Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 33 - Membuka Setengah Jendela Kaca
Selesai makan malam Aruni dan beberapa pelayan yang lain langsung membereskan semuanya, persis seperti apa yang diucapkan oleh Adrian pada Gionino tadi bahwa sekarang Aruni jadi lebih banyak bicara.
Terlihat lebih ceria dengan wajahnya yang berseri-seri. Sesekali Adrian bahkan mendengar ibunya tertawa ketika sedang berbincang dengan pelayan yang lain.
Jam 9 malam barulah Aruni kembali ke paviliun, dia melihat Adrian masih membaca buku di ruang tengah.
"Kamu belum tidur?" tanya Aruni, dia ikut duduk di samping sang anak.
Menikmati malam yang terasa tenang semenjak mereka memutuskan untuk tinggal di sini.
"Belum Bu, aku belum mengantuk," jawab Adrian.
"Besok ibu akan bertemu dengan bude Yanti, kami sudah membuat janji untuk bertemu."
"Dimana? Bagaimana jika papa lihat?" tanya Adrian, mendadak jadi cemas. Beberapa hari ini mereka memang tidak bertemu dengan pria itu, tapi siapa yang bisa menduga jika tiba-tiba Hendra muncul.
"Semoga saja tidak, lagipula kami akan bertemu di dekat-dekat sini."
Adrian mengangguk, awalnya dia ingin bertanya apakah boleh ikut atau tidak. Karena sudah lama tidak bertemu dengan bude Yanti membuatnya rindu pula pada mantan tetangganya tersebut.
Tapi ketika ingat jika besok tuan Gionino akan pulang Jadi Adrian putuskan untuk tetap berada di rumah saja. Besok adalah hari Minggu jadi Adrian tidak sekolah.
"Sekarang tidurlah, tidak baik tidur larut malam," ucap Aruni.
"Iya Bu."
Saat Adrian masuk ke dalam kamarnya, Aruni mengikuti. Meski anaknya sudah remaja, namun Aruni tetap memberikan kasih sayang penuh. Aruni bahkan membantu Adrian untuk memakai selimutnya.
Hingga tatapan Aruni tertuju pada sebuah benda kecil berwarna hitam di bawah bantal sang anak.
"Ini apa?" tanya Aruni, dia ambil benda itu dan ternyata adalah sebuah kartu nama, milik Gionino Abraham.
Deg! Adrian tak mampu bicara. Melihat ibunya yang menatap nanar benda kecil tersebut.
"Bagaimana kartu nama ini ada padamu?" tanya Aruni, di dalam hatinya ada perasaan marah yang mulai muncul. Namun dia tetap bicara dengan nada lembut pada sang anak.
Aruni harus mendengarkan jawaban Adrian lebih dulu.
"Pak Gio yang memberikannya padaku," jawab Adrian, dia juga langsung bangun dan duduk di ranjangnya.
"Bukankah kamu tau, ibu tidak suka kamu berhubungan dengannya?"
Adrian terdiam, menelan rasa sedihnya sendiri. "Kenapa Bu? Pak Gio orang yang sangat baik," tanyanya kemudian.
"Kadang apa yang terlihat baik belum tentu membawa kebaikan pula untuk kita Adrian." Aruni mengambil nafas, seperti butuh banyak tenaga untuk menerangkan semuanya pada sang anak.
"Kamu tahu kan, pria itu adalah CEO dari perusahaan Abraham Kingdom, sementara kita apa? bahkan semua orang akan menilai kita tak pantas berteman dengannya," timpal Aruni dengan suara penuh penekanan.
Membuat Adrian makin kesulitan untuk menjawab.
"Ibu akan membuang kartu nama ini, jika kamu sudah menyimpan nomor ponselnya maka ibu mohon untuk dihapus, ya?" pinta Aruni.
Adrian hanya mampu mengangguk, meski berat hati dia tetap mematuhi keinginan sang ibu.
Lidah Adrian terasa kelu untuk mengatakan bahwa dia seperti mendapatkan sosok ayah dari teman lama sang ibu. Bukan perkara uang, tapi perlakuan hangat, tatapan teduh dan rasa dihargai.
Semua hal yang tak pernah dia dapatkan dari papa Hendra.
"Sekarang tidurlah, ibu akan keluar," pamit Aruni. Dia berjalan mendekati saklar lampu dan mematikan lampu utama.
Lalu kembali melihat ke arah sang anak sebelum akhirnya benar-benar keluar dari dalam kamar tersebut.
Tanpa pikir panjang Aruni merobek kartu nama di tangannya, dia menuju tempat sampah dan membuangnya di sana.
Memang, tentang masa lalu telah Aruni ikhlaskan semuanya. Tapi Aruni masih belum mampu menghilangkan semua rasa sakit yang selama dia alami sendiri.
Aruni lelah, dia tak ingin berselisih dengan siapapun lagi.
Jadi lebih baik tak ada hubungan apapun lagi.
Aruni hendak langsung menuju kamarnya, tapi tiba-tiba khawatir Adrian kembali megambil kartu nama yang telah dia sobek. Alhasil Aruni kembali mendatangi kotak sampah dan mengambil dua sobekan kartu nama tersebut.
Dia putuskan untuk keluar dan membakarnya, serpihan kartu nama itu jatuh ke tanah, kini jadi abu yang tak berguna.
Malam pun bergulir.
Sesuai janji yang telah Aruni buat, hari ini dia akhirnya bertemu dengan Yanti. Dia pergi setelah semua pekerjaannya selesai, mungkin sekitar jam 8 pagi.
Mereka bertemu di sebuah cafe kecil di dekat pinggir jalan. Letaknya memang tak begitu jauh dari tempat kerja Aruni, masih satu jalan.
Ketika pertama kali bertemu Yanti merasa pangling dengan penampilan Aruni saat ini, wanita yang selama ini seperti telah mati rasa kini nampak hidup lagi.
Dengan bibir tersenyum Yanti memeluk Aruni erat sekali.
"Ya ampun mbak Aruni, mbak benar-benar terlihat berbeda sekarang," ucap Yanti takjub, dia ikut senang.
"Apanya yang beda, Mbak? Semuanya masih sama, balas Aruni. Senyumnya tak kalah lebar.
"Kamu terlihat lebih cantik. Harusnya sejak dulu kamu bercerai dengan Hendra, pasti sejak dulu hidupmu akan jadi lebih baik seperti ini."
Aruni tak memberi tanggapan, dia hanya tersenyum kecil.
"Ayo kita masuk dulu, ada banyak sekali yang ingin aku bicarakan dengan mbak Aruni," ajak Yanti, dia hendak menarik tangan Aruni untuk segera masuk ke dalam cafe, sebab kini mereka masih berdiri di depan cafe tersebut.
Namun tatapan Aruni justru tertuju ke arah jalanan, sampai membuat kedua kakinya terdiam.
Beberapa saat Aruni seperti tak menganggap keberadaan Yanti di sampingnya.
Aruni melihat sebuah mobil yang nampak tak asing. Ketika mobil itu melintas di hadapannya dia benar-benar melihat ada Gionino di dalam sana, sebab pria itu membuka setengah jendela kacanya.
Mata Aruni terus mengikuti kemana arah perginya mobil tersebut, sampai dia lihat saat mobil itu memasuki area perumahan tempatnya bekerja.
Deg!
"Mbak Aruni, ada apa?" tanya Yanti.
sehat selalu dimudahkan rezkinya aminnnnnnnn.
Adrian stelah ini pasti berubah 99 derajat jdi ank yg dingin dan arogan😅 boss muda ini siapa yg beruntung mndaptkanya 😀 dan mampu meluluhkan hatinya 😅
sehat selalu dimudahkan rezkinya aminnnnnnnn.
Adrian stelah ini pasti berubah 99 derajat jdi ank yg dingin dan arogan😅 boss muda ini siapa yg beruntung mndaptkanya 😀
good job Adrian pukul dia biar kpok
sekarang Adrian adalah seorang Tuan Muda Abraham...
oia gmn tuh Adruan ketemu pak Hendra? nach belum kan he..he.... mknya lanjutlah thor
adrian mainnya meluapkan emosi😪,,legaa ya....