya.”

Papa Rara terdiam sejenak, menatap Ina dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dia memang pernah menolong seseorang dengan cerita yang sama, tetapi,,,, Papa Rara kemudian memindai penampilan Ina dari atas sampai bawah, sangat kontras dengan wanita yang pernah ditolongnya.

Namun, saat ia menatap Ina lebih lama, sebuah gelombang kesedihan yang dalam menyapu wajahnya, matanya berkaca-kaca, dan bayangan rindu yang tak terkatakan terukir di setiap garis wajahnya. Bibirnya bergetar, dan seolah-olah ada sesuatu yang menyentuh hatinya.

"Wah, ini sungguh suatu kebetulan yang luar biasa, Bu. Saya tidak menyangka kalau kita bisa bertemu lagi." Ia menghela napas panjang.

“Waktu itu saya belum sempat mengucapkan terima kasih dengan benar. Bagaimana kalau sekarang saya mentraktir Bapak sebagai ungkapan terima kasih yang tertunda?” usul Ina.

“Mana bisa begitu? Hari ini juga Ibu sudah menolong saya dengan membantu putri saya.”

Jenong, yang sedari tadi mengamati interaksi mereka, muncul senyum tipis di bibirnya. Matanya berbinar-binar, seolah menemukan adanya benang merah yang akan mengikat keduanya. Ia menyilangkan tangan di dada, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum kecil yang penuh arti.

Jena pernah mendengar dari Ina tentang temannya itu yang ditolong oleh sopir taksi waktu mencari suaminya di Surabaya, dan sekarang mereka dipertemukan di sini. Ini bukan suatu kebetulan, kecuali Yang Di Atas telah merencanakannya.

***

Matahari sore menyinari wajah Ranu yang lelah. Punggungnya terasa remuk, tangannya pegal. Semua pekerjaan rumah tangga ada di pundaknya. Mencuci, memasak, membersihkan rumah, bahkan merawat taman yang mulai liar—semuanya ia kerjakan sendiri. Siska? Ia lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, pulang larut malam dengan wajah yang selalu tampak puas.

Ranu menghela napas panjang. Ia merasa seperti bukan lagi kepala rumah tangga, melainkan pekerja keras yang dibayar dengan sedikit perhatian dan banyak perintah. Malam ini, amarahnya memuncak.

“Siska! Kita perlu bicara!” serunya saat Siska masuk, mengenakan gaun baru yang berkilauan. Ia mencium sekilas pipi Ranu, lalu duduk di sofa tanpa menaruh perhatian pada Ranu yang masih berdiri di ambang pintu dapur.

“Bicara apa lagi? Aku lelah. Hari ini aku menghadiri acara amal di hotel. Sangat melelahkan.” Siska menjawab sambil mengusap rambutnya.

“Lelah? Aku juga lelah, Siska! Kau tinggalkan aku sendiri untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah!” Ranu berkata, suaranya mulai meninggi.

“Oh, jadi kau mengeluh? Kau pikir ini rumahmu? Kau hanya menumpang di sini, Ranu. Aku yang membayar semua tagihan, aku yang mengurus semuanya. Kau hanya perlu bekerja keras untuk membantuku.” Siska tertawa kecil, sinis.

“Apa maksudmu menumpang?! Ini rumah kita, Siska! Kita menikah, kita membangun rumah tangga ini bersama!” Ranu berusaha menjaga nada suaranya, meski rasa marahnya tak tertahan.

"Idihhh, jangan berlagak sok romantis. Kamu pikir aku tidak tahu, Kamu dan keluargamu hanya memanfaatkan kekayaanku.!” Siska menatap Ranu dengan tatapan tajam. “Dan apa katamu tadi, kita? Membangun rumah bersama? Hello,,, apa kamu tidak salah bicara? Rumah ini milikku, sudah ada sejak sebelum kamu menjadi suamiku, dan jangan lupa kalau kamu masuk ke rumah ini hanya membawa baju yang melekat di tubuhmu saja!”

“Kau berubah, Siska. Kau bukan wanita yang kukenal dulu.” Ranu terdiam sejenak, menahan amarahnya.

“Aku berubah? Mungkin. Karena aku sadar, aku telah membuang waktuku untuk pria miskin seperti dirimu. Aku menyesal bersedia menerima tawaran Sugi menikah denganmu, hanya agar tidak disebut janda. Tapi setelah aku pikir-pikir, menjadi janda kaya lebih menyenangkan, daripada memiliki suami yang tidak berguna sepertimu!” Siska menjawab tajam, lalu berlalu pergi.

Ranu merasa hancur. Ia terpaku di tempatnya, merasakan penyesalan yang mendalam. Perubahan sikap Siska membuat Ia teringat akan sosok Ina, istri pertamanya.

Rindu pada Ina mengalir deras dalam hatinya, mengingatkan pada senyuman hangat dan tatapan lembut yang selalu wanita itu berikan. Ina yang tak pernah membantah, Ina yang selalu menurut apa pun perintah dia dan ibunya. Dan Ina, yang telah dia buat kecewa sedemikian rupa.

“Kenapa aku tidak menyadarinya lebih awal? Kalau saja aku bisa jadi suami yang baik,,,,” bisik Ranu pada dirinya sendiri, saat ia berjalan ke jendela dan menatap langit yang mulai gelap. Kenangan akan Ina menghantuinya. Setiap tawa dan setiap momen bahagia yang mereka bagi kini terasa seperti bayangan yang menyakitkan. Ia ingat betapa Ina selalu mendukungnya, tidak peduli seberapa sulitnya keadaan.

Akan tetapi semua berubah, sejak ibunya selalu ikut campur dalam urusan rumah tangganya. Dan betapa bodohnya dia yang tak pernah bisa bersikap tegas. Dia yang selalu menuruti perkataan ibunya. Dan puncaknya ketika ibunya menerima tawaran Sugi untuk menikahkan dirinya dengan Siska. Dia yang tergiur oleh iming-iming hidup mewah.

Kini, ketika Siska mulai menunjukkan sisi lain dalam dirinya, Ranu merasakan penyesalan yang mendalam. Ia menyadari bahwa sikap Siska yang arogan membuatnya merindukan kehangatan dan ketulusan yang pernah ada dalam hubungannya dengan Ina.

“Tidak ada wanita yang lebih baik dari Ina,” Ranu berkata pelan, menatap kosong. “Tapi aku membuangnya begitu saja.”

Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Ranu merasa seolah ia telah mengubur kesempatan untuk kebahagiaan sejati. Ia ingin kembali ke masa lalu, memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya.

Bolehkah dia berharap,,,,,

Adakah Ina mau memberinya kesempatan,,,,,,,

1
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
jika ada yg bs bersikap sprti b rahayu alangkah damainya, kbykan orgtua selalu benar dan enggan merasa or mengakui salah mk g sudi mnta maaf, ttp yg muda lah wlpn yg d dzalimi
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
tendang wae kui pasutri benalu..
Nar Sih
ina pasti nya kaget nih ,mantan ibu mertua dan mantan suami dtg minta maaf ,dan pasti nya ina akan memaaf kan semua nya ina org yg baik ,lanjut kakk 👍🥰
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
good Ranu...jadilah panutan semoga ba mdpt pengganti Ina dan bs memperbaiki hub dg adrian alias andri
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
lupa diri lagi si yuli .. jiwa miskuin nya meronta2🤭
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
Gusti Allah sedang mengajarkan umatnya agar bisa menyadari kesalahan yg dl d perbuat, wlpn baru terjadi setelah 10th semena2 diatas penderitaan Ina tp inilah Kuasa Illahi bhwasannya kebaikan tidak akan kalah o kedzaliman.. d dunia nyata pun sama cuman balasannya g semiris Kel bu Rahayu setelah 14th Tuhan membiarkan sebuah kel semena2 akhirnya membuat kel trsbt berhenti dg cara pergi meninggalkan keluarga toxic😔
F.T Zira
pesawat aja kalo gitu.. 1 jam nyampe🤭
Sri Rahayu
mau minta maaf ke Ina dan Andri...bu Rahayu uda sadar akan kesalahan2nya... bagus lah blm terlambat... lanjut Thorr 😘😘😘
Sukhana Ana lestari
Sugeng ndalu rencang sedoyo.. mugi² podo sehat lan semang terus njih.. Barakallahu fiikum Ajma'iin 🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Sukhana Ana lestari
Aamiin Yaa Allaah Qobuul 🤲🏻🤲🏻🤲🏻 Yaa Allaah jika kehidupan lebih baik buat bu Ani.. maka hidupkanlah dengan keridhaan mu.. tp jika kematian lebih baik buat bu Ani maka wafatkanlah dngn Husnul khatimah.. Aamiin Allahumma Aamiin 🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Sukhana Ana lestari
Ina memang orang baik.. sejahat apapun orang itu Ina masih mau memaafkan.. sungguh mulia hatimu anakku... 😘😘😘
Sukhana Ana lestari
Kasian juga bu Ani.. ternyata ya si Lisa gk bs jd pendonor buat bu Ani krn suka dugem.. na'udzubillah mindzalik.. gara² salah didik jd anak yg sangat merugi ..
Sukhana Ana lestari
Ada ya sarjana sampe gak tau cara bikin ATM tinggal dtg aja ke Bank.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Ratna Mazdah
Udah ceraikan aja dan lapor polisi
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Soraya
lanjut
Soraya
kok cuma seratus lima puluh jt berarti rumahnya kecil klo cuma 150 jt
〈⎳Mama Mia: tapi boleh juga otor revisi
〈⎳Mama Mia: untuk ukuran di desa daerah otor, itu sudah lumayan besar
total 2 replies
Hariyati Hariyati
Luar biasa
Jenong Nong
lah ktanya Ranu sarjana buka rek tabungan ajak g ngerti... 😁😁❤❤🙏🙏
〈⎳Mama Mia: namanya juga sarjana hasil jual sawah/Sneer//Sneer//Sneer/
total 1 replies
Nar Sih
ina dan kedua org tua nya bnr,,org ug baik mau memaaf kan bu ani yg udh jht
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!