Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
"Tidak!" tolak Papa Romeo lantang. "Saya tidak ikhlas putri saya dipoligami." Dia menggenggam erat tangan Rara. "Demi Allah, saya tidak ikhlas." Mungkin 9 dari 10 ayah, tidak akan pernah setuju putrinya dipoligami. Pernikahan adalah ibadah terpanjang, dia tak mau menyerahkan Rara pada laki-laki yang salah. Takutnya hanya demi status, putrinya bukannya mendapatkan surga dalam pernikahan, melainkan neraka.
Dengan mata berkaca-kaca, Rara menatap Papanya. Cinta pertamanya itu, tidak pernah mengecewakannya sama sekali. Cintanya begitu dalam padanya.
"Saya sudah memanggil Dista dan orang tuanya untuk kesini," ujar Pak Yahya. "Silakan duduk." Sejak tadi, Rara dan papanya memang belum dipersilakan duduk. "Kita cari jalan keluar bersama-bersama. Sebenarnya kemarin Jovan sudah meminta tanggal pernikahan diundur 2 bulan lagi, untuk menghindari hal seperti ini, namun Dista malah meminta untuk dimajukan."
Telapak tangan Rara mengepal kuat. Dia yakin, alasan Dista untuk mempercepat pernikahan, agar dia tak bisa minta pertanggung jawaban karena Jovan sudah menikah. Bibirnya menyunggingkan senyum miring. "Sekali lagi, semua gak berjalan sesuai skenario kamu, Dis," batin Rara.
"Harusnya Jovan bisa lebih tegas untuk memutuskan menikahi Rara, yang sudah jelas dia nodai, bukan malah melanjutkan rencana pernikahan dengan Dista." Dari tempatnya duduk, Papa Romeo menatap Jovan nyalang. Dia benci sekali pada laki-laki pecundang, tapi kalau ingat dirinya dulu, dia jadi menghela nafas panjang. Dulu, dia juga pernah menjadi pecundang sebelum akhirnya menikah Mama Rere. Lagi-lagi, dia menyalahkan diri sendiri, menganggap jika yang terjadi pada Rara, adalah karma atas perbuatan, meski dalam agama, tak ada yang namanya karma.
"Jangan salahkan anak saya," Bu Mariam membela Jovan. "Yang terjadi bukan salah dia, tapi putri anda. Dia mabuk dan merayu putra saya yang juga sama-sama mabuk. Tak ada kucing yang akan menolak jika diberi ikan asin."
Papa Romeo ingin menyanggah ucapan Bu Mariam, tapi Rara menggeleng.
"Saya setuju di poligami." Ucapan Rara membuat semua orang yang ada disana langsung melihat ke arahnya. "Dengan syarat, dinikahi sah secara agama dan negara."
"Rara," Papa Romeo mengeratkan genggaman tangan mereka. Dia menatap Rara sambil menggeleng cepat. "Papa gak setuju. Jika kamu tidak bisa menjadi istri satu-satunya, lebih baik tidak usah minta tanggung jawab. Papa masih bisa menghidupi kamu dan anak kamu."
"Anak aku butuh ayahnya," Rara menatap ke arah Jovan.
"Saya pasti akan tanggung jawab," Jovan yang ditatap langsung menyahuti. "Saya akan menikahi kamu secara agama dan negara, sesuai permintaan kamu." Dia tak pernah berada dalam situasi sangat dilema seperti ini. Satu sisi kasihan pada Rara yang hamil karena perbuatan mereka, satu sisi lainnya lagi, kasihan pada Dista yang merasa di khianati kekasih dan sahabatnya. Dista sudah mau memaafkannya, rasanya tidak adil jika dia meninggalkan Dista demi menikahi Rara.
"Tapi, Ra," Papa Romeo masih tak terima.
Rara menatap Papanya, memohon agar dia mendukungnya. "Pah, Rara mohon, restui Rara menikah dengan Pak Jovan. Anak ini berhak mendapatkan kasih sayang ayahnya," dia mengusap perutnya. "Anak ini juga berhak, di akta lahirnya, tertulis nama ayahnya, begitupun juga di KK." Dia tak rela hak-hak anaknya hilang gara-gara Dista. Dia tak peduli dengan cinta Jovan, tapi dia peduli pada anaknya. Kehidupan anaknya harus terjamin sampai dia dewasa. Selain itu, jika di KK anaknya tertulis sebagai anak kandung Jovan, dia akan mendapatkan hak waris meski secara nasab, bukan bernasabkan Jovan.
Papa Romeo menunduk dalam. Hatinya belum bisa ridho jika Rara di poligami. Tapi sebagai ayah, dia akan tetap mendukung keputusan Rara.
Saat Dista dan Mamanya datang, mereka terkejut karena ada Rara disana. Pak Yahya memang tak memberi tahu pokok permasalahan, hanya meminta mereka datang secepatnya karena ada hal penting.
"Rara," gumam Dista. Sama seperti Dista, Mamanya juga merasa ada yang tidak beres karena kedatangan Rara dan papanya.
Setelah keduanya duduk, Pak Yahya langsung menjelaskan pokok permasalahannya.
"Tidak," tolak Dista cepat. "Saya tidak mau dipoligami." Dia menatap Rara penuh kebencian.
"Tapi Rara hamil, Dis, aku harus tanggung jawab," ucap Jovan cepat. Dia berharap Dista mau memahami kondisinya. Dia tak mau dianggap pecundang jika lari dari tanggung jawab.
Dista meremat sofa, dadanya bergemuruh. Demi apapun, dia tak rela berbagi Jovan dengan wanita manapun, apalagi Rara, yang speknya bisa dibilang di atas dia. Padahal tujuan dia mempercepat pernikahan, agar tak ada kesempatan bagi Rara untuk minta tanggung jawab.
"Kenapa kamu sejahat ini, Ra?" Dista mengeluarkan air mata buayanya. "Salah apa aku sama kamu hingga kamu hancurkan kebahagiaanku seperti ini? Kamu gak hanya sudah tidur dengan calon suamiku, tapi sekarang, kamu juga ingin merebut calon suamiku," dia sampai tersedu-sedu.
"Sabar sayang," Bu Mariam yang ada di sebelahnya mengusap bahu Dista.
"Lanjutkan permainanmu, Dis," ucap Rara dalam hati. Jujur, dia muak sekali melihat air mata buaya Dista. Tapi saat semua orang berpihak pada Dista, belum saatnya dia membongkar semuanya karena pasti tidak dipercaya. "Teruslah berpura-pura menjadi korban yang terdzolimi, sampai pada akhirnya nanti, kamu benar-benar akan jadi korban. Dan air mata palsumu ini, nantinya akan menjadi air mata kehancuran yang sesungguhnya," gumamnya dalam hati.
"Tante gak nyangka kamu kayak gini, Ra," Weni, mama Dista angkat bicara. "Saya fikir selama ini, kamu gadis yang baik, tapi ternyata seperti ini sifat asli kamu. Awalnya setelah melihat video CCTV di apartemen Jovan, saya mengira jika kamu dan Jovan hanya khilaf karena sama-sama mabuk, tidak ada unsur selingkuh atau apapun. Tapi sepertinya saya salah. Kamu sengaja merayu Jovan, agar hamil dan dinikahi? Tega kamu, padahal Jovan calon suami sahabat kamu sendiri. Di dunia ini banyak sekali laki-laki, kenapa tak merayu salah satu dari mereka, kenapa harus calon suami Dista?"
"Ibu Weni yang terhormat, tolong jaga ucapan anda. Disini tak ada merayu atau dirayu, semua terjadi karena ada yang sengaja menjebak putri saya, membuat dia mabuk."
"Halah, Pak Romeo, itu hanya alibi Rara saja, supaya tidak disalahkan," ucap Mariam sambil memutar kedua bola matanya.
"Sudahlah, Pah" Rara berusaha menenangkan papanya. Dia yang lelah dengan semua drama ini. "Saya sudah memutuskan bersedia di poligami, sekarang tinggal nunggu keputusan Dista," dia menatap Dista sambil tersenyum.
"Enggak, aku gak mau," Dista menggeleng sambil menangis sesenggukan.
Jovan mendekati Dista, berlutut di kaki gadis yang duduk di sofa tersebut. "Maafkan aku, Dis," dia menggenggam kedua tangan Dista. "Maaf sudah menyakitimu berkali-kali." Rara tersenyum kecut mendengar itu. Andai saja Jovan tahu apa yang sudah dilakukan kekasihnya itu, dia pasti tak akan mau menatap Dista. "Aku harus menikahi Rara karena dia hamil anakku. Aku janji akan bersikap adil."
Dista menatap Rara penuh kebencian. Sungguh, dia tak rela jika Jovan dimiliki Rara. Tapi dia diposisi yang tak ada pilihan lain. "Baiklah, aku setuju," ucapnya dengan berat hati.
Berkas pernikahan Dista dan Jovan sudah lebih dulu terdaftar, sementara Rara, masih besok rencananya Papa Romeo akan mengurus surat-suratnya. Mulai dari RT, hingga kantor kelurahan, serta surat pindah nikah dari Jovan. Mengingat semua itu tidak bisa instan, besar kemungkinan, berkas pernikahan Rara dan Jovan baru masuk KUA setelah Dista dan Jovan menikah.
Hari ini, Rara meminta Dista untuk tanda tangan jika dia mengizinkan Jovan untuk menikah lagi. Rara tidak mau kecolongan, takut nanti proses di KUA tak berjalan mulus karena terhalang status Jovan yang sudah menikah. Sementara untuk akad nikah, Rara meminta malam ini juga, Jovan menikahinya.
"Kenapa harus nanti malam? Kenapa gak setelah selesai proses di KUA?" Dista keberatan.
"Aku butuh jaminan," ucap Rara lantang.
"Tapi mau kamu nikah sekarang atau nanti, di kartu keluarga, tetap akulah istri pertama karena aku yang lebih dulu menikah secara negara."
"Aku tak peduli," tanggapan Rara sangat datar. Mau istri pertama atau kedua, sama sekali tidak penting, karena yang penting, siapa pemenang pada akhirnya.
........
Tinggal tunggu waktunya kamu jatuh kedalam permainanmu sendiri dan Jovan tau semua perbuatanmu
Rara yg jadi korban g perlu capek buat balas dendam
jangan mimpi kamu Dista nyuruh Fano balas dendam ke Rara secara Fano cinta mati ke Rara ,karena Fano tau Rara itu wanita istimewa beda kelas sama kamu yg wanita gampangan cepat buka SE Lang kang an 🤮🤮👊👊
gimana dgn ancaman Fino, bakalan Dista nurutin gk nih.
Fino sayang banget sama Rara, maka nya dia gk mau nyakiti Rara dan kamu jadi sasarannya Dista