tag khusus : cinta lansia
“Renata Thomson ?” panggil seorang pria bernama Prima ( 48 tahun ).
Suara yang tak asing dan bahkan sangat lama sekali tak pernah Re dengar tiba – tiba memanggil jelas namanya.
Re menoleh, alangkah terkejutnya ia dengan sosok pria bertubuh tinggi dan atletis itu. Ia tergugu dalam diam. Detik berikutnya ia setengah berlari seolah baru saja melihat hantu.
Setelah 22 tahun dan berumah tangga dengan pria lain, Renata bertemu kembali dengan tunangannya dulu.
Karena Duan sudah bosan dengan kehidupannya bersama Re, pada akhirnya Duan menceraikan Renata.
Lalu apakah Re akan terbuka kembali hatinya untuk seorang Prima ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Kami sudah menandatangani kontrak kerja." Yuki mengambil kertas di lemari lalu memperlihatkan pada Renata. "Ini, dan bacalah dengan seksama!" Ia tidak ingin berdebat dengan pihak keluarga dari pekerja. Dan itu salah satu senjata yang aman untuk tidak memicu keributan. Ia sudah berpengalaman dalam hal ini dan sering kali ampuh menggunakan cara itu.
Re mengambil kasar dari tangannya dan membaca sekilas. Jika ingin Mika keluar dari pekerjaan itu maka dirinya harus membayar sebesar 10 juta sebagai ganti rugi seketika itu. Re membola kedua matanya, begitu sulitnya mengajak Mika pergi. Uang sebanyak itu dari mana ia dapatkan ?
"Bagaimana?" lanjut Yuki. "Jika kamu tidak bisa, maka jangan memaksanya untuk pulang sekarang. Mika, lanjut bekerja!" lalu Yuki mengambil kembali surat kontrak itu.
Re merasakan nyeri di ulu hatinya, ia menekan kuat dadanya. Sesekali ia mendesis.
"Ibu ? Ibu kenapa?" Mika memegangi ibunya cemas. Sebenarnya ia tak sampai hati melihat ibunya kecewa padanya dengan bekerja. Tapi, mau bagaimana lagi, kontrak sudah ditandatangani dan ia tidak bisa menghindar.
Re menahan tangan Mika untuk menyentuhnya. "Ibu tidak apa - apa. Mika, mengapa kamu lakukan ini ? Kamu sedang sakit. Jika kamu bekerja dan lelah, penyakitmu semakin parah bagaimana ? " Re menatap putrinya sendu.
"Ibu jangan khawatir. Doa kan aku agar sehat selalu, dan menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Aku sudah besar dan bisa menjaga diri. Ku mohon Ibu, izinkan aku tetap bekerja! Di sini tidak berat. Aku hanya mengelap dan mengantar minuman, tidak lebih." Mika mencoba menenangkan dan memberi keyakinan pada ibunya.
Re mendesah kasar, "Itu keputusanmu." Ia tidak bisa membawa pulang Mika seketika itu. Untuk itu ia memberi kesempatan pada putrinya. "Jika terjadi sesuatu padamu, mau tidak mau kamu harus keluar dari pekerjaan itu. Kamu mengerti?"
"Siap !" Mika mengangkat tangannya hormat. Lalu memeluk ibunya, "Terima kasih Ibu. Kalau begitu, Ibu pulang saja duluan dan beristirahatlah. Aku akan pulang sebelum pukul 10."
"Hm, ibu pulang dulu. Jaga dirimu !"
"Baik Ibu."
Selepas kepergian Renata, Yuki menghampiri Mika. "Ibumu begitu perhatian."
"Iya Nyonya, ibu selalu begitu. Selalu khawatir padaku."
Yuki mengangguk dan meminta Mika untuk melanjutkan bekerja.
.
Siang hari matahari bersinar terik, banyak orang - orang di pinggir jalan membeli berbagai macam minuman dingin untuk menyejukkan tenggorokan.
Renata dan beberapa teman kerjanya juga membeli minuman dingin pada saat jam istirahat.
"Silahkan masuk, Tuan!" sapa Yasmin pada pelanggan yang baru saja tiba di butik.
Yasmin memperhatikan penampilan orang tersebut dari bawah sampai atas. Kaki jenjangnya yang dibalut dengan sepatu kulit membuat kesan orang itu terlihat bukan dari kalangan biasa. Ditambah setelah kemeja hitam yang membuat orang melihatnya tampak sungkan dan hormat.
"Kok sepi ?" ujar pelanggan itu sambil menyapu area butik.
"Ah, iya. Jam istirahat. Sebentar lagi para karyawan akan kembali." sahut Eli canggung lalu meminta orang tersebut untuk masuk dan melihat - lihat.
Pelanggan pria itu sepertinya tak tertarik dengan baju - baju di dalam sana. Kedua netranya masih fokus menatap pintu utama. Menunggu seseorang yang pasti akan masuk.
"Tuan, silahkan dipilih !" seru Yasmin mempersilahkan.
Bersamaan dengan itu Renata dan beberapa temannya sudah selesai istirahat dan mulai bekerja.
Renata tampak kaget mendapati Prima berada di butik.
"Kamu ? Bagaimana bisa kamu datang ke sini ? " tegur Re acuh.
"Kamu seperti tak mengenalku, hal seperti ini sangatlah mudah bagiku." sahut Prima santai.
Melihat reaksi Renata yang tak ramah pada pelanggan membuat Yasmin menegurnya. "Renata, bersikaplah yang ramah dan ajak tuan ini untuk berkeliling!"
"Baik, Nyonya!" sahut Renata dengan berat hati menggiring Prima untuk berkeliling.
"Apa yang ingin kamu cari, cepat ambil dan segeralah pergi!" Re tampaknya tidak senang dengan kedatangan Prima yang memang sengaja mengincar dirinya.
"Semakin kamu bersikap ketus padaku, kamu semakin menarik." gurau Prima.
"Hai, Prima ! Ingat umur, aku sudah tua." protes Re sambil bersendekap dada.
Yasmin dari jauh masih memantau, "Renata!"
Renata meluruskan tangannya, "Silahkan pilih mana yang Anda suka !" Re memaksakan senyum.
Prima semakin gemas berada di samping Re, momen yang sangat ia rindukan. "Aku tidak pandai memilih baju, terserah kamu saja. Tolong, pilihkan beberapa untukku !"
Renata sampai mendelik mendengarnya, "Apa istrinya tidak pernah memilihkan baju sampai - sampai aku disuruh milih." batin Re geram.
Dengan terpaksa Renata mengambil beberapa pakaian yang sekiranya pas untuk Prima. Ada 10 potong pakaian, Prima mencoba semuanya.
"Kenapa tidak kamu borong saja semua," kelakar Re.
Prima terdiam sesaat dan sedang berpikir. Lalu menuju kasir, "Berapa semuanya?" Prima mengeluarkan black card.
Yasmin memeriksa barang di tangan Renata.
"10 potong baju ? Jadi, harganya ...."
"Tidak. Maksudku, semua pakaian di butik ini." jelas Prima sambil menatap Re.
Re terperangah tak percaya dengan yang ia dengar barusan. Lekas ia mengambil suara, "Hei, Prima, aku tadi sedang bercanda! Kamu tidak serius kan ?"
Prima tersenyum simpul. "Aku borong semua."
"Anda serius!" Yasmin menegaskan.
"Ya."
Yasmin sampai melotot seakan kedua bola matanya ingin keluar saja, ia tak percaya. Dan segera meminta para karyawan untuk menghitung semua harga barang.
Para karyawan sibuk dengan pekerjaannya, tapi tidak dengan Renata yang malah terlihat marah akan sikap Prima.
"Prima, untuk apa kamu melakukan semua ini ?"
"Kamu yang minta tadi." sahutnya enteng yang membuat Renata semakin geram.
"Aku tadi bercanda. BERCANDA! Jika semua pakaian kamu borong, aku akan menganggur !"
"Aku pria yang berkomitmen. Jika kamu butuh pekerjaan lain, aku bisa memberimu. Ini kartu namaku." mengambil kartu nama dan memberikan pada Renata.
Renata masih tercengang dengan keadaan barusan.
Setelah puas bersenang - senang, Prima pamit undur diri.
Yasmin menghampiri Renata dan memujinya, "Kalau pengunjung setiap hari seperti temanmu itu, aku yakin kalian semua akan makmur. Terima kasih Renata, ini bonus hari ini. Kalian semua boleh pulang. Besok toko akan libur satu minggu." memberikan amplop padanya lalu berkemas.
Renata mendesah, ia merutuki ucapannya yang tidak terkontrol. "Prima terlalu berlebihan. Untuk apa juga ia menuruti kelakar ku." Re juga berkemas.
.
"Ada kendaraan cargo ?" gumam Merry dan bergegas menyaksikan dari dekat. Seorang pembantu mengabarinya.
"Aku tidak memesan barang." jelas Merry pada kurir.
"Nyonya. Ini dari tuan Prima." memberi catatan nama barang.
Merry menerima kertas itu dan membacanya sekilas. Semua tertera merk pakaian. "Hah ! Prima memborong semua pakaian di butik ?"
"Aku akan menelepon anak itu." Merry kembali memasuki rumah dan mencari ponselnya.
"Prima! Untuk apa kamu membeli semua pakaian ini, hah!" Tanya Merry hampir pusing memikirkan. Bukannya senang malah kerepotan.
"Hallo Ma, itu hadiah dariku. Maaf. Aku belum bisa pulang bulan ini. Terserah Mama mau buat apa, dijual lagi atau diberikan kepada siapa, terserah Mama." mematikan ponsel secara sepihak.
"Hah, dasar anak ini !"
selamat membaca dan semoga terhibur!
😘😘😘