NovelToon NovelToon
ILY

ILY

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: akuadalahorang

"Aliza suka kak diva!!"

"gue gak suka Aliza!!"

"kak diva jahat!!"

"bodo amat"

apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?

"Aliza,kenapa ngejauh?"

"kak diva udah pacaran sama Dania"

"itu bohong sayang"

"pret"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aliza confess, chapter 16

Aliza dengan hati gembira turun ke bawah untuk pergi ke sekolah bersama abangnya, Nathan. Mobil Aliza sedang di bengkel untuk ganti oli, jadi paling siang nanti ia baru bisa membawanya. Sementara itu, Nathan sudah menunggunya dengan wajah kesal. Ia merasa waktu terbuang, apalagi ada kegiatan penting di sekolah hari ini.

Ketika sampai di ruang makan, Aliza langsung duduk di sebelah Nathan.

"Aliza mau itu," katanya bersemangat sambil menunjuk sosis di meja.

Ibu mereka mengambil sosis itu dan memberikannya kepada Aliza. Nathan melirik wajah adiknya yang terlihat sangat senang, sesuatu yang jarang ia lihat. Aliza yang menyadari lirikan itu hanya tersenyum malu.

"Kenapa, Bang? Gue cantik, ya? Tau kok," ujarnya sambil terkekeh.

Nathan mengerutkan kening, bingung dengan tingkah adiknya. Sementara itu, Aliza segera menghabiskan sosisnya, lalu berdiri.

"Ayo, Bang, gue udah selesai," katanya antusias.

Nathan mengangguk malas, dan mereka pun bersalaman dengan orang tua sebelum berangkat sekolah.

Di perjalanan, Aliza mengambil ponsel dari dalam tasnya dan segera menelepon sahabatnya, Zia. Ada sesuatu yang sudah lama ingin ia ceritakan.

"Baca WA gue, dong!" kata Aliza tanpa basa-basi.

Suara Zia terdengar di seberang telepon.

"Za, lo seriusan? Lo nggak takut malu?"

Aliza menggeleng, meskipun Zia tak bisa melihatnya.

"Nggaklah, kan cuma berdua. Kalau rame-rame sih gue mana berani."

Zia hanya bisa menghela napas mendengar jawaban Aliza.

"Za, asli, lo pikirin dulu baik-baik. Gue saranin jangan gegabah."

Sambil memegang bahu Nathan yang sedang fokus menyetir motor, Aliza tetap bersikeras.

"Tapi, Zia... gue greget kalau cuma diem. Gue yakin dia juga suka sama gue."

"Tapi harga diri lo, Za!"

"Dicoba dulu, Zia. Udah, nanti gue telepon lagi. Gue udah mau sampai sekolah."

Tut...

Telepon terputus. Aliza menatap ponselnya sambil tersenyum kecil. Bagaimanapun, ia sudah mantap dengan rencananya.

---

Velyn, Cesya, dan Zia menunggu Aliza di depan kelas. Mereka ingin penjelasan lebih lanjut tentang rencana yang Aliza bicarakan sebelumnya. Aliza memang terkenal lambat datang ke sekolah, entah karena santai atau malas, sementara ketiga temannya sudah terbiasa datang lebih awal.

Merasa bosan menunggu, Cesya mengajak kedua temannya mencari keberadaan Aliza. Saat mereka melihat ke bawah, mereka menemukan Aliza sedang berdebat kecil dengan Nathan.

Aliza tersenyum ketika melihat ketiga temannya sudah berdiri menunggunya. Namun, Velyn yang tidak sabaran langsung menarik Aliza ke kelas tanpa basa-basi.

"Eh, kenapa sih kalian?" tanya Aliza bingung saat ditarik paksa. Namun, tak lama, Aliza mulai memahami maksud mereka.

Di dalam kelas, mereka segera duduk untuk mendengarkan cerita Aliza, memanfaatkan waktu sebelum guru masuk.

"Lo yakin, Za, sama keputusan lo?" tanya Zia serius.

Aliza mengangguk penuh keyakinan, membuat ketiga temannya saling pandang dengan ragu.

"Tapi, Aliza... ini tuh terlalu ekstrim. Apalagi buat lo yang kecil begini, mau nembak Ketua OSIS," ujar Cesya sambil menatap Aliza dari atas ke bawah.

"Apa hubungannya, cok?" balas Aliza. "Gue udah yakin sama perasaan gue ke Kak Diva. Gue cinta sama dia."

Zia masih menatap Aliza dengan tatapan curiga.

"Bukan pelampiasan, kan?" tanyanya.

Aliza menghela napas panjang, lalu menatap Zia dengan kesal.

"Gue udah lupain Ikbal. Setelah gue kenal Kak Diva, gue sadar perasaan gue beda. Kalau ini pelampiasan, nggak mungkin gue seberani ini. Lo pikir gue, Aliza Exelyn Zamora, bakal nembak Ketua OSIS cuma buat pelampiasan? Enggak ada tuh di kamus hidup gue, Zia."

Zia akhirnya mengangguk pelan, meski ragu masih terlihat di wajahnya. Aliza, yang kesal, memukul ringan bahu Zia.

"Eh, denger ya, kalau gue jadian sama Kak Diva, gue bakal comblangin lo sama Abang gue, Bang Nathan," ujar Aliza sambil nyengir jahil.

Mata Zia langsung melebar, menatap Aliza dengan ekspresi sinis.

"Lo gila? Gue sama Nathan?"Zia geleng kepala keras

" AHAHAHA. Lo yang bakal jadi Kaka ipar Aliza dong?hahahah" ejek Velyn sambil tertawa.

Aliza tersenyum tipis, ikut mengusik Zia.

"Kagak suka gue!" Zia mencoba mengelak sambil sibuk memainkan ponselnya.

"Halah, bacot lo, jubed!" ledek Cesya sambil tertawa terbahak-bahak.

Zia yang mulai kesal langsung mengangkat tangan, ingin memukul Cesya. Tapi Aliza dengan cepat menimpali.

"Et, jangan lupa lo, sebelum tau Nathan itu Abang gue, lo pernah bilang, ‘Itu siapa sih? Kok ganteng?’ Hahahahaha!"

Tawa Aliza semakin keras, disusul Velyn dan Cesya. Zia menatap mereka dengan kesal.

"Seneng, ya, lo pada liat gue menderita?" katanya sinis.

"Seneng!" jawab mereka kompak sambil tertawa keras.

"HAHAHAHAHAH."

"Berisik, lo!" bentak Zia, mencoba menahan amarah.

"Hahahahaha... aduh, perut gue!" Cesya memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

---

Aliza sedang berada di kantin, mencoba mengisi perutnya yang sudah terasa lapar. Di depannya, Velyn dan Zia terus saja ribut, tetapi Aliza memilih diam, terlalu sibuk dengan rasa laparnya. Tidak jauh dari tempatnya duduk, Cesya juga sedang makan di dekat Aliza.

"Dia siapa, Za?" Cesya tiba-tiba bertanya, namun Aliza yang fokus dengan ponselnya tidak memperhatikan, hanya acuh terhadap pertanyaan itu.

"Girlfriend?" tebak Velyn. Zia hanya menggeleng kepala sambil menatap ke arah yang sama.

"Lo tahu nggak, Aliza? Lihat tuh, bangsat!" ujar Velyn dengan nada emosi sambil menunjuk sesuatu. Aliza yang kesal karena merasa terganggu akhirnya mengalihkan pandangan ke arah yang dimaksud.

Deg.

Aliza terdiam. Dadanya terasa sakit ketika melihat pemandangan itu.

"Sakit sih kalau gue jadi lo," ujar Zia pelan, memperhatikan Aliza yang tak berkata apa-apa.

"Lo tahu siapa dia?" tanya Cesya. Aliza menggeleng pelan, berusaha terlihat acuh, lalu kembali fokus ke ponselnya.

"Aliza, pikirin lagi deh," Cesya mencoba membujuknya. Aliza hanya mengangguk kecil sambil tersenyum tipis, menyembunyikan emosinya.

"Kita ada di sini buat lo, Za," ujar Velyn, mengusap punggung Aliza yang terlihat seperti ingin menangis. Tapi lagi-lagi, Aliza hanya mengangguk tanpa sepatah kata.

"Aliza."

Sebuah suara familiar memanggil namanya. Suara itu membuat perasaan Aliza semakin tidak karuan. Dia mendongak, dan di hadapannya berdiri Diva bersama seorang perempuan berkerudung yang tersenyum lembut.

"Hai," sapa perempuan itu dengan ramah. Aliza berdiri dengan senyum tipis.

"Gue Aliza, salam kenal," ujar Aliza, menjulurkan tangan.

"Haira," jawab perempuan itu sambil membalas jabat tangannya. "Salam kenal juga."

Cesya yang melihat situasi itu ikut memperkenalkan diri. "Hai, gue Cesya. Ini Velyn, ini Zia. Kita satu kelas, dan satu circle juga."

Haira tersenyum kecil. "Aku Haira, anak baru di sekolah ini. Aku juga deket sama Kak Diva," katanya sambil melirik Diva.

Aliza mencoba tersenyum meskipun hatinya terasa perih. "Oh, nggak usah dijelasin kalau lo deket sama Kak Diva," celetuk Zia dengan nada sinis.

Haira hanya tertawa kecil, terlihat canggung.

"Kak, ayo ke kelas," ajak Haira pada Diva. Diva mengangguk, bersiap pergi.

"Gue ke kelas dulu," ujar Diva pada Aliza. Aliza hanya mengangguk tanpa ekspresi.

Namun sebelum Diva pergi, Aliza memberanikan diri bertanya, "Kak, nanti pulang sekolah bareng, bisa?"

Diva menoleh sejenak. "Nggak bisa, gue harus anterin Haira pulang," jawabnya. Aliza mengangguk pasrah.

"Nanti, setelah gue anterin Haira, gue mampir ke rumah lo ya?" tawar Diva lagi. Tapi Aliza menggeleng cepat.

"Enggak, Kak. Gue ada urusan sama Cesya, Velyn, Zia."

Diva terlihat bingung sejenak, tapi akhirnya mengangguk dan pergi.

"Muslimah, soft spoken, deket banget, sekelas... Udahlah, Za, lo kalah kali ini," ujar Zia sambil menatap Aliza dengan tatapan prihatin.

Aliza menunduk, menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Apa gue harus sakit hati lagi?

---

1
mak mak doyan novel
sempat ngebug juga. baca d paragraf awal tdi bangun pukul 5 kok dr pasar malah setengah 5. sampai baca ulang
Dana Kristiana
Buruk
Dana Kristiana
walaupun alury ringan tp asyik&menarik,💪💪💪
Dana Kristiana
mampir baca Thor
kanoni...time.
Mantap, pasti direkomendasikan ke teman-teman👍
Syaoran
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
NHS CH
Romantisnya bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!