Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Dini mengganti pakaiannya dikamar mandi. Setelah mandi, Dini segera menggelar sajadahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12.50.
"Tunggu saya, kita shalat jamaah" kata Dimas sambil mengambil pakaiannya dan langsung pergi ke kamar mandi.
Sambil menunggu Dimas, Dini memakai mukenanya dan menyiapkan sajadah satu lagi untuk Dimas.
Pintu terbuka dan keluarlah sosok laki-laki yang membuat Dini tercengang.
"Benar ya, laki-laki kalau terkena air wudhu gantengnya nambah" gumam Dini.
"Ayo, tidak usah kebanyakan melamun. Saya tahu saya ganteng." goda Dimas. Malah membuat Dini memutar bolanya malas
Dini segera mengatur barisannya berada dibelakang Dimas. Dimas sebagai imam dan Dini sebagai makmum.
"Allahu akbar" suara Dimas memulai takbir. Empat rakaat dikerjakan Dimas dan Dini dengan khusyuk.
"Assalamualaikum warahmatullah.. Assalamualaikum warahmatullah" ucap Dimas memberi salam dan diikuti oleh Dini.
Setelah berdoa, Dimas membalikkan badan dan memberi tangannya ke Dini.
"Ha?"
"Kamu ga mau mencium tangan suamimu?"
"Pak, apakah bapak lupa dengan yang saya katakan? Disini sudah tidak ada orang. Jadi tidak usah bersandiwara"
"Dini, meskipun kita dijodohkan. Mencium tangan suami sehabis shalat itu pahala. Tapi kalau kamu tidak mau ya sudah tidak masalah. Kan yang dapat pahala kamu bukan saya" kata Dimas sambil menarik kembali tangannya.
"Hemm, ya sudah sini" Dimas kembali memberi tangannya dan lekas dicium oleh Dini.
"Yang ikhlas, Dini. Makin jelek kamu kalau manyun"
"Bapak kalau gak bikin saya kesal, g bahagia ya?"
"Entahlah" Dimas segera berdiri dan merapikan sajadah diikuti oleh Dini.
"Kamu ada bedcover atau semacamnya?" tanya Dimas.
"Ada, Pak. Buat apa? Bapak sakit?"
"Tidak, saya ingin istirahat sebentar jika satu kasur dengan kamu takut saya khilaf"
"Astaga, Pak" Dini segera menyusun pembatas diatas kasur.
"Silahkan bapak tidur disebelah sini, Saya ga mau bapak sakit gara-gara tidur dilantai bisa dimarahin mama nanti saya"
"Kamu ga takut kalau saya bisa nyerang kamu?"
"Ya, sebenarnya takut lah pak. Tapi, saya yakin bapak masih punya akal sehat" jelas Dini.
"Hemm, baiklah" Dimas segera naik ke kasur. Untungnya, Kasur Dini berukuran 180x200 jadi cukup banget buat mereka berdua ditambah pembatas.
Tidak menunggu lama, suara dengkuran halus terdengar dari Dimas. Maklum, semalam Dimas tidak bisa tidur karena deg-degan takut salah ngucapin ijab qabul. Begitulah laki-laki kalau mau menikah.
Dini tidak tidur, dia berjalan keluar kamar dan duduk dikursi. Dihalaman masih terlihat beberapa tamu undangan.
"Sampai kapan pernikahan ini berlangsung?" gumam Dini.
***
Waktu menunjukkan pukul empat sore, tidak ada yang berani mengetuk kamar Dini. Para orang tua berfikir takut mengganggu kegiatan yang dilakukan pengantin baru, padahal yang terjadi dikamar adalah Dimas tidur dikasur sedangkan Dini tertidur dikursi balkon kamar.
"Hoam" Dimas bangun dan segera duduk. Pandangannya mencari sosok Dini namun tidak ada Dini dimana-mana.
"Kemana dia?"
Dimas berdiri dan baru saja mau melangkahkan kaki ke kamar mandi, pandangan Dimas melihat sosok Dini yang sedang tidur diluar. Lekas Dimas menghampirinya.
Ingin rasanya membangunkan Dini tapi naluri Dimas kasihan. Tanpa berfikir panjang, Dimas langsung menggendong Dini ala bridal. Sangking pulasnya, Dini tidak terbangun sama sekali.
"Cantik" ucap Dimas setelah membaringkan Dini dikasur. Dimas menyentuh rambut Dini yang menghalangi wajahnya. Melihat Dini yang tenang membuat Dimas terpesona, wajah yang cantik, bibir yang sedikit tebal berwarna merah jambu ingin rasanya Dimas mencuri ciuman Dini tapi segera dia urungkan. Tidak berlama-lama Dimas memperhatikan Dini, Dimas langsung sadar dan meninggalkan Dini yang masih bermimpi.