Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Informasi Dari Pak Rangga
Bab 32
"Coba tanyakan kepada polisi yang dahulu pernah menangkap Sanusi. Mungkin saja dia bisa memberikan banyak informasi," kata Papa Anwar.
"Pak Rangga sudah lama pensiun karena kondisi kesehatannya yang terus menurun semenjak istri dan anak laki-lakinya meninggal," balas Pak Hari. "Tapi, jika kalian mau menemuinya, dia masih tinggal di rumahnya yang dulu."
Argani ingin menyelesaikan masalah ini tanpa melibatkan Andhira. Dia tidak mau membebani istrinya yang sedang hamil.
"Kalau begitu Papa dan Pak Hari akan pergi ke rumah Pak Rangga," ujar Papa Anwar.
"Aku juga ingin ikut!" Argani langsung berdiri.
Suami Andhira penasaran dengan banyaknya kasus yang terjadi kepada istrinya. Dia merasa kalau permasalahan itu bukan sesuatu yang sederhana karena masalah kalah dalam bisnis, pastinya ada unsur lain yang luput dari pengamatan dan pandangan orang-orang.
Akhirnya Argani pergi ke rumah Pak Rangga, mantan polisi yang dahulu pernah menangkap Sanusi. Mereka berangkat dengan menggunakan dua mobil. Papa Anwar satu mobil dengan Argani dan Pak Hari naik mobil patroli sendirian. Sementara, Pak Udin akan melanjutkan lagi pencarian informasi mengenai kasus penculikan Andhira.
Butuh waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai ke rumah sederhana milik Pak Rangga. Kedatangan Argani dan yang lainnya di sambut baik oleh Pak Rangga. Laki-laki itu masih bisa mengenali Pak Hari yang pernah menjadi bawahannya dahulu.
"Kasus penculikan anak perempuan yang bernama Andhira yang pelakunya bersama Sanusi, ya? Aku masih ingat betul dengan kasus itu karena waktu dulu termasuk kasus besar, tetapi tidak menjadi berita yang mencuri perhatian publik. Hanya ada segelintir wartawan yang memberitakan kasus ini," kata Pak Rangga mengingat kejadian itu.
"Waktu itu apa motif Pak Sanusi melakukan penculikan?" tanya Argani karena belum puas dengan informasi yang diberikan oleh Pak Hari dan Pak Udin.
"Saat aku interogasi, Sanusi bilang benci kepada Pak Bagas karena selalu saja menyerobot tender atau kerjasama yang dia tawarkan ke beberapa perusahaan. Gara-gara sering kalah saing, dia dipecat oleh perusahaannya. Dia sempat bekerja di perusahaan lain, tapi hanya sebentar karena melakukan suatu kesalahan patal dan mengakibatkan perusahaan itu rugi banyak. Dia dituntut mengganti rugi ratusan juta oleh perusahaan, kalau tidak akan di penjara."
"Sanusi bilang kalau kejadian itu bukan murni kesalahan dirinya. Katanya memang kondisi barang-barang di pabrik itu sudah tua dan tidak terawat. Makanya bisa terjadi listrik Kingsley dan kebakaran di pabrik. Dia menjadi tersangka karena kebetulan dia yang memegang tanggung jawab waktu itu."
"Istrinya pun menggugat cerai karena dia jadi pengangguran. Katanya nama dia di blacklist oleh banyak perusahaan, tapi entah karena apa, aku kurang paham untuk masalah ini," jawab Pak Rangga.
"Di situlah mulai Sanusi mengincar anaknya Pak Bagas. Pertama dia menculik Andhira bersama ibunya. Dia minta tebusan sebanyak 500 juta kepada Pak Bagas. Keduanya bisa selamat atas pertukaran sandera, akan tetapi Bu Agni mengalami keguguran," lanjut laki-laki paruh baya itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa? Jadi, ada kejadian seperti itu!" Argani dan Papa Anwar sampai terkejut.
"Iya. Kasihan sekali dengan keluarga itu," balas Pak Rangga.
"Lalu, kenapa penculikan kepada Dhira berulang kali sampai belasan kali dari zaman TK sampai SD?" tanya Argani.
"Untuk kasus penculikan kedua itu beda orang, bukan Sanusi. Orang itu juga minta tebusan hanya 10 juta untuk biaya pengobatan anaknya yang harus di operasi. Tidak ada kaitannya dengan Sanusi," jawab Pak Rangga dan membuat Argani dan Papa Anwar menghela napas berat.
Nasib Andhira benar-benar kasihan. Terlahir dari keluarga kaya, sering jadi target penculikan orang yang ingin uang banyak dengan cara instan.
"Sanusi kembali melakukan kejahatan penculikan kepada Andhira kali ini menyewa orang. Tujuannya masih sama uang. Karena istrinya mau rujuk jika diberikan uang sebanyak satu miliar. Mungkin karena sebelumnya lancar melakukan penculikan, jadi dia berani melakukan lagi."
Argani semakin tidak suka kepada Bu Rosdiana. Dia juga tidak mengerti kenapa Pak Bagas bisa selingkuh dengan wanita seperti itu.
"Sayangnya kali ini penculikan memakan korban. Pak Bagas menyewa seorang bodyguard untuk menjaga putrinya. Ketika terjadi kejar-kejaran, mobil yang dikendarai oleh Asep bannya pecah kena tembak sehingga kehilangan kendali, lalu menabrak beton pembatas jalan. Sebenarnya Asep belum meninggal waktu itu. Dengan tubuh dan kepala yang berlumuran darah, dia berhasil menemukan persembunyian pelaku penculikan itu."
"Kebetulan Asep dan aku saling mengenal. Dia menghubungi aku dan meminta bantuan. Sempat terjadi perkelahian ketika kita membebaskan sandera. Sanusi berhasil melarikan diri, sedangkan pelaku lainnya tertabrak kereta ketika mencoba untuk kabur. Asep juga meninggal karena kehabisan darah. Aku ikut menangis ketika Andhira memanggil-manggil nama Asep. Aku jadi teringat kepada Batari, putriku yang masih kecil."
Akhirnya air mata Pak Rangga jatuh bercucuran membasahi pipi yang sudah mulai berkeriput. Dia teringat dengan Asep, anak muda yang gagal masuk akademi kepolisian karena kendala uang masuk, padahal ini hanya ulah oknum.
Argani yakin kalau hubungan Asep dan Dhira terjalin dengan baik, sampai-sampai istrinya menangis mengetahui penjaganya meninggal. Dia juga bisa membayangkan kalau Andhira mengalami trauma juga karena hal ini. Jangankan anak kecil, orang dewasa juga akan mengalami trauma jika orang-orang yang dekat dan disayanginya meninggal satu persatu di depan matanya.
"Belakangan aku dapat informasi kalau Pak Bagas menceraikan istrinya dan malah menikah dengan mantan istri Sanusi. Ini membuat aku terkejut sekaligus tidak percaya. Karena aku melihat keluarga itu begitu harmonis. Kenapa Pak Bagas bisa berubah seperti itu, ya?" Tiba-tiba saja Pak Rangga teringat dengan berita itu.
"Kena pelet dan guna-guna kali, Pak," celetuk Argani yang juga greget sama ayah mertuanya sekarang ini. Kenapa bisa berubah jauh dengan dahulu.
Pak Rangga dan Pak Hari tertawa renyah, sedangkan Papa Anwar mengerutkan keningnya karena merasa heran. Argani yang orangnya serius dan jarang bercanda sekarang malah bicara bicara ngelantur seperti ini.
"Tapi, sepertinya benar," kata Pak Rangga. "Karena dahulu Pak Bagas tidak seperti itu. Terakhir kali bertemu saat saya bertugas mengamankan pertemuan penting para pengusaha. Aku melihat dia banyak berubah, baik dalam tutur kata, gerak tubuh, dan pancaran matanya."
Kali ini Argani dibuat terdiam. Padahal tadi dia hanya bercanda saking kesalnya kepada Pak Bagas.